Mohon tunggu...
Anisa Abidatu Syakiro
Anisa Abidatu Syakiro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Melihat Kesehatan Melalui Mulut: Tanda-Tanda Penyakit yang Terpantau dari Rongga Mulut

28 Desember 2024   17:18 Diperbarui: 28 Desember 2024   17:18 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rongga mulut merupakan bagian tubuh yang berinteraksi langsung dengan berbagai sistem tubuh, seperti sistem pencernaan, peredaran darah, saraf, dan kekebalan tubuh. Karena adanya keterhubungan antara rongga mulut dengan sistem tubuh, mulut dapat menjadi indikasi awal untuk penyakit tertentu. Air liur atau Saliva juga dapat dapat digunakan untuk memeriksa tanda-tanda kondisi kesehatan tubuh seperti kadar gula darah, hormon, dan juga infeksi. Jaringan mukosa mulut (lapisan dalam mulut) juga sensitif terhadap perubahan sehingga kekurangan vitamin, gangguan sistem kekebalan tubuh, seringkali menyebabkan gejala seperti luka, bercak, atau pembengkakan pada mukosa mulut.

Rongga mulut juga merupakan pintu masuk utama bagi bakteri, virus, dan patogen lainnya. Jika sistem imun terganggu, mulut sering kali menjadi tempat pertama yang menunjukkan tanda-tanda, seperti infeksi berulang atau luka yang tidak sembuh. Kondisi seperti stres, kebiasaan merokok, atau pola makan yang buruk dapat menyebabkan masalah di mulut, seperti gigi retak akibat bruxism, gusi berdarah, atau bau mulut kronis, yang mencerminkan masalah kesehatan karena gaya hidup yang tidak sehat.

Beberapa penyakit menunjukkan tanda-tanda awal di mulut sebelum memengaruhi organ lain diantaranya:

Penyakit sistemik:

  • Penyakit Jantung: Radang gusi kronis (gingivitis atau periodontitis) yang parah dapat menjadi tanda risiko penyakit jantung karena peradangan kronis pada mulut dapat memengaruhi sistem kardiovaskular.
  • Diabetes: Infeksi gusi atau kandidiasis oral bisa menjadi tanda awal penyakit diabetes.
  • Anemia: Lidah pucat atau nyeri pada lidah dapat menjadi gejala pertama anemia.
  • HIV/AIDS: Lesi mulut seperti sariawan, oral hairy leukoplakia, dan bintil kecil, atau infeksi jamur sering kali menjadi tanda awal HIV/AIDS sebelum gejala lainnya muncul.

Kekurangan nutrisi:

  • Kekurangan Vitamin B12: Lidah merah, nyeri, atau terasa terbakar.
  • Kekurangan Vitamin C: Gusi berdarah atau bengkak (skorbut).
  • Kekurangan Zat Besi: Luka di sudut bibir (angular cheilitis) atau lidah pucat.

Autoimun:

  • Lupus Eritematosus Sistemik: Luka atau bercak merah pada mulut.
  • Sjögren Syndrome: Mulut kering kronis akibat gangguan kelenjar ludah.
  • Pemfigus Vulgaris: Luka lepuh yang menyakitkan di rongga mulut.

Infeksi:

  • Infeksi Jamur (Kandidiasis Oral): Lapisan putih di lidah atau pipi dalam.
  • Infeksi Virus: Herpes oral (luka lepuh di bibir) atau lesi akibat virus HPV.

Kondisi lainnya:

  • Penyakit Saluran Pencernaan: Refluks asam lambung dapat menyebabkan erosi gigi atau bau mulut kronis.
  • Stres atau Gangguan Psikologis: Gigi retak atau aus akibat bruxism (menggemeretakkan gigi).
  • Kanker Mulut: Luka yang tidak sembuh, bercak putih/merah, atau benjolan yang menetap.

Karena pemeriksaan yang mudah, baik secara mandiri ataupun dengan dokter atau dokter gigi, tanda-tanda awal penyakit lebih mudah dikenali melalui rongga mulut dibandingkan dengan organ internal lainnya. Oleh karena itu, dokter gigi atau dokter umum seringkali merekomendasikan pemeriksaan mulut secara rutin, agar tanda-tanda awal penyakit dapat segera ditemukan dan dicegah sebelum berkembang menjadi kondisi yang lebih serius.

Namun, pemeriksaan gigi atau mulut secara rutin masih belum dianggap penting bagi sebagian besar  masyarakat. Berdasarkan Riskesdas 2018 (Riset Kesehatan Dasar), hanya sekitar 10,2% masyarakat Indonesia yang pernah memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi dalam setahun terakhir. Sebagian besar masyarakat hanya mendatangi dokter gigi saat mengalami keluhan atau sakit gigi, bukan untuk pemeriksaan rutin. Data lain yang diperoleh adalah dari sekitar 57,6% masyarakat Indonesia mengalami masalah pada gigi atau mulut, seperti gigi berlubang (karies), penyakit gusi, atau infeksi rongga mulut, hanya 10,2% dari mereka yang mendapatkan perawatan medis.

Permasalahan diatas terjadi karena rendahnya kesadaran Masyarakat yang disebabkan kurangnya edukasi, kendala biaya dan akses layanan kesehatan karena kurang meratanya fasilitas kesehatan terutama pada daerah-daerah terpencil, ketakutan atau fobia disebabkan stigma Masyarakat yang kurang baik terhadap prosedur pemeriksaan gigi dan mulut, juga budaya dan kebiasaan. Maka dari itu, edukasi baik melalui media sosial seperti Instagram dan tiktok, atau kampanye secara langsung perlu dilakukan agar kesadaran Masyarakat meningkat. Sekolah juga dapat berperan penting dengan menjadikan pemeriksaan gigi rutin sebagai bagian dari program kesehatan sekolah.  Kemudian, BPJS disediakan untuk menutup biaya perawatan gigi dasar agar tidak ada lagi kendala biaya terutama bagi Masyarakat yang kurang mampu. Dalam hal ini, peran pemerintah adalah meningkatkan akses pelayanan kesehatan di daerah terpencil dengan menyediakan lebih banyak klinik gigi dengan biaya terjangkau. Pemberian insentif kepada Masyarakat berupa diskon atau subsidi juga dapat meningkatkan motivasi Masyarakat untuk lebih rutin melakukan pemeriksaan gigi dan mulut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun