Mohon tunggu...
Anisa Icha
Anisa Icha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Ovt

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

reformasi sistem keuangan publik islam : menjawab tantangan ekonomi global melalui prinsip kemaslahatan

11 Januari 2025   13:59 Diperbarui: 11 Januari 2025   13:59 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Perkembangan ekonomi global terus membawa dinamika yang menuntut adaptasi berbagai sistem
keuangan, termasuk keuangan publik berbasis Islam. Sistem ini dikenal memiliki landasan kuat
pada prinsip keadilan, kemaslahatan, dan keberlanjutan. Dalam konteks modern, reformasi sistem
keuangan publik Islam menjadi sangat relevan untuk menjawab berbagai tantangan yang timbul
akibat ketimpangan ekonomi, eksploitasi sumber daya, dan krisis keuangan yang berulang.
Keuangan publik Islam menawarkan pendekatan berbeda dari sistem konvensional. Berbeda
dengan sistem kapitalis yang cenderung menitikberatkan pada akumulasi keuntungan, keuangan
publik Islam bertujuan menciptakan keseimbangan dan kesejahteraan sosial. Prinsip ini
diwujudkan melalui penerapan zakat, wakaf, pajak Islam (jizyah dan kharaj), serta pengelolaan
aset publik yang mengutamakan manfaat bagi masyarakat luas. Namun, di tengah berbagai
peluang tersebut, sistem ini juga menghadapi tantangan besar dalam implementasinya.
Tantangan Keuangan Publik Islam di Era Globalisasi
Salah satu tantangan utama dalam penerapan keuangan publik Islam adalah kurangnya
pemahaman komprehensif terhadap prinsip-prinsip Islam di sektor publik. Banyak negara dengan
mayoritas Muslim masih bergantung pada sistem keuangan konvensional, yang sering kali kurang
sejalan dengan nilai-nilai syariah. Hal ini disebabkan oleh minimnya sumber daya manusia yang
memiliki keahlian dalam keuangan Islam serta kurangnya pengintegrasian prinsip syariah dalam
kebijakan publik.
Selain itu, globalisasi telah membawa tantangan berupa kesenjangan ekonomi yang semakin
melebar. Sistem keuangan publik Islam seharusnya mampu menjawab masalah ini melalui
distribusi kekayaan yang lebih adil, tetapi penerapannya masih terbatas. Sebagai contoh,
mekanisme zakat belum sepenuhnya dioptimalkan dalam mengentaskan kemiskinan. Di banyak
negara, zakat hanya dikelola sebagai kewajiban individu, bukan sebagai instrumen keuangan
negara yang strategis.
Digitalisasi juga menjadi tantangan tersendiri. Meskipun menawarkan peluang besar untuk
meningkatkan efisiensi, teknologi juga memunculkan risiko baru, seperti kurangnya transparansi
dan penyalahgunaan data keuangan. Hal ini mengharuskan reformasi sistem keuangan publik
Islam untuk tidak hanya fokus pada implementasi syariah tetapi juga adaptasi teknologi.
Prinsip Kemaslahatan sebagai Landasan Reformasi
Dalam menghadapi tantangan ini, prinsip maslahah atau kemaslahatan dapat menjadi landasan
utama reformasi sistem keuangan publik Islam. Maslahah berfokus pada upaya menciptakan
manfaat dan menghindari kerugian bagi masyarakat luas. Prinsip ini selaras dengan tujuan syariah
(maqashid syariah), yaitu menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta benda.
Penerapan prinsip maslahah dalam reformasi keuangan publik Islam dapat dilakukan melalui
berbagai cara. Pertama, optimalisasi zakat sebagai instrumen keuangan negara. Zakat dapat
diintegrasikan dengan kebijakan fiskal untuk mengurangi kesenjangan ekonomi dan meningkatkan
daya beli masyarakat. Dengan memanfaatkan teknologi digital, pengumpulan dan distribusi zakat
dapat dilakukan lebih efisien dan transparan.
Kedua, pengembangan wakaf produktif. Wakaf tidak hanya dimanfaatkan untuk pembangunan
infrastruktur keagamaan, tetapi juga untuk sektor produktif, seperti pendidikan, kesehatan, dan
ekonomi. Dengan pengelolaan yang profesional, wakaf dapat menjadi sumber pendapatan negara
yang berkelanjutan tanpa melanggar prinsip syariah.
Ketiga, penerapan kebijakan fiskal yang adil dan inklusif. Pajak Islam, seperti jizyah dan kharaj,
dapat diterapkan untuk menciptakan keadilan sosial. Kebijakan ini harus dirancang dengan
mempertimbangkan kondisi masyarakat sehingga tidak membebani kelompok yang kurang
mampu.
Mendorong Inovasi Melalui Teknologi
Era digitalisasi memberikan peluang besar bagi reformasi sistem keuangan publik Islam.
Teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
negara. Sebagai contoh, blockchain dapat digunakan untuk mencatat transaksi zakat dan wakaf
secara transparan, sehingga mencegah terjadinya penyalahgunaan dana.
Selain itu, platform digital dapat mempermudah masyarakat dalam menunaikan kewajiban zakat
dan berpartisipasi dalam program wakaf. Aplikasi berbasis syariah dapat dikembangkan untuk
mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kontribusi mereka dalam keuangan publik.
Namun, inovasi ini harus diiringi dengan regulasi yang kuat untuk mencegah penyalahgunaan
teknologi. Pemerintah dan lembaga keuangan Islam perlu bekerja sama untuk mengembangkan
standar keamanan data dan memastikan bahwa teknologi yang digunakan sesuai dengan prinsip
syariah.
Peran Pemerintah dan Lembaga Keuangan Islam
Reformasi sistem keuangan publik Islam tidak dapat terwujud tanpa dukungan penuh dari
pemerintah dan lembaga keuangan Islam. Pemerintah memiliki peran strategis dalam menciptakan
regulasi yang mendukung pengelolaan keuangan publik berbasis syariah. Selain itu, pemerintah
juga perlu meningkatkan literasi keuangan Islam di masyarakat melalui program edukasi dan
pelatihan.
Lembaga keuangan Islam, seperti bank syariah dan lembaga amil zakat, juga harus berinovasi
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat modern. Mereka perlu mengembangkan produk keuangan
yang sesuai dengan prinsip syariah sekaligus kompetitif di pasar global.
Kesimpulan
Reformasi sistem keuangan publik Islam adalah langkah penting untuk menjawab tantangan
ekonomi global. Dengan mengutamakan prinsip kemaslahatan, sistem ini dapat menciptakan
keseimbangan ekonomi dan sosial yang lebih baik.
Namun, keberhasilan reformasi ini membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, lembaga
keuangan, dan masyarakat. Pemanfaatan teknologi digital juga harus dioptimalkan untuk
mendukung pengelolaan keuangan publik yang transparan dan efisien. Dengan langkah-langkah
ini, keuangan publik Islam dapat menjadi solusi nyata untuk menghadapi tantangan global
sekaligus mewujudkan kesejahteraan yang berkelanjutan.sosial merupakan salah satu tujuan utama
dalam berbagai sistem ekonomi dan sosial yang ada di dunia. Dalam konteks Islam, konsep
keseimbangan sosial tidak hanya menjadi ideal normatif, tetapi juga menjadi dasar fundamental
dalam pengelolaan keuangan publik. Keuangan publik Islam memegang peran penting dalam
menciptakan harmoni dan kesejahteraan masyarakat melalui penerapan prinsip-prinsip syariah,
terutama di era digital yang penuh dengan transformasi teknologi.

Keuangan publik Islam adalah sistem yang berlandaskan prinsip keadilan, kemaslahatan, dan keberlanjutan, yang relevan dalam menghadapi tantangan ekonomi global. Dalam implementasinya, sistem ini menekankan distribusi kekayaan yang adil dan pengelolaan sumber daya yang bertanggung jawab melalui instrumen seperti zakat, wakaf, dan pajak Islam, seperti jizyah dan kharaj. Zakat memiliki potensi besar sebagai alat redistribusi kekayaan yang efektif, tetapi penerapannya sering kali masih terbatas pada kewajiban individu, bukan sebagai instrumen makroekonomi yang strategis. Wakaf, di sisi lain, dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan infrastruktur sosial, seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi produktif. Dengan pengelolaan yang profesional, wakaf produktif dapat menjadi sumber pendapatan negara yang berkelanjutan tanpa melanggar prinsip syariah.

Era digital memberikan peluang besar bagi keuangan publik Islam untuk berinovasi. Teknologi blockchain, misalnya, dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana zakat dan wakaf. Platform digital juga mempermudah masyarakat untuk berpartisipasi dalam program keuangan syariah, sehingga meningkatkan efisiensi pengumpulan dan distribusi dana. Namun, inovasi ini harus diimbangi dengan regulasi yang kuat untuk mencegah penyalahgunaan teknologi.

Tantangan lain dalam penerapan keuangan publik Islam adalah kurangnya pemahaman komprehensif tentang prinsip syariah, minimnya sumber daya manusia yang kompeten, dan rendahnya literasi masyarakat terkait ekonomi Islam. Oleh karena itu, reformasi sistem ini memerlukan kolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan Islam, dan masyarakat. Dengan memanfaatkan teknologi dan meningkatkan literasi keuangan Islam, keuangan publik berbasis syariah dapat menjadi solusi efektif untuk menciptakan keseimbangan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun