Buku novel karya Risa Saraswati yang berjudul "William" diterbitkan pada Mei tahun 2017 oleh penerbit PT Bukune Kreatif Cipta di Jakarta. Novel ini merupakan salah satu novel tentang sahabat hantu Risa Saraswati yang tergabung dalam series novel peter cs. Novel tersebut terdiri atas, William, Peter, Hans, Hendrick, dan Janshen.Â
Risa Saraswati juga menulis novel lain tentang kisah teman hantunya, seperti Danur, Asih, Ivanna, dan Samantha. Bahkan, beberapa judul dari novel tersebut telah berhasil difilmkan dan mendapat banyak pujian dari masyarakat Indonesia, seperti film Danur, serta yang baru tayang pada bulan Juli kemarin yaitu film Ivanna.
Sinopsis dari novel "William" mengisahkan tentang William Van Kemmen yang merupakan seorang anak laki-laki keturunan Belanda berumur sekitar 9 tahun yang tampan dan cerdas, dengan biola tua pemberian sang opa (kakek) yang senantiasa menemaninya.
Namun, dalam hati William sebenarnya merasa kesepian, tatapan matanya juga selalu kosong dan sedih. Hal tersebut karena semenjak ia pindah ke Hindia Belanda (Indonesia), tidak ada lagi orang yang mampu menghibur dan menyayanginya seperti yang dilakukan sang kakek padanya saat di Den Haag, Belanda. Ia rindu akan kasih sayang, tapi tidak mendapatkannya dari kedua orang tuanya.Â
Orang tua William berasal dari keluarga terpandang, papanya bernama Johan Van Kemmen, adalah seorang tentara Belanda yang ditempatkan di Batavia (Jakarta) yang kemudian pindah ke Bandoeng (Bandung), serta mempunyai bisnis yang cukup sukses. Sedangkan mamanya bernama Maria Van Kemmen, yang merupakan seorang bangsawan bergelimang harta yang sangat dimanja semasa hidupnya.Â
Maria merupakan ibu yang sangat buruk, bahkan ia tak pantas disebut sebagai seorang ibu karena sangat membenci anak kandung semata wayangnya sendiri yang tak lain adalah William.Â
Kehadiran William sejak awal memang sudah tidak diinginkan oleh Maria. Menurutnya, William hadir terlalu dini sehingga ia tidak bisa menikmati kehidupannya untuk berfoya-foya.Â
Sikap mamanya yang dingin dan memandang aneh pada dirinya ini membuat hubungan mereka menjadi renggang. Sedangkan papanya yang sudah terlalu mencintai mamanya pun tidak bisa berbuat banyak. William akhirnya tumbuh dalam perasaan tidak diinginkan dan kesepian yang juga membuatnya menjadi lebih dewasa dan bijaksana sebelum umurnya.Â
William tidak pernah bahagia semasa hidupnya, ia seperti boneka yang digerakkan untuk membahagiakan kedua orang tuanya, hingga nafasnya berhenti pun ia tidak pernah merasakan kebahagiaan yang dirasakan setiap keluarga pada umumnya.Â
Setelah kematian menyapa, barulah ia merasa bahagia karena bertemu dan berteman dengan Peter si anak nakal, Hendrick yang congkak, Hans yang perasa, Janshen si ompong, serta Risa si anak manusia yang bisa melihat hantu.
Buku ini mengajarkan kita banyak tentang sejarah, bagaimana kehidupan bangsa kita di masa akhir penjajahan kolonial. Rakyat yang terpuruk di dalam negerinya sendiri, sedangkan orang-orang Belanda semakin memperkaya diri dengan menindas kaum yang mereka sebut Inlander. Sangat jelas kasta yang jauh berbeda seperti majikan dan budaknya.Â
Disisi lain, William, seorang anak laki-laki yang masih berumur 9 tahun tetapi sudah dihadapkan dengan keadaan yang membuatnya mau tak mau harus bersikap lebih dewasa dan bijak dalam mengambil keputusan sebelum umurnya.Â
Orang tuanya yang selalu haus akan kekayaan dan tidak pernah memberinya kebahagiaan layaknya sebuah keluarga membuatnya selalu merasa kesepian dan lebih suka menyendiri bersama biola kesayangan pemberian dari sang kakek dari Belanda.
Kutipan yang saya suka dari novel ini adalah: "Denting air terdengar keras, riuh angin meracau tegas. Susahnya tak dihiraukan, dianggap ada tapi tertekan." - William (hlm. 66).Â
Kutipan tersebut sangat menggambarkan rasanya William menjadi seorang anak di keluarga Van Kemmen. Dimana kedua orang tuanya yang selalu acuh dan mengabaikannya karena menganggapnya aneh, tetapi saat ia berubah menjadi anak yang diimpi-impikan oleh kedua orang tuanya, ia justru merasa tetekan karena tidak menjadi dirinya sendiri.
Selain kutipan tersebut, ada 1 kutipan lagi yang saya suka dari novel ini, yaitu: "Jika tak mampu meminta maaf pada orang yang sudah kau sakiti, setidaknya berusahalah agar tak ada orang lain lagi yang akan tersakiti." - Kas (hlm. 89).Â
Kutipan tersebut tertulis saat William yang bercerita kepada Kas, salah satu temannya saat ia pergi ke Malabar, bahwa ia merasa menyesal dan sangat bersalah kepada teman Inlandernya bernama Toto. Karena tidak ingin mempermalukan mamanya dihadapan kalangan bangsawan, ia berbicara kasar dan mungkin menyakiti hati Toto, dan pada saat itu ia terus murung dan dihantui perasaan menyesal sampai kutipan dari kata-kata Kas itu menamparnya.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari novel ini menurut saya, yaitu:
- Kelebihan = bahasa yang digunakan mudah dipahami serta alur yang disajikan tidak terlalu rumit, sehingga memudahkan para pembaca untuk memahami isi novel. Novel ini tergolong novel yang ringan untuk dibaca sehari-hari, pembawaan ceritanya jelas, tidak betele-tele, dan bagi saya membacanya seperti mendengarkan orang lain bercerita. Desain sampul novel ini juga sangat bagus dan menarik karena menggambarkan ilustrasi dari sang tokoh utama, yakni William yang sedang memegang biola kesayangannya.
- Kekurangan = kurangnya gambar ilustrasi yang ada di dalam novel, sehingga mungkin bagi beberapa pembaca akan kesulitan untuk membayangkan kejadian yang dimaksud dalam cerita. Mengisahkan tentang sedikit kisah sejarah di masa lalu, tetapi kurang terlalu ditonjolkan sisi sejarahnya seperti latar tahun kejadian. Novel ini juga tidak cocok dibaca untuk anak kecil karena terdapat sedikit kata-kata kasar, hinaan dan cemoohan, serta unsur kekerasan.
Nama : Anisa Alifia Kusmadiyanti
NIM : 1130022052
Prodi : S1 Keperawatan
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Tugas UTS Bahasa Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H