Mohon tunggu...
Anisah Dwi Lathifah
Anisah Dwi Lathifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Al Qur'an dan Tafsir , Universitas Muhammadiyah Surakarta

memiliki ketertarikan di dunia bisnis

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Peran Media Sosial dalam Penyebaran Ekstremisme Berbasis Agama : Bagaimana mengatasinya?

6 Januari 2025   10:00 Diperbarui: 6 Januari 2025   14:25 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ancama ekstremisme di sosial media (sumber: jalan damai)

Saat ini , media sosial telah menjadi ruang publik yang masif , memungkinkan miliaran orang untuk berbagi informasi , komunikasi dan membuat komunitas. Namun, dibalik manfaatnya, platform ini menjadi sarana subur untuk penyebaran ekstremisme berbasis agama. Mudahnya akses , kecepatan dalam penyebaran dan sifat anonim membuat media sosial menjadi alat yang efektif bagi kelompok ekstremisme dalam menyebarluaskan ideologi mereka. 

Penyebaran ekstremisme berbasis agama dalam media sosial bukan hanya ancaman bagi keberagaman , tetapi juga terhadap perdamaian sosial. 

Lalu , bagaimana caranya kita dapat mengatasi permasalahan ini ? 

Media sosial memiliki peran ganda. Di satu sisi , menyedikan ruang bagi ekspresi keagamaan yang inklusif, dialog lintas agama dan penyebaran pesan pesan damai. Namun, di sisi lain platform ini juga menjadi medium utama untuk menyebarluaskan narasi kebenciaan, disinformasi dan propaganda yang mengarah pada radikalisasi.

Dengan ini, kelompok ekstremisme memanfaatkan media sosial untuk konten sensasional, dengan menyebarkan pesan provokatif. Mereka mampu menjangkau audiens yang lebih luas dan menarik simpatisan baru serta menargetkan anak muda sebagai target utama.

Ekstremisme berbasis agama mudah tersebar dikarenakan anomitas dan keamanan semu pelaku ekstremisme yang seringkali memanfaatkan identitas anonim untuk menghindari deteksi, algoritma yang mendorong polarisasi, minimnya literasi digital sehingga banyak pengguna sosial media yang tidak dapat memilah informasi valid serta kekosongan dialog keagamaan yang moderat. 

Oleh karena itu , cara untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan memperkuat literasi digital, meningkatkan pengawasan dan regulasi sosial media, serta lebih aktif menyuarakan narasi damai oleh pemuka agama, komunitas keagamaan dan tokoh publik.

Media sosial memang hanyalah sebuah alat, dalam penggunaannya tergantung pada individu nya. Mengatasi penyebaran ekstremisme berbasis agama di medi sosial membutuhkan kerja sama kolektif dari individu hingga institusi. 

Dan saat ini pertanyaan nya : apakah kita siap untuk bergerak bersama? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun