Pandemi Covid-19 yang melanda dunia tiga tahun lalu mengubah banyak hal. Meninggalnya ribuan jiwa tingkat tinggi dalam waktu singkat membuat pandemi Covid-19 menjadi fokus perhatian semua orang. Bahkan, pada 11 Maret 2020, WHO menyatakan pandemi COVID-19 sebagai pandemi global. Selain kesehatan, Covid 19  telah mengubah sistem ekonomi, sistem kerja dan sekolah, juga sistem transportasi umum. Pandemi Covid-19 telah memberikan tekanan pada perekonomian dunia, termasuk negara kita, Indonesia. Dampak ekonomi ini memiliki implikasi yang luas bagi seluruh wilayah di Indonesia. Perekonomian masing-masing daerah terancam dan situasi daerah  lebih buruk dari sebelumnya.
Namun di balik resesi yang melanda semua orang, ada inovasi teknologi baru. Pesatnya perkembangan teknologi menyebabkan berbagai media online yang sebelumnya tidak populer menjadi banyak penggemarnya akibat Covid 19, sehingga semua pekerjaan hanya dilakukan di rumah. Masyarakat menggunakan media online  sebagai sarana komunikasi. Kemajuan teknologi telah membuat internet sangat diperlukan bagi hampir semua orang. Internet menjadi sumber informasi, sebagai sebuah alat komunikasi dan sebagai alat hiburan. Masyarakat dapat dengan mudah berinteraksi dengan siapa saja, di mana saja dan kapan saja (Akbar, A. 2006).Â
Saat musim pandemi tiba, internet tidak hanya menjadi kebutuhan masyarakat akibat kebosanan yang disebabkan oleh himbauan pemerintah untuk sebagian kalangan untuk bekerja, belajar dan beribadah di rumah, namun internet juga diperkenalkan ke dalam dunia bisnis. Kemudian hal ini menciptakan pergeseran baru dalam  strategi pemasaran digital. Cara hidup masyarakat di era pandemi yang cukup lama membuat perubahan terjadi seiring dengan bertambahnya jumlah pengguna media sosial. Berdasarkan hasil survei Wearesocial Hootsuite, pada tahun 2019, populasi pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta, sedangkan pengguna media sosial gadget mencapai 130 juta atau sekitar 48% dari total populasi yang ada (databoks, 2019). Pada tahun 2020, pengguna internet semakin meningkat yaitu 196,7 juta atau 73,7 dari populasi yang ada (Jatmiko, 2020).
  Seiring bertambahnya jumlah pengguna media sosial, para pemasar memutuskan untuk mengubah strategi pemasaran mereka menjadi digital marketing atau pemasaran online melalui  media sosial, dimana pemasaran ini jauh lebih mudah diakses oleh masyarakat di masa pandemi. Fattah dan Khaleed (2021) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara advertising online dengan keputusan pembelian. Keberadaan internet dan teknologi informasi semakin mendorong konten dan perikalanan di media sosial, yang memungkinkan format baru untuk mengubah hubungan antara periklanan dan kelompok sasaran dari komunikasi satu arah menjadi interaktif.
Online advertising atau periklanan secara online yang dipublikasikan di  media sosial, adalah dasar pemasaran baru. Perusahaan harus dapat menyesuaikan iklan dengan cara yang menargetkan konsumen. Dimana dalam online advertising ini memiliki algoritma dari media sosia. Oleh karena itu, bisnis atau perushaan harus bisa memperhatikan bagaimana algoritma itu berjalan serta mengikuti konten trend dari digital marketing sehingga iklan yang ditampilkan dan juga ditargetkan ke berbagai pengguna media sosial dapat terakses secara luas. Karena tidak jarang sebuah brand atau perusahaan yang tidak memperhatikan algoritma menemukan bahwa iklan yang ditampilkannya tidak ada feedback bagi mereka. Padahal, jika kita analisis lagi advertising online menawarkan lebih banyak keuntungan, terutama di era meningkatnya pengguna jejaring sosial, karena biaya yang terkait dengannya lebih rendah, mengingat jenis iklan online di jejaring sosial ini lebih murah daripada jenis periklanan lainnya.
Salah satu jenis advertising online yang paling berpengaruh belakangan ini adalah tiktok ads atau tiktok media sosial. Tiktok merupakan media sosial berbasis video yang digandrungi semua kalangan mulai dari anak kecil, remaja hingga dewasa. Menurut We Are Social, TikTok dinyatakan sebagai media sosial terpopuler di kalangan pengguna media sosial pada April 2023. Indonesia merupakan pengguna tiktok terbesar kedua di dunia dengan 112,97 juta pengguna. Dan menurut laporan  We Are Social, wanita mendominasi pengguna tiktok global dengan 20,9 persen berusia 18-24 tahun.
Oleh karena itu, tidak baik jika perusahaan tidak memanfaatkan kondisi tersebut dengan baik. Menurut analisa  penulis, iklan yang muncul di TikTok Ads merupakan iklan tersembunyi atau iklan yang dibawakan oleh influencer. Influencer dapat mempengaruhi pengguna media sosial. Dengan kreativitas para influencer melalui konten-kontennya yang menarik, mereka dapat lebih mudah menarik  audiens untuk mempengaruhi, dalam hal ini audiens akan memilih untuk mencari barang-barang yang digunakan oleh para influencer tersebut. Sebagian besar audiens tertarik pada review influencer karena mereka bertanya-tanya apakah item yang dikenakan oleh influencer cocok untuk mereka.
Jika mereka merasa cocok dengan promosi yang mereka tawarkan, otomatis mereka akan membuat review berupa video yang akan mereka bagikan di media sosial mereka. Hal ini tentunya membuat brand atau perusahaan lebih mudah dikenal di kalangan pengguna media sosial lainnya, sekaligus menguntungkan brand karena tidak memerlukan biaya untuk menampilkan iklan. Selain efek iklan langganan tiktok ads dan influencer di aplikasi tiktok, iklan tiktok  juga memiliki jenis iklan lainnya yang membantu memengaruhi pembelian komunitas.
Salah satunya adalah tantangan hashtag merek di media sosial  tiktok. Tantangan hashtag merek Tiktok adalah salah satu alat digital marketing yang ampuh yang dapat mempromosikan merek suatu brand, meningkatkan kesadaran merek, dan bahkan mendapatkan konversi. Brand hashtag Challenge adalah tantangan dimana brand meminta influencer dan beberapa non-influencer untuk menyelesaikan tugas tertentu dengan memberikan hashtag yang berpengaruh pada brand mereka. Tantangan ini sangat populer di  media sosial tiktok. Banyak orang yang tertarik untuk mengikuti trend hashtag tersebut.Â
Tantangan hashtag media sosial cenderung menyebar dengan mudah atau saat ini sering dikatakan oleh Gen Z dan Milenial "Viral". Oleh karena itu, banyak pengguna dari media sosial mudah dipengaruhi serta ikut berpartisipasi dalam tantangan hashtag ini ketika merek meminta  influencer dan beberapa non-influencer untuk melakukan tantangan hashtag. Misalnya, tantangan hashtag dalam kosmetik dan perawatan kulit #RacunSkincare. Hashtag ini cukup viral belakangan ini dan banyak pengguna yang terinspirasi untuk membeli dan berpartisipasi dalam video yang diberi hashtag dengan hashtag tersebut.Â
Produk Somethinc dengan pesat dan cepat menjadi salah satu skin brand lokal yang terkenal  dan banyak orang yang membelinya karena terpengaruh oleh beberapa iklan di media sosial, salah satunya tiktok ads. Salah satunya adalah hashtag marketing, Somethinc berhasil menaiki peringkat teratas viewers terbanyak di TikTok sebesar 57,3 juta, total penayangan tertinggi untuk merek perawatan kulit lokal (iprice, ). Brand lokal lainnya terdapat Avoskin dan Emina juga mendapatkan view hashtag terbanyak setelah beberapa produk dibawah Somethinc.
Contoh produk lainnya yaitu dari brand Make Up. Tantangan hashtag makeup juga sempat menjadi trending yang banyak diikuti di TikTok, adapun beberapa merek kosmetik lokal menerima pembelian profit tinggi disebabkan trend hashtag tersebut. Salah satunya brand dari Looke. Produk cushion dari brand Looke menjadi favorit dari pengguna tiktok, banyak yang memakai produk cushion tersebut disebabkan pengaruh dari Influencer yang dia ikuti.Â
Cushion tersebut adalah Holy Flawless BB Cushion merupakan produk makeup lokal yang banyak diperbincangkan di media sosial Tiktok sehingga profit dari Looke meningkat tinggi. Selain  dengan hashtag challenge Make Up, banyak  Beauty Vlogger yang merekomendasikan cushion ini sebagai daily makeup atau sebagai base make up. Hal ini tentunya sangat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap brand tersebut.
  Sesuai dengan apa yang penulis sampaikan di atas tentang laporan We Are Social  bahwa wanita mendominasi pengguna tiktok global, tentu saja  menjadi kemudahan bagi merek perawatan kulit dan makeup untuk mempromosikan produknya di iklan digital marketing tiktok, terutama di masa pandemi yang penggunanya banyak menghabiskan waktu mereka di media sosial untuk menjelajahi media sosial tersebut. Skincare dan Make Up menjadi kebutuhan bagi perempuan yang akan selalu membeli terus menerus jika dirasa cocok pada kulit wajah mereka. Selain produk skincare dan make up, fashion juga merupakan produk yang mudah tersebar di media sosial.
Banyak brand fashion yang mempromosikan produknya di media sosial tiktok. Tidak sedikit brand fashion meminta influencer untuk mempromosikan produk mereka. Influencer membuat konten mix and match fashion challenge. Dari konten challenge fashion tersebut banyak orang yang tertarik dan menyukai video tersebut. Ini menjadi kesempatan bagi brand fashion lokal lainnya untuk ikut trend tersebut. Salah satunya adalah mengenakan vest yang dipadupadankan dengan kemeja, trend yang marak di masa pandemi.
Kalaupun kita melihat ke belakang, pandemi adalah masa ketika lebih banyak orang tinggal di rumah daripada di luar. Namun dari adanya trend tiktok, pengguna tiktok dapat dengan mudah dipengaruhi untuk langsung memutuskan membeli tanpa berpikir dua kali "apakah mereka akan sering menggunakan barang yang mereka beli?". Menurut analisa penulis, banyak  pengguna iklan tiktok yang takut ketinggalan jika tidak mengikuti trend di media sosial khususnya tiktok. Hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi sebuah brand atau perusahaan. Karena dengan pola pikir tersebut, brand dapat selalu mengeluarkan produk baru kemudian menjadikan viral di media sosial sehingga para penggunan media sosial memutuskan untuk membeli produk tersebut.
Romo, Z.F.G., Medina, I.G., dan Romero, N.P. (2017) berjudul "Storytelling and Social Networking as a Digital and Mobile Marketing Tool for Luxury Fashion Brands" menunjukkan bahwa teknik storytelling merupakan strategi brand fashion terkemuka dalam digital marketing. Teknik ini adalah salah satu strategi utama pemasaran digital. Selain itu, Hayu, R.S. (2019)  dalam penelitiannya berjudul "Strategi Pemasaran Konten Digital Cerdas untuk Menargetkan Konsumen Milenial Indonesia" menulis beberapa strategi pemasaran digital  yang disebut "Pemasaran Konten Digital Cerdas" meliputi optimalisasi konten  media sosial, endorse, unboxing, tagar, testimonial, iklan, tantangan konsumen dan hubungan  konsumen melalui komunikasi yang terjadwal dan teragenda.
Hal-hal yang  disebutkan di atas menunjukkan bahwa Tiktok kini menjadi platform atau aplikasi media sosial yang memiliki kekuatan tersendiri untuk menarik perhatian para penggunanya. Dan dapat yang kita lihat seiring perkembangannya, aplikasi Tiktok tidak hanya digunakan untuk hiburan, tetapi juga dapat digunakan sebagai pemasaran digital  baru dengan teknologi milik Tiktok sebagai fungsinya sendiri bagi pengguna aplikasi ini.
Jadi, menurut saya bagi pembaca yang memiliki usaha atau bisnis atau baru ingin memulai bisnis, tidak ada salahnya untuk memasarkan brand Anda di platform TikTok. Dengan mengamati pasar yang ada, menentukan tujuan pemasaran dan  memahami algoritma  Tiktok, kemungkinan besar brand yang Anda promosikan akan mudah  menarik konsumen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H