Mohon tunggu...
Anisa Hapsari Kusumastuti
Anisa Hapsari Kusumastuti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Urban and Regional Planning Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dampak Urbanisasi Pada Kehidupan di Perkotaan

23 Desember 2014   01:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:41 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Apasih penyebab timbulnya permukiman kumuh di perkotaan? Apa sih penyebab kriminalitas meningkat di perkotaan? Apa sih penyebab lalu lintas di perkotaan menjadi semakin padat? Pertanyaan itu yang sering muncul di benak orang-orang yang tinggal di kota yang heran akan kotanya yang semakin hari menjadi semakin padat saja. Bahkan banyak dari mereka yang menyalahkan kedatangan masyarakat desa yang berpindah ke kota untuk mengadu nasibnya. Urbanisasi seolah-olah menjadi akar dari penyebab masalah-masalah tersebut diatas.

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Banyak dari mereka memutuskan untuk berpindah ke kota untuk mencoba mengadu peruntungan dan mencari pencaharian guna memperoleh pendapatan yang lebih besar daripada saat hidup di desa. Walaupun tanpa skill yang memadai, bukan menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap memutuskan untuk bermigrasi ke kota.

Kemajuan pembangunan di perkotaan menjadi faktor peningkatan urbanisasi. Kondisi perdesaan yang dianggap tidak mampu menyediakan kesempatan kerja bagi penduduknya serta minimnya jumlah penghasilan yang didapat menjadi salah satu penyebab utama terjadinya urbanisasi. Walaupun harus beradaptasi lagi dengan gaya hidup di perkotaan, tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap memutuskan berpindah ke kota. Mereka terpaksa keluar dari daerah asalnya karena rendahnya kualitas hidup atau adanya daerah yang menjanjikan untuk memiliki kesempatan hidup yang lebih layak. Kondisi ini yang semakin menjadi faktor penarik mereka untuk bermigrasi ke perkotaan.

Tingkat urbanisasi yang tinggi pada akhirnya mengancam daya dukung lahan pada sebuah kota. Kota yang semula nyaman menjadi semakin padat karena urbanisasi yang terus meningkat. Membangun sebuah permukiman kumuh di tengah kota seolah-olah menjadi jalan keluar untuk mengatasi ketidakmampuan para imigran untuk membangun rumah yang layak di perkotaan. Ketidakmampuan tersebut yang membuat mereka berkeputusan untuk menetap di permukiman kumuh yang tentunya illegal dan sangat jauh dari kesan nyaman dan layak tinggal. Banyak dari mereka yang menetap di bantaran sungai, bantaran rel kereta api, bawah jembatan, atau di tempat lainnya yang tentunya sangat berbahaya.

Rumah-rumah tanpa ventilasi, tanpa jarak, minim fasilitas membuat penduduk kota menjadi prihatin akan kenyataan ini. Kondisi ini diperparah dengan tempat buang air besar(MCK) yang biasanya dibuat dari kayu/seng yang tentunya tidak layak dan jauh dari kesan nyaman. Jalan yang tanpa aliran drainase yang baik dan penuh dengan sampah yang dibuang sembarangan menjadi ancaman banjir dan genangan air pada musim penghujan. Dengan kondisi demikian, tak ayal jika banyak warga yang tinggal di rumah-rumah tersebut mudah untuk terserang penyakit-penyakit seperti demam berdarah, muntaber, atau penyakit-penyakit lainnya.

Angka kriminalitas di perkotaan juga menjadi semakin tinggi seiring dengan pertumbuhan penduduk di perkotaan yang terus meningkat karena urbanisasi ini. Banyak dari para imigran yang sudah stress akibat harapan yang mereka inginkan saat memutuskan pindah ke perkotaan jauh berbeda dengan kenyataan yang ada. Banyak dari mereka melakukan tindakan-tindakan criminal, seperti mencuri, mencopet, menodong, atau menjadi preman kota untuk memenuhi kehidupan di perkotaan yang cenderung tinggi. Cara-cara yang haram ini seolah-olah dihalalkan demi dapat bertahan hidup di kota.

Dari kenyataan diatas dapat disimpulkan bahwa urbanisasi bukan suatu jalan keluar bagi penduduk desa untuk meperbaiki perekonomian mereka di kota. Selain harus didasari niat yang kuat, migrasi ke perkotaan harus diimbangi oleh kemampuan yang memadai, skill yang memadai untuk dapat bersaing di perkotaan nantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun