BOGOR - Budaya merantau bagi orang minang merupakan sebuah pertarungan hidup ingin mengubah nasib. Apakah itu mencari ilmu pengetahuan, berdakwah dan mencari rezeki. Merantau menjadi keharusan orang Minang terutama para pemuda. Hal ini pun dilakukan oleh Sari Fitria, S.S.,M.A wanita kelahiran Padang, 7 Mei 1989 yang saat ini bekerja sebagai Dosen Fakultas Sastra di Universitas Pamulang.
Sari Fitria lahir dan besar di Padang, ia merupakan putri dari seorang pedagang. Karena melihat lelahnya orang tua bekerja dengan tenaga, Sari pun bertekad untuk bekerja menggunakan otak.
Langkah yang Sari ambil untuk tekad nya tersebut adalah dengan Sastra, semasa menempuh Pendidikan S1 di Universitas Negri Padang ia rajin ngirim artikel atau cerpen untuk dimuat di media lokal, "Setiap akhir bulan, saya dapat honornya.
Saya juga rajin ikut lomba-lomba menulis yang tidak ada uang pendaftaran, tapi hadiahnya ada uangnya. Nah, ini bikin saya ketagihan suka nulis, mungkin ini dasarnya saya menyukai sastra dan berpikir sastra itu tidak sempit serta memberi peluang ke saya, saya menulis di rumah saja tidak perlu macam-macam, tapi bisa punya tulisan yang menghasilkan uang" ujarnya.
Artikel yang di tulis Sari pun berkesempatan lolos seleksi untuk mengikuti Workshop Penulisan Cerpen Kompas 2014 yang dipandu Putu Fajar Arcana, Agus Noor, dan Seno Gumira Adjidarma,Ia juga Pernah aktif di Surat Kabar Kampus Ganto UNP.
Beberapa karya Sari Fitria, yaitu :
1. Diaspora, Identitas yang Terpecah?,
2. Autentisitas Budaya dalam Karya Sastra Multikultural.
3. Editor Buku Kumpulan Cerpen berjudul ”Jalan Kecil di Desa”
Beberapa cerita pendek dan artikelnya telah dimuat di beberapa media, seperti Singgalang, Padang Ekspres, dan Joglo Semar, dan masuk dalam antologi cerpen.
Selain fiksi, ia juga aktif menulis artikel ilmiah yang berkaitan dengan isu-isu budaya dan permasalahan gender. Beberapa diantaranya telah diseminarkan secara nasional ataupun internasional, dan dimuat di Jurnal dan Prosiding.
Karena kemampuan tersebut, Sari berkesempatan menerima Beasiswa penuh S2 di Universitas Gajah Mada dengan jurusan Ilmu Sastra. Penulis sempat bertanya, "mengapa mengambil sastra? Bagaimana dengan Mahasiswa Sastra yang merasa salah Jurusan?" Menurut Sari, "Sastra itu Candu, awalnya saya berpikir nanti akan jadi apa?, untuk apa saya di sini?. Tapi ketika kuliah, saya bertemu banyak hal ditambah saya juga ikut organisasi sebagai wartawan kampus, jadi berurusan dengan koran dan banyak baca artikel termasuk karya sastra, sampai akhirnya sekarang saya suka sekali sastra. Intinya, jangan kuliah pulang - kuliah pulang saja, pengalaman yang perlu diperbanyak, ikuti diskusi online, buka link atau minta diajak ikut diskusi sastra, apalagi sasindo banyak Dosen-Dosen yang notabennya jurnalis juga penulis"
Dari penuturan Sari Fitria tersebut, apakah teman-teman pembaca masih ragu untuk berkarya dan mengenal lebih jauh tentang sastra?