Mohon tunggu...
Anisa Eka
Anisa Eka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga

Tertarik pada pemasaran dan jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

PayLater dan Segala Sisi Buruk yang Dibawanya

5 Juni 2023   11:30 Diperbarui: 5 Juni 2023   11:40 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Buy Now Pay Later atau lebih dikenal dengan BNPL menjadi populer di masyarakat Indonesia terutama di 3 tahun terakhir. Semenjak pandemi COVID-19 di tahun 2020 datang, para masyarakat dilanda krisis ekonomi. BNPL hadir berperan sebagai ‘malaikat penyelamat’ untuk masyarakat yang membutuhkan. 

Dengan adanya sistem BNPL ini, masyarakat bisa membeli barang-barang yang mereka butuhkan tanpa harus khawatir jika mereka memiliki jumlah uang yang cukup. 

Akibatnya, metode pembayaran ini dipuja-puja masyarakat Indonesia karena metode ini dinilai ramah kepada golongan masyarakat yang membutuhkan. Namun, siapa sangka bahwa malaikat penyelamat yang sedang naik daun ini sebenarnya menuntun para penggunanya kedalam jurang krisis finansial?

Untuk mengungkap rahasia gelap yang disimpan oleh BNPL, hal penting yang harus diketahui adalah bagaimana BNPL ini berperan sebagai malaikat penyelamat oleh banyak orang. BNPL adalah metode pembayaran jangka pendek yang memudahkan para konsumen untuk membeli barang walau mereka tidak memiliki jumlah uang yang dibutuhkan untuk membeli barang tersebut. 

Pembayaran dilakukan dalam bentuk cicilan jangka pendek Di Indonesia, metode BNPL telah diterapkan oleh berbagai aplikasi e-commerce seperti Shopee PayLater, GoPayLater, OVO PayLater, dan sebagainya. 

Cara pembayaran BNPL, contohnya pada Shopee PayLater adalah dengan menawarkan empat jenis cicilan, yaitu cicilan 1 kali, cicilan 3 kali, cicilan 6 kali, dan cicilan 12 kali. Walaupun sistemnya hampir mirip dengan kartu kredit, BNPL memberikan bunga 0%. 

Sebagai ilustrasi, jika Anda ingin membeli sebuah ponsel dengan harga Rp 12.000.000 namun anda hanya memiliki Rp 1.000.000 saat ini, anda tetap bisa membelinya dengan cicilan 12 kali. 

Anda membayar Rp 1.000.000 setiap bulannya selama 12 bulan tanpa biaya tambahan. Kelebihan-kelebihan yang ditawarkan oleh BNPL ini memang menggiurkan bagi banyak calon pembeli. Namun disinilah sisi gelap dari BNPL muncul.

1. LATE PAYMENT FEE

Tidak ada satu perusahaan yang tidak menginginkan keuntungan. Walau BNPL menyajikan bunga sebesar 0% selalu ada cara bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yaitu jika konsumen telat membayar. Biaya ini disebut late payment fee. Setiap platform yang menyediakan BNPL memiliki late payment fee yang berbeda. Contohnya pada Shopee PayLater yang menerapkan late payment fee sebesar 5% per bulan dari seluruh tagihan. Biaya yang cukup tinggi apalagi melihat para penggunanya yang masih awam dan cenderung mudah untuk tidak tepat waktu saat waktu pembayaran cicilan. Walau memang biaya tambahan yang cukup tinggi ini meresahkan banyak pengguna, namun dasarnya perusahaan memiliki hak dalam meraup keuntungan lewat sistem ini.

2. INSTANT GRATIFICATION

Gratification atau gratifikasi artinya mendapatkan sebuah reward atas kebutuhan atau keinginan. Jadi, Instant Gratification adalah suatu kondisi dimana seseorang memiliki dorongan kuat dalam memenuhi kebutuhan atau keinginannya secara instan. Fitur BNPL menuntun para penggunanya ke Instant Gratification ini. Dengan adanya BNPL, pengguna bahkan bisa membeli tanpa memiliki jumlah uang yang cukup. Akibatnya, mereka merasa mampu untuk membeli semua barang-barang yang mereka inginkan. Apalagi bagi pengguna awam, jika mereka kerap menuruti Instant Gratification, maka besar kemungkinan mereka akan terjerat late payment fee dan memiliki utang menumpuk di akhir tahun.

Banyak model psikologis yang menyimpulkan bahwa manusia bertindak menurut pleasure principle atau prinsip kenikmatan. Menurut Sigmund Freud, prinsip kenikmatan berusaha memperoleh suatu kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Jika kita tidak mendapatkan kenikmatan itu, maka kita akan merasa cemas dan gelisah.

Berbagai platform e-commerce yang tentu saja mengedepankan kenikmatan konsumen, tahu tentang hal ini. Dalam kacamata bisnis, platform-platform e-commerce memang telah melakukan apa yang seharusnya perusahaan lakukan yaitu memuaskan konsumen. Namun, hal ini akan memperburuk dan membuat maraknya Instant Gratification di kalangan pembelinya. Sebenarnya, kita dapat mengobservasi faktor-faktor penyebab Instant Gratification pembeli online lewat perilaku orang lain atau bahkan diri kita sendiri.

Kecepatan teknologi yang terus berkembang mengakibatkan kondisi ini dirasakan oleh hampir semua konsumen. Sesuai dengan Pleasure Principle, mereka ingin memiliki suatu barang saat itu juga. Namun menurut Cook, ada beberapa faktor yang menjawab mengapa para konsumen sangat ingin kenikmatannya dipenuhi saat itu juga.

a. Antisipasi

Konsumen ingin membeli suatu produk dari antisipasi yang produk tersebut bangun. Contohnya saat suatu brand handphone mengeluarkan produk terbaru mereka dengan fitur-fitur barunya. Para pembeli cenderung akan langsung ingin membelinya melihat manusia merupakan karakter yang penuh dengan rasa ingin tahu dan ingin menjawab rasa keingintahuannya itu dengan membeli barang tersebut secepatnya.

b. Keinginan

Keinginan adalah hal lumrah yang dimiliki oleh manusia, sering manusia keliru dalam membedakan keinginan dan kebutuhan. Motif keinginan pun beragam. Seperti contoh, saat ini berbagai tv series membuat karakter tokoh utama dengan dark feminine personality seperti Maddy Perez dari Euphoria dan Wednesday Addams dari Wednesday. Karakter mereka dikagumi terutama dari kalangan Gen Z akibat keunikannya karena umumnya karakter wanita cenderung digambarkan manis. Akibatnya, banyak orang terutama wanita yang ingin memiliki kesan dark feminine. Para penjual tahu akan hal ini dan menciptakan produk seperti parfum, pakaian, dan make up dark feminine. Tentu saja para pembeli memiliki parfum, pakaian, dan make up sebelumnya namun karena melejitnya karakter dark feminine mereka menginginkan untuk menjadi seperti karakter idola mereka dan membeli barang-barang tersebut. Para pembeli tidak perlu khawatir, Shopee menyediakan berbagai opsi di platformnya yang otomatis menyihir para pembelinya untuk segera membeli produk-produk tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun