Mohon tunggu...
Siti Anisah
Siti Anisah Mohon Tunggu... -

Coba coba belajar nulis, baru aja kena demam membaca, meski telat tak apalah, selama masih nafas di berikan sang Illahi....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bakso Isi Daging Monyet dan Kehalalannya

15 Maret 2010   08:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:25 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Duh, ya ampun...

Pagi ini saya baca berita kompas kolom regional , mengenai sepasang suami istri yang punya modus berburu monyet liar jenis lutung  di hutan taman nasional Baluran Situbondo. Modus sindikat ini sebenarnya sudah lama di incar oleh petugas. Namun baru kali ini bisa tertangkap langsung , dengan barang bukti daging monyet seberat 30 kg untuk dijual ke para pemesan. Menurut pelaku , harga jual daging monyet sekitar Rp  15.000 - 20.000/kg di pasaran . Yang bikin ngenes  lagi adalah para pemesan daging monyet liar ini  adalah pembuat bakso ! Memang ,harga daging monyet liar ini  jauh cukup murah kalo di bandingkan harga daging sapi di pasaran. Dengan harga yang murah, gak heran dong kalo penjual bakso berminat buat mengganti daging sapi olahan bakso dengan  daging monyet dengan niat mengambil keuntungan rupiah yang lebih banyak. Ck ck ck.... tega nian mereka itu....

Padahal , menurut Ketua Umum Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia, jenis monyet liar ini tidak layak buat di konsumsi karena mngandung banyak penyakit dan harus terlebih dahulu di vaksin. Jelas, ini membahayakan kesehatan para konsumen bakso isi daging monyet. Belum lagi status kehalalannya yang gak ada! Apa yang kita makan, sangat penting artinya buat tubuh kita.

Saya termasuk penggemar berat bakso. Kalau saya telaah, dah berapa banyak daging yang '' gak jelas status kehalalannya " masuk kedalam perut saya. Meskipun negara kita penduduk muslimnya yang terbanyak, bukan berarti aman dari penjualan daging-daging yang gak jelas di pasaran. Sebut saja, salah satu contohnya, penjualan daging sisa olahan hotel-hotel di Jakarta yang beredar di pasar tradisional, daging dendeng babi berlabel daging sapi bertuliskan halal, ayam tiren buat fried chicken di jajanan sekolah-sekolah dsb nya.

Padahal jelas sekali dalam Al-Qurán surah Al-Anám ayat 145 :

'' Katakanlah, "Tidak kudapati di dalam apa yang di wahyukan kepadaku, sesuatu yang yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali daging hewan yang mati ( bangkai ), darah yang mengalir, daging babi- karena semua itu kotor - atau hewan yang disembelih bukan atas ( nama ) Allah. Tetapi barang siapa terpaksa bukan karena menginginkan dan tidak melebihi ( batas darurat ) maka sungguh, Tuhanmu Maha Pengampun, Maha Penyayang ."

Untuk itu, baiknya kita perlu berhati-hati sekali dalam membeli daging di pasaran. Ada beberapa tips dari saya yang barangkali bisa sedikit berguna untuk mencegah masuknya daging dengan kualitas mutu rendah yang masuk ke perut kita :

1. Sebaiknya beli daging di tempat butchery halal. Negara kita harus mencontoh muslim council yang ada  di luar negeri. Ada sedikit pengalaman saya, butchery halal di luar negeri sangat ketat di awasi oleh muslim council yang ada setempat,  serta  di awasi oleh dinas kesehatan yang ada.

2. Untuk pembelian ayam , jika  mau beli di pasar tradisional, baiknya beli ayam yang masih hidup dan bisa di potong langung di tempat penjualan.

3. Kalau penggemar bakso seperti saya, baiknya beli di restaurant yang ada sertifikasi halal. Kalaupun mau sedikit susah payah, bisa juga bikin bakso sendiri. Mudah dan bisa yakin makannya :) Soal rasa, bisa tetap enak meski bikin sendiri. Ditambah pakai rasa cinta karena ingin menjaga keluarga dari makanan yang gak jelas kehalalannya, pasti makin nikmat he he he...

Okay, semoga bisa bermanfaat..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun