Mohon tunggu...
Anisa Fitri
Anisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Skripsi Berjudul "Upaya Mewujudkan Keluarga Sakinah dalam Keluarga Karier Perspektif Fikih Keluarga" Karya Isabita Iffah Nurulliati

22 Mei 2024   10:26 Diperbarui: 3 Juni 2024   19:41 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Bapak Muhaimin dan Ibu Nurul keluarga sakinah adalah keluarga yang senantiasa mempunyai rasa damai pada setiap anggota keluarganya serta pastinya di dalam keluarga itu dapat membuat kehidupan terasa lebih penuh dengan kasih sayang. Cara mereka memupuk hubungan suami istri adalah dengan cara memperlakukan pasangan dengan baik dan sabar, jujur satu sama lain karena kejujuran merupakan pondasi penting dalam membangun rasa kepercayaan antara suami istri dan mencari solusi bersama jika terjadi percekcokan. Dalam memenuhi kebutuhan keluarga menurut Bapak Muhaimin dan Ibu Nurul adalah membuat skala prioritas, dimana dalam sebuah keluarga bisa memilih kebutuhan seperti apa yang harus di dahulukan. Peran dan tanggung jawab mereka dalam pola asuh dan pendidikan anak adalah melihat perkembangan anak pada zaman sekarang, mereka berharap anak-anaknya mempunyai akhlak yang baik, dengan memfasilitasi sekolah keagamaan formal maupun nonformal seperti TPA dirumah. Menurut mereka pendidikan umum sama pentingnya dengan agama, tetapi akhlak yang paling utama dikarenakan nantinya akan menjadi fondasi anak dalam hidup di dunia maupun akhirat. Mereka selalu menyempatkan waktu untuk mendampingi anak-anaknya belajar di samping mereka disibukkan dengan karier. Setiap rumah tangga pasti selalu ada konflik, tetapi mereka selalu mencari solusi bersama dengan pasangan secara baik dan pelan. Mereka juga saling menyadari hakikat dan kodrat diri masing-masing sehingga selalu mudah memaafkan dan memberi nasihat dengan lembut untuk menjaga perasaan satu sama lain. Kemudian cara mereka mengelola perbedaan konflik adalah dengan cara saling mendengarkan dan tidak memotong pembicaraan ketika salah satu diantaranya sedang berbicara, jujur, saling memahami dan mendiskusikan secara baik dan dengan kepala dingin. Perlu ada strategi tersendiri agar bisa berkarier namun tetap menjaga sakinah yaitu dengan cara melakukan komunikasi yang efektif karena komunikasi itu memang penting dalam rumah tangga. Menjaga komitmen dengan pasangan dan mengesampingkan rasa curiga dengan pasangan, harus bisa meningkatkan intensitas keharmonisan atau romantisme dengan pasangan, harus selalu bisa mengendalikan emosi dan meyakinkan pasangan untuk selalu mendukung karier satu sama lain yang dijalani. Terkadang ada kendala dalam berkarier namun harus tetap menjaga sakinah hambatannya adalah kuragnya ilmu pengetahuan dalam rumah tangga dan karena salah satu dari mereka belum bisa memenuhi hak dan kewajiban sebagai suami istri. Upaya mewujudkan keluarga sakinah menurut mereka adalah menjaga komunikasi, saling intropeksi diri karena dengan intropeksi diri bisa melihat kesalahan pribadi, membuka kesadaran sehingga emosi akan redup dan sadar bahwa diri sendiri itu salah, yang paling penting adalah terbuka satu sama lain, menghargai, saling mengalah, dan memahami satu sama lain.

Narasumber 5 : Bapak Susanto dan Ibu Warjiyati Lestari (sudah menikah selama 15 tahun dan sudah dikaruniai 2 anak. 1 anak laki-laki kelas 2 SMP yang sekarang tinggal di asrama pondok Sukoharjo dan 1 anak perempuan kelas 6 SD sekolah di SDIT Sahabat. bekerja sebagai karyawan pabrik Agantha Jaya Globalindo dan Bapak Susanto bekerja di Pabrik Kayu)

Menurut Bapak Susanto dan Ibu Warjiyati keluarga sakinah adalah keluarga yang semua anggotanya bisa merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, kebekahan dan selalu dirahmati Allah. Cara mereka memupuk dan menjaga hubungan suami istri yang harmonis adalah dengan cara mengadakan quality time antara suami dan istri saat waktu longgar, saling terbuka serta selalu positive thinking apapun yang terjadi. Strategi mereka dalam memenuhi kebutuhan keluarga adalah dengan cara sama-sama bekerja, kemudian gaji suami untuk biaya sekolah anak dan sisanya di tabung namun gaji istri untuk makan sehari-hari dan membayar kebutuhan sosial lainnya. Peran mereka dalam pola asuh dan pendidikan anak adalah menyekolahkan anaknya di sekolah fullday dan ketika anak sudah masuk usia SMP mereka memilihkan sekolah anaknya di pondok, meskipun begitu mereka selalu mendampingi anaknya belajar ketika dirumah. Kemudian dalam pola asuh anak, mereka menekankan masalah HP, anak hanya diberikan waktu bermain HP disaat libur sekolah selain waktu itu  HP disita oleh orangtuanya. Pembagian pekerjaan rumah dalam keluarga mereka adalah suami menyapu halaman, istri memasak dan mencuci baju, sedangkan anak perempuannya cuci piring dan nyapu dalam rumah, akan tetapi jika anak laki-lakinya pulang kerumah juga selalu diberi pekerjaan untuk membantu adiknya. Upaya mewujudkan keluarga sakinah dalam keluarga Bapak Susanto dan Ibu Warjiyati adalah dengan cara menjaga komunikasi, saling terbuka dan menghargai. Strategi yang dilakukan agar tetap berkarier dan menjaga sakinah yaitu dengan cara saling memotivasi dan selalu ridho, saling percaya, tidak melupakan hak dan kewajibannya sebagai suami istri meskipun disibukkan dengan karier, selalu meluangkan waktu untuk quality time bareng keluarga ketika libur.

Menjadi harapan semua pasangan suami istri untuk memiliki rumah tangga yang harmonis. Pria dianggap sebagai tulang punggung yang menyediakan nafkah dengan kekuatan fisiknya, sementara wanita, dengan kelembutan emosionalnya, memainkan peran yang lebih lembut. Namun, dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya tuntutan ekonomi, tanggung jawab finansial dalam rumah tangga telah berubah. Dengan tekanan ekonomi yang semakin meningkat, sebuah keluarga tidak dapat lagi mengandalkan hanya pada pendapatan suami, terutama jika pendapatannya tidak mencukupi. Terdapat beberapa alasan mengapa pasangan suami istri di Kelurahan Jetiskarangpung memilih untuk bekerja bersama-sama. Salah satunya adalah karena pendapatan yang diperoleh dari suami tidak cukup untuk mengatasi semua kebutuhan rumah tangga, termasuk biaya pendidikan anak-anak mereka. Pada dasarnya, di antara mereka, ada cita-cita untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka, bahkan hingga tingkat sarjana, yang tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Maka dari itu, demi mewujudkan cita-cita tersebut, keduanya harus bekerja untuk menutupi kekurangan pendapatan yang ada. Selain itu, alasan lain yang mendorong mereka bekerja bersama adalah karena istri ingin memanfaatkan gelarnya yang telah diraih. Meskipun pendapatan suami sudah lebih dari cukup untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga dan juga biaya pendidikan anak-anak, istri tetap merasa ingin berkontribusi secara finansial serta mengembangkan dirinya dalam karier. Hal ini diperkuat dengan dukungan dan izin yang telah diberikan oleh suami.

Dengan demikian, meskipun dari sisi finansial kebutuhan keluarga sudah tercukupi, tetapi ada dorongan lain yang mendorong istri untuk tetap bekerja, yakni untuk meningkatkan karier dan pengembangan diri. Bagi sebagian pasangan di Kelurahan Jetiskarangpung, penyelesaian tugas-tugas rumah tangga dilakukan secara kolaboratif antara suami dan istri, terkadang dengan bantuan dari anak-anak dewasa mereka. Namun, ada juga yang memilih untuk memanfaatkan jasa pembantu rumah tangga. Meskipun demikian, pilihan ini tidak mengurangi tanggung jawab dan kewajiban mereka sebagai pasangan suami istri. Untuk mempertahankan keharmonisan rumah tangga, bahkan meskipun kesibukan mereka membuat jarang bertemu, mereka berusaha keras untuk tetap menjaga komunikasi yang baik. Mereka saling mendengarkan, menghargai pendapat masing-masing, dan menekankan pentingnya kerjasama daripada ego individu. Ketika ada kesempatan bersama-sama, seperti saat libur dari pekerjaan, mereka lebih memilih menghabiskan waktu bersama keluarga untuk meningkatkan kualitas hubungan keluarga mereka. Tanggung jawab yang mereka emban dalam pola asuh dan pendidikan anak-anaknya mencakup beberapa aspek yang penting. Mayoritas dari mereka memprioritaskan pemberian pendidikan agama secara mendalam di dalam lingkungan keluarga, selain itu, mereka juga memilih untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah full-day untuk memberikan pendidikan formal yang komprehensif. Ketika anak-anak telah mencapai usia SMP, kebanyakan dari mereka memilih untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren untuk memperkuat pengetahuan agama dan moral mereka. Meskipun kesibukan dengan pekerjaan seringkali menjadi tantangan, mereka berkomitmen untuk selalu hadir dalam pendidikan anak-anaknya di rumah. Hal ini tercermin dari upaya mereka untuk tetap mendampingi anak-anak belajar, memberikan bimbingan, serta mendorong kegiatan akademis dan non-akademis mereka.

Mereka meyakini bahwa mendidik anak bukan hanya tentang persiapan untuk kehidupan dunia semata, tetapi juga merupakan investasi untuk kehidupan akhirat mereka nanti. Dengan kesadaran akan pentingnya peran orang tua dalam membentuk karakter dan moralitas anak-anak mereka, mereka menganggap bahwa memberikan pendidikan agama dan nilai-nilai moral yang kuat merupakan fondasi yang penting untuk mempersiapkan anak-anak menghadapi tantangan di masa depan, baik di dunia maupun di akhirat. Salah satu kendala yang dihadapi oleh pasangan suami istri yang berkarier dalam menciptakan keluarga yang harmonis adalah kekurangan waktu untuk keluarga. Ketika situasi mengharuskan, seperti saat anak-anak sakit, mereka sering kali terpaksa harus menitipkan anak-anak kepada nenek, kakek, atau kerabat dekat karena keterbatasan waktu yang diakibatkan oleh tuntutan pekerjaan mereka. Meskipun mereka berupaya sebaik mungkin untuk hadir dalam situasi-situasi tersebut, namun kenyataannya keterbatasan waktu menjadi hal yang tak dapat dihindari dalam perjalanan mereka sebagai pasangan yang bekerja.

Dari upaya yang terlihat dalam mewujudkan keluarga yang harmonis di tengah kesibukan karier pasangan suami istri di Desa Jetiskarangpung, Kecamatan Kalijambe, tergambar bahwa meskipun keduanya tengah sibuk dengan pekerjaan, mereka berhasil meraih kesakinahan atau keharmonisan dalam lingkup keluarga mereka. Dalam melihat strategi yang mereka terapkan untuk menjaga keharmonisan ini, dapat dilihat bahwa mereka mengandalkan beberapa pendekatan yang efektif. Salah satu strategi utama yang mereka terapkan adalah komunikasi yang terbuka dan jujur di antara satu sama lain. Mereka secara aktif berbicara dan mendengarkan satu sama lain untuk memecahkan masalah dan memahami perasaan masing-masing. Selain itu, mereka mengatur waktu khusus untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama ketika keduanya memiliki waktu luang dari pekerjaan, hal ini dimaksudkan untuk memperkuat ikatan emosional dan mengurangi stres. Kesalingpercayaan juga menjadi fondasi penting dalam menjaga keharmonisan mereka. Pasangan ini membangun rasa percaya yang kuat satu sama lain, sehingga mereka dapat saling mengandalkan dan mendukung dalam segala situasi. Selain itu, saling pengertian dan kesediaan untuk saling memahami merupakan aspek penting dalam hubungan mereka. Mereka berusaha untuk melihat dari perspektif pasangan dan bersedia memberikan dukungan serta pengertian dalam setiap situasi. Tidak hanya itu, mereka juga saling mengingatkan satu sama lain tentang nilai-nilai dan tujuan dalam kehidupan keluarga. Ini membantu mereka tetap berada pada jalur yang sama dan berkomitmen untuk mencapai visi yang mereka miliki untuk keluarga mereka. Dengan kombinasi dari strategi-strategi ini, pasangan suami istri karier di Desa Jetiskarangpung mampu mempertahankan keharmonisan dalam keluarga mereka, meskipun di tengah-tengah kesibukan pekerjaan mereka yang padat. Seperti bahtera yang melintasi lautan, tidak pernah ada bahtera yang berlayar di laut dengan kondisi selalu tenang. Dalam perjalanan tersebut, pasti akan menghadapi berbagai macam gelombang, baik kecil, besar, maupun badai. Dengan kata lain, di dalam perjalanan keluarga juga akan ditemui berbagai rintangan dan tantangan yang mungkin menghadirkan kesulitan. Suami dan istri diharapkan menjadi lebih tanggap ketika gejala masalah dalam rumah tangga muncul. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya waktu untuk sekedar berkomunikasi atau berbicara secara pribadi, karena keduanya sibuk dengan karier dan aktivitas sehari-hari. Namun, penting bagi mereka untuk tetap bekerjasama dalam menemukan solusi terhadap masalah-masalah yang muncul dengan cara yang baik dan bijaksana.

Dalam situasi-situasi sulit tersebut, komunikasi yang terbuka dan jujur antara suami dan istri menjadi kunci untuk mengatasi rintangan dan melewati badai dalam perjalanan kehidupan mereka bersama. Dengan saling mendukung dan saling memahami, mereka dapat mengatasi masalah dengan lebih efektif dan memperkuat ikatan emosional serta hubungan mereka sebagai pasangan. Tanggung jawab orang tua dalam pola asuh dan pendidikan anak tidak dapat dipandang sebelah mata. Menjadi orang tua bukan hanya tentang memberi makan, memberi tempat tinggal, atau memberikan perlindungan fisik semata, tetapi juga tentang mendidik anak agar tumbuh menjadi individu yang baik, berakhlak, dan berkontribusi positif dalam masyarakat. Pendidikan anak merupakan urusan yang sangat penting dan harus diberikan prioritas tertinggi. Kualitas pendidikan yang diterima oleh anak sangat memengaruhi masa depannya. Jika anak dididik dengan baik, mereka cenderung akan mengembangkan karakter yang kuat, menjadi individu yang bertanggung jawab, berempati, dan memiliki nilai-nilai moral yang tinggi. Mereka juga lebih mungkin mencapai kebahagiaan dalam kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat. Selain itu, setiap orang tua yang menjalankan peran pendidikan akan memperoleh pahala atas setiap amal kebaikan yang dilakukan oleh anaknya. Namun demikian, mereka juga akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat nanti atas cara mereka memenuhi tanggung jawab tersebut. Oleh karena itu, menjadi orang tua bukan hanya sebuah tanggung jawab duniawi, tetapi juga sebuah amanah yang memiliki konsekuensi besar di masa depan, baik di dunia maupun di akhirat. Pola asuh anak merujuk pada gaya dan sikap orang tua dalam mengasuh anak sehari-hari, mencakup interaksi dan komunikasi orang tua dengan anak, cara mereka menghadapi perilaku anak, penerapan aturan, serta pengajaran tentang kemandirian dan kedisiplinan. Sementara itu, mengenai tujuan keluarga sakinah, keluarga tersebut telah memenuhi syarat-syarat dalam perspektif fikih keluarga. Semua anggota keluarga patuh terhadap perintah agama, saling mencintai, mencari nafkah dari rezeki yang halal, cepat meminta maaf dan bertobat jika melakukan kesalahan, serta saling memaafkan. Dengan demikian, mereka dapat mencapai tujuan yang mulia di mata Allah, sehingga meraih kebahagiaan tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Menurut karakteristik yang dijelaskan dalam fikih keluarga, kelima pasangan suami istri karier tersebut telah memenuhi ciri-ciri yang diinginkan. Rumah tangga mereka didasarkan pada iman yang kuat dan ketaatan terhadap ajaran agama Islam. Mereka saling mencintai dan peduli satu sama lain, selalu berkomunikasi dan berunding dalam menyelesaikan masalah, membagi tugas dengan adil, serta bersatu dalam pola asuh dan pendidikan anak-anak mereka. Selain itu, mereka juga berperan aktif dalam berkontribusi untuk kebaikan masyarakat. Mengingat pentingnya komponen-komponen ini dalam memelihara dan memperkuat hubungan suami istri, pasangan suami istri karier perlu terus memperkuat hubungan mereka dan tidak mengabaikannya agar hubungan mereka tetap seimbang dan harmonis. Dalam menjaga dan memperkuat hubungan suami istri, kelima pasangan tersebut telah berhasil dalam memelihara kedekatan emosional, terbukti dengan kesediaan mereka untuk mengalah ketika terjadi perbedaan pendapat dan kemauan untuk saling meminta maaf dan memaafkan untuk mencegah konflik yang berlarut-larut. Mereka juga berhasil menjaga komitmen mereka agar hubungan tetap stabil, dengan usaha mereka dalam membangun saling percaya, pemahaman, kejujuran, dan kesetiaan meskipun kesibukan dengan karier masing-masing. Upaya dari pasangan suami istri karier tersebut dalam membentuk generasi yang berkualitas dalam lingkungan keluarga juga terbukti berhasil. Mereka telah mengajarkan nilai-nilai agama kepada anak-anak mereka dengan baik.

Rencana skripsi yang akan ditulis

Rencana skripsi yang akan saya tulis mengenai dampak perceraian terhadap hak asuh anak. karena dampaknya hak asuh anak memengaruhi kesejahteraan anak, dampaknya terhadap perkembangan anak, dan cara terbaik untuk melindungi kepentingan anak dalam situasi yang berbeda.Perceraian juga membawa perubahan lingkungan yang dapat memengaruhi anak secara emosional dan sosial, terutama jika salah satu orang tua pindah ke lokasi yang berbeda. Pembagian waktu antara kedua orang tua juga perlu diatur, baik dalam kasus hak asuh bersama maupun bergantian. Dukungan finansial dalam bentuk nafkah anak juga menjadi pertimbangan penting, di mana orang tua yang tidak memiliki hak asuh utama biasanya diwajibkan memberikan dukungan finansial kepada orang tua yang memiliki hak asuh utama. Meskipun perceraian membawa berbagai tantangan, upaya kedua orang tua untuk bekerja sama demi kepentingan terbaik anak dapat mengurangi dampak negatif dan menciptakan lingkungan stabil yang mendukung perkembangan anak.

#hukumperdataislamdiindonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun