Mohon tunggu...
Nurunnisa Hafel
Nurunnisa Hafel Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Berjiwa Putih

Mahasiswi Prodi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Ternate

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Milenial Sudah Optimal Mengubah Indonesia?

23 Juli 2020   12:00 Diperbarui: 23 Juli 2020   12:05 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penangkap Mimpi. SumberL: Pinterest


Kata Stafsus (Staff Khusus) sudah tidak asing didengar bahkan di perbincangkan oleh pers Nasional. Staff Khusus Millennials Presiden yang belakangan ini populer pun belum banyak memberikan konstribusi apapun. Malahan isu tidak enak perihal kepentingan yang di bawa Masuk oleh anak muda kedalam istana negara.

Selain, Kaya dan Rupawan. Menjadi Muda (Generasi/Kaum Millennials) juga merupakan pioneer dan hak istimewa. Di indonesia sendiri, anak muda sering di kaitkan dengan Inovasi, gagasan, dan perubahan yang tidak kunjung usai diperbincangkan. Sebuah anggapan yang kian menghanyutkan anak muda ke dalam lembah harapan buta yang Tidak Tau esensinya kemana, atas buruknya kondisi sosial di Indonesia (pendidikan, ekonomi, dan politik).

Bukan tidak Ada sebab, asumsi yang kasar ini tapi ini merupakan konsekuensi logis dari moderenisasi. Perubahan pola mode Produksi serta gelombang revolusi peradaban yang berlangsung secara terus menerus, sehingga berhasil membuat generasi tua minggat lebih awal. Generasi baru yang sudah dipersiapkan akan siap menerima upgrade (pembaruan) dari peradaban. Sehingga, akan membentuk lingkaran (siklus tanpa ujung).

Menakar kelas sosial 

yang dimana keadaan ini menciptakan, pembelahannya Sendiri. Karna terdapat kelompok anak muda yang kaya akan gagasan intelektual tapi tidak kaya secara finansial Dan bahkan tidak privilese. Gaya hidup yang berbeda, jelas Akan membentuk persepsi yang berbeda Pula. Anak muda pinggir Kota yang terbiasa hidup di tengah lingkungan menengah kebawah, akan melihat gejala yang berbasis realitas.

Sulitnya mencari lapangan kerja, inflasi, Serta gilanya biaya pendidikan merupakan hal-hal yang lazim jadi sorotan (tidak kaget-kagetan). Sedangkan, Ada kelompok anak muda dengan privilese(hak istimewa), tentu tidak pernah merasa kesulitan dengan tingginya biaya hidup.

Indikator kesusksesan Hari ini dihitung dari seberapa "usaha" Dan "kerja keras" kerap menjadi pembenaran untuk membungkam kemiskinan secara struktur yang kemudian melanggengkan ketimpangan kelas sosial.

Permasalahan-permasalahan yang lebih pokok untuk dibahas seperti penyelesaian berbagai kasus HAM dan perampasan lahan kian ditanggalkan di bawah meja. Perubahan pada wajah Indonesia tidak akan sampai pada cita jika anak muda yang ada dalam politik tidak berhenti memproduksi status quo sehingga membuat anak muda di luar sana terjebak pada sistem yang kapitalisitik.

Sebagian anak muda berteriak dengan corong perubahan mempertahankan eksistensinya sebagai perpanjang lidah masyarakat, Dan anak muda lainnya sedang keluar-masuk membawa kepentingan dan konflik ke wajah demokrasi.

Dari titik ini, mari cukupkan romantisme berlebihan tentang anak muda selagi bepikir ulang: muda mengubah Indonesia, benarkah? (Ataukan ini hanya pertanya retorika?)

Penulis : Nurunnisa Hafel

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun