Mohon tunggu...
anisa dina
anisa dina Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketulusan Seorang Ibu

8 Desember 2017   08:04 Diperbarui: 8 Desember 2017   08:54 1959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

IBU tiada kata yang lebih indah dari kata "Ibu", mengucap, mendengar dan menulis kata Ibu, selalu terasa damai... Karena Ibu adalah Malaikat tak bersayap, Ibu pahlawan tanpa tanda jasa, dan Ibu pemberi tanpa pamrih. Sebesar apapun seorang anak berusaha membalas jasa ibunya tidak akan pernah mampu menandingi kasih sayang dan pengorbanan Ibu untuk kita anak-anaknya.

Sepanjang kehidupan manusia, sosok ibu memang tidak akan pernah bisa tergantikan dalam kehidupan kita sebagai seorang yang penuh Kasih sayang yang memberikan segalanya tanpa balas jasa. Apa yang paling dinanti seorang wanita yang baru saja menikah?  Sudah pasti jawabannya adalah KEHAMILAN. Sebarapa jauh pun jalan yang harus ditempuh, Seberat apa pun langkah yang mesti diayun, Seberapa lama pun waktu yang harus dijalani, Tak kenal menyerah demi mendapatkan satu kepastian dari seorang bidan yaitu p-o-s-i-t-i-f.

Renungkanlah wahai saudaraku, betapa besar kasih sayang seorang Ibu, kasih yang tulus, hati yang lembut, dan sayang yang tiada akhir untuk kita anaknya. Ibu tak pernah lelah tuk menjaga dan merawat anaknya, ibu tak pernah berpikir untuk dirinya sendiri, anaknya adalah mutiara hatinya yang paling berharga dari apapun dan akan selalu mencintainya selamanya.

Ibu, sampai kapanpun akan menjadi sosok yang paling kita hormati dan banggakan serta wajib kita sayangi, karena dari ibu-lah kehidupan kita berawal. Sejak Ibu mengandung kita selama sembilan bulan, dan kemudian ia mempertaruhkan nyawanya ketika melahirkan kita dan harus kembali mempertaruhkan nyawanya ketika membesarkan dan mengutamakan kebaikan untuk kehidupan kita anaknya. Ia adalah satu-satunya sosok wanita yang mungkin rela memberikan apa saja untuk anaknya. Maka dari itu, tidaklah terlalu berlebihan rasanya jika kita mencurahkan seluruh tenaga kita semampu yang kita bisa, bukan untuk membalas semua jasanya yang tak pernah bisa terbalaskan, namun setidaknya lakukanlah sesuatu untuk sekedar membahagiakan dan menjadikannya wanita tersempurna sebagaimana selayaknya.

Dalam agama Islam, kedudukan seorang ibu sangatlah dimuliakan. Bahkan diumpamakan bahwa surganya seorang anak itu ada dibawah telapak kaki ibu. Oleh karena itu, diwajibkan pada seorang anak untuk dapat berbakti kepada kedua orang tuanya terlebih lagi kepada ibu kandungnya. Dalam al-Quran surat Luqman ayat: 14 Allah Ta'ala berfirman yang artinya:

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu,dan  hanya kepada-Ku lah kamu kembali.

Ibu selalu memberi dan berbuat untuk anaknya, rela korbankan apa saja demi anaknya, dan tak pernah lupa memberi nasihat demi kebaikan anaknya, itulah wujud kasih sayang Ibu.

Inilah contoh Nasihat IBU untuk anaknya :

1. Rumit memang untuk bersabar menghadapi masalah. Tetapi itu jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah dengan baik

2. Kesabaran akan mengajarimu bagaimana menjadi pribadi yang dewasa setiap langkah hidupmu.

3. Bersabar itu tidak hanya di kala kamu sedih, tetapi juga ketika kamu senang, belajar bersabar agak tidak menjadi sombong.

Dan Renungkan lah wahai sahabat, kasih saying ibu itu sungguh luar biasa, seperti dibawah ini :

1. Ibu tak pernah meminta, tapi sadarlah kita sebagai anaknya. Berilah sebisa kemampuanmu.

2. Ibu selalu berusaha memberikan terbaik. Maka wujudkanlah kebaikan untuknya

3. Ibu tidak pernah menuntut diluar kemampuan anaknya. Namun berikanlah kebanggaan untuknya.

4. Ibu telah bersusah payah mencari uang demi menghidupi anaknya, maka dengarkanlah sedikit nasihatnya.

5. Ibu hanya ingin anak-anaknya bahagia dalam kehidupan, maka pahamilah sedikit perasaan dan inginnya.

6. Ibu selalu memberikan restu dan mendo'akan anaknya, maka semangatlah dan capailah kesuksesan sebagai ganjarannya.

7. Ibu tetap tersenyum walau dalam kesusahan, maka bantulah ia dengan hal-hal yang bisa membuatnya bahagia

8. Ibu memang tak berpendidikan lebih tinggi darimu, tapi bantulah dengan prestasimu

9. Ibu selalu mencurahkan kasih sayangnya setiap saat, maka sempatkanlah untuk sekedar berbagi kisah dengannya

10. Ibu masih hidup, maka berbahagialah bersamanya sebelum hanya bisa memberikan doa.

Meski berat, tak ada yang membuatnya mampu bertahan hidup kecuali benih dalam kandungannya.  Menangis, tertawa, sedih dan bahagia tak berbeda baginya, karena ia lebih mementingkan apa yang dirasa sibkecil dibperutnya. Seringkali ia bertanya, menangislah ia?  Tertawakah ia? Sedihkah atau bahagiakan ia didalam sana?. Bahkan ketika waktunya tiba, tak ada yang mampu menandingi Cinta yang pernah diberikannya, ketika itu mati pun akan di pertaruhannya asalkan generasi penerusnya itu bisa terlahir ke dunia. Rasa sakit pun sirna, ketika mendengar tangisan pertama si buah hati, tak peduli darah dan keringat yang terus bercucuran.

Detik itu,  sebuah episode Cinta baru saja berbutar. Tak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain anak. Tak satupun tema yang paling menarik untuk didiskusikan bersama rekan kerja, kerabat maupun keluarga, kecuali anak. Si kecil baru saja berucap "Ma?" segera ia mengangkat telepon untuk mengabarkan ke semua yang ada di daftar telepon. Saat baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara haru, bangga dan sedikit takut si kecil terjatuh dan terluka.

Hari pertama sekolah adalah saat pertama kali matanya menyaksikan langkah awal kesuksesan. Meskipun disaat yang sama pikirannya terus menerawang dan bibirnya tak berhenti berdoa, berharap sang suami tak terhenti rezekinya. Agar langkah kaki kecil itu pun tak terhenti ditengah jalan. Demi anak, Untuk anak, menjadi alasan utama ketika ia berada di pasar berbelanja keperluan si kecil.

Saat menghadiri sebuah pesta seorang kerabat atau keluarga dan membungkus beberapa potong makanan dalam tissue. Ia selalu mengingat anaknya dalam setiap suapan nasinya, setiap gigitan kuenya, setiap kali hendak berbelanja baju untuknya. Tak jarang, ia urung membeli baju untuknya sendiri dan berganti mengambil baju untuk anak. Padahal baru kemarin sore ia membeli baju untuk si kecil.

Meski pun ia terkadang harus berhutang. Lagi -- lagi atas satu alasan, yaitu demi anak. Di saat pusing pikirannya mengatur keuangan yabg serba terbatas, ia melihat catatannya, dikertas itu tertulis:

1.Beli susu anak.

2.Uang sekolah anak.

Nomor urut selanjutnya baru kebutuhan yang lainnya. Tapi jelas di situ, kebutuhan anak senantiasa menjadi prioritas utama. Bahkan, tak ada beras dirumah pun tak mengapa, asalkan susu si kecil tetap terbeli. Tajjab dibiarkan si kecil menangis, apa pun akan dilakukan agar senyum dan tawa riangnya tetap terdengar.  

Duh IBU, semoga saya bisa menjawab pintamu kelak. Bagaimana mungkin saya tak ingin memenuhi pinta itu ? Sejak saya kecil ibu telah mengajarkan arti cinta sebenarnya. Ibulah madrasah cinta saya, ibulah sekolah yang hanya punya satu mata pelajaran, yaitu "cinta". Sekolah yang hanya punya satu guru yaitu "pecinta". Sekolah yang semua murid-muridnya diberi satu nama yaitu "anakku tercinta".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun