Kesenian reog merupakan salah satu warisan budaya Indonesia sekaligus harta peninggalan dari nenek moyang bangsa Indonesia yang sudah sepatutnya dijaga dan dilestarikan. Di zaman sekarang, jarang ditemui generasi muda yang getol melestarikan budaya tradisional. Banyak generasi muda yang terbawa arus globalisasi. Namun, masih ditemui para generasi muda yang menggemari dan memiliki ketertarikan terhadap kesenian tradisional. Seperti sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Reog Sardulo Anorogo yang berada di bawah naungan Universitas Jember. Reog adalah seni tari yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Makna dari kata 'Reog' sendiri diambil dari kata 'riyokun' yang berarti husnul khotimah yang artinya akhir yang baik.Â
"Ini diambil dari cerita raja Kelana Sawandana dari Kerajaan Bantarangin yang bersaing dengan Singo Barong dari Kerajaan Kediri untuk mendapatkan cinta Putri Songgolangit, yaitu Putri Kerajaan Kediri. Setelah Raja Sawandana mati-matian berjuang, akhirnya Singo Barong yang tidak kalah kuat dari Raja Sawandana mengorbankan dirinya sendiri sebagai persyaratan agar Raja Sawandana dapat meminang Putri Songgolangit, yang persyaratannya yaitu hewan berkepala dua.", ujar Faqih salah seorang mahasiswa program studi Teknik Mesin angkatan 2022, selaku ketua UKM Sardulo Anorogo.
"Menurut saya, intinya hidup itu penuh perjuangan dan pengorbanan.", tambahnya.
UKM Reog Sardulo Anorogo telah berdiri sejak tahun 1993. UKM ini merupakan kegiatan kesenian yang berfokus pada pelatihan, pembelajaran, dan pementasan Reog di Universitas Jember. Setiap paguyuban reog memiliki nama-nama unik tersendiri. Nama UKM Sardulo Anorogo sendiri diambil dari kata-kata yang mengandung makna filosofis yaitu 'sardulo' yang berarti macan dan 'anorogo' yang berarti rendah hati. Jadi, nama Sardulo Anorogo memiliki makna macan yang rendah hati.Â
Saat ini, terdapat 2 bagian dalam keanggotaan UKM Reog Sardulo Anorogo. Bagian penampil di atas panggung dan pengurus administrasi UKM Reog Sardulo Anorogo itu sendiri. Jumlah anggota penampil di atas panggung adalah 60 orang dengan peran yang berbeda-beda. Peran-peran tersebut di antaranya: Penari Warok ---penari yang berwajah merah, memakai jenggot, tanpa busana, dan hanya memakai celana besar berwarna putih--- ;Penari Jathil ---penari perempuan memakai kuda--- ;Penari Bujang Ganong ---dua penari yang memakai topeng berwatak jenaka yang lincah--- ;Pembarong ---penari yang memakai topeng paling besar--- ;dan Pengrawit ---para pemain alat musik--- ;serta Wiraswara atau penyanyi.
Anggota UKM Reog Sardulo Anorogo tidak hanya berlatih ketika ada event atau acara-acara tertentu saja. Mereka dilatih oleh pelatih yang didatangkan dari ISI Solo secara rutin 1-2 kali dalam seminggu di lapangan PKM Universitas Jember. Berkat konsistensinya, mereka dapat mencetak banyak sekali prestasi dan penghargaan daerah hingga penghargaan tingkat nasional. UKM Sardulo Anurogo pernah menjadi penampil dalam acara opening ceremony Asian Games tahun 2018 di Surabaya. Pernah menduduki posisi sebagai Juara 3 dalam Festival Nasional Reog Ponorogo tahun 2019, dan yang terbaru adalah mendapatkan posisi ke-tujuh di Festival Nasional Reog Ponorogo 2023. Ini merupakan pencapaian yang luar biasa setelah vakum pada masa pandemi covid-19.Â
"Pada tahun 2020 kami telah mempersiapkan untuk mengikuti lomba nasional, tetapi karena covid-19 niat itu harus diurungkan, hingga akhirnya tahun 2023 bisa kembali lagi mengikuti Festival Nasional Reyog Ponorogo dan alhamdulillah masuk ke dalam 10 besar penampilan terbaik.", ucap Faqih.
Demi mempersiapkan penampilan terbaiknya, Sardulo Anorogo setidaknya membutuhkan waktu setengah hingga satu tahun untuk berlatih. Hambatan datang dari komitmen para anggota, namun hal tersebut dapat teratasi dengan baik.
"Karena reog merupakan tari kelompok, maka semua anggota harus berlatih dengan kompak untuk menghasilkan tarian yang bagus. Setiap anggota memiliki kesibukan tersendiri yang membuat kami kesulitan menentukan jadwal agar semua dapat berlatih bersama. Kami mengatasinya dengan mengajak kembali seluruh anggota agar bersemangat latihan. Setidaknya perlu waktu berlatih setengah tahun supaya menduduki posisi sepuluh besar.", ujar Faqih mengenai proses latihan untuk kompetisi nasional.Â
Selain acara nasional, mereka juga kerap tampil di acara-acara yang diselenggarakan oleh Universitas Jember. Salah satunya adalah Ngabubureog. Ngabubureog adalah acara berbagi takjil serta pertunjukan reog di depan kampus Universitas Jember pada bulan Ramadan tahun 2024 kemarin. Melalui pembina dan divisi kepenarian, mereka mendapatkan berbagai macam acara reog yang bisa mereka ikuti. Usaha Sardulo Anorogo untuk melestarikan budaya nasional, tidak lepas dari dukungan Universitas Jember yang memadai untuk kemajuan UKM ini. Â Mulai dari perlengkapan, pelatihan, workshop, hingga events nasional dengan mengajukan proposal pendanaan sesuai prosedur kepada pihak universitas.
Selain sebagai upaya melestarikan budaya nasional, para mahasiswa juga dapat bersenang-senang dengan mengikuti UKM ini.
"Reog bisa dibilang adalah salah satu bentuk paguyuban atau perkumpulan. Setiap ada acara reog pasti di sana terdapat kumpulan, lewat perkumpulan ini saya bisa bertemu dengan teman-teman baru untuk melupakan sejenak masalah-masalah yang ada.", ujar Renggar, salah satu mahasiswa jurusan Kesejahteraan Sosial angkatan 2022, selaku humas UKM Sardulo Anorogo.Â
Saat ini Sardulo Anorogo sedang fokus berlatih untuk kembali mengikuti festival nasional, serta sedang melakukan proses penerimaan anggota baru 2024.
Aksi nyata yang mereka lakukan sangat patut untuk diapresiasi dan ditiru. Sudah saatnya generasi muda bangsa yang meneruskan dan menjaga eksistensi budaya nasional. Kalau bukan kita siapa lagi. Banyak orang luar negeri ingin belajar kebudayaan Indonesia. Jangan sampai di masa depan budaya kita dirampas oleh bangsa lain.Â