Banyak pemuda Indonesia yang ketika ditanya mengenai cita-citanya akan menjawab ingin menjadi dokter. Namun, untuk menjadi seorang dokter tidak hanya membutuhkan otak yang cerdas melainkan juga hati yang baik dan sifat rela berkorban, baik itu dalam hal material maupun nonmaterial.
Sebagai seorang mahasiswa kedokteran di semester awal, sering kali kami ditanyakan mengapa memilih karir menjadi seorang dokter yang gajinya tidak sebanding dengan apa yang telah dikeluarkan sebagai biaya untuk dapat meraih cita-cita sebagai seorang dokter. Tentu saja hal tersebut sering menjadi renungan banyak orang, termasuk mahasiswa kedokteran itu sendiri. Namun, setelah Saya melewati semester pertama, ada banyak hal yang dapat saya ambil sebagai pelajaran dari pengalaman-pengalaman yang telah kami lewati.
Pengabdian Masyarakat
Salah satu kegiatan yang dikenalkan kepada mahasiswa di fakultas kedokteran adalah Pengabdian Masyarakat atau sering dikenal sebagai ‘Pengmas’. Pengmas biasanya dilakukan untuk membantu masyarakat dengan menargetkan pada topik atau isu-isu tertentu yang benar-benar berkaitan dengan kebutuhan ataupun sesuatu yang perlu disampaikan kepada masyarakat. Dari berbagai macam kegiatan pengmas yang telah kami lakukan, pertanyaan “Mengapa mau menjadi dokter, walaupun gajinya kecil?” menjadi sangat mudah untuk dijawab.
Dengan memilih untuk menjadi seorang dokter berarti mereka siap dan rela untuk mengorbankan waktu dan tenaganya untuk menolong masyarakat. Hal tersebut dapat kami rasakan sebagai mahasiswa baru. Walaupun menyusun acara bukanlah hal yang gampang, itu semua terbalaskan pada akhirnya ketika kami melihat senyuman bahagia dari masyarakat yang kami kunjungi, dan senyum bahagia serta ucapan terima kasih yang disampaikan oleh masyarakat kepada kami merupakan suatu kebahagiaan yang tidak dapat dinilai dengan apapun.
Pekerjaan yang Mulia
Kata-kata yang sering didengar oleh masyarakat, yaitu ‘Pekerjaan seorang dokter adalah pekerjaan yang sangat mulia.’ Tentunya sebagai seorang dokter, mereka akan dituntut untuk selalu dapat menolong tanpa mengenal waktu, tanpa membedakan latar belakang dari orang yang ditolong. Dapat mengedukasi tanpa henti serta dapat mengadvokasikan hak-hak kesehatan bagi masyarakat.
Dari sudut pandang agama, khususnya agama Islam, profesi dokter disebut sebagai salah satu pekerjaan yang dapat menggugurkan kewajiban dari Fardhu Kifayah yaitu suatu kewajiban yang apabila sudah dijalankan oleh sebagian orang, maka tanggung jawab tersebut gugur bagi sebagian orang lainnya. Dapat kita bayangkan betapa besarnya rasa terima kasih dari orang-orang yang merasa terwakili kewajibannya oleh seorang dokter karena dokter dapat membantu orang yang sedang sakit atau orang yang sedang membutuhkan pertolongan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H