Â
Jakarta -- Kasus Covid-19 di Indonesia masih terjadi. Data Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) mencatat per 21 Mei 2021, kasus baru positif Covid-19 tercatat 5.746. Total pasien yang terkonfirmasi Covid-19 saat ini sejumlah 1.764.644 orang.
Epidemiolog Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, saat ini varian baru Covid-19 yaitu varian India, Inggris, Brasil, Afrika Selatan hingga varian di Indonesia sendiri sudah ditemukan di Indonesia.
"Kasus di India karena mereka abai prokes setelah vaksinasi. Euforia masyarakat karena kasus turun, abai prokes. Ini seperti terjadi di Indonesia. Euforia saat Lebaran di pusat perbelanjaan dan wisata. Bisa saja kasus Covid meledak seperti India," kata Tri Yunis dalam Taks Show Interaktif Dapur Remaja Radio 107.8 FM dengan tema "Antisipasi Gelombang Kedua Covid dengan Pengetatan Protokol Kesehatan dan Vaksinasi Covid-19", Jumat (21/5).
Untuk mencegah kemungkinan kasus Covid-19 melonjak setelah Lebaran, menurut Tri Yunis ada dua langkah yang harus dilakukan. Pertama program vaksinasi dipercepat. Kedua, meningkatkan sosial distancing atau interaksi sosial dari status sedang menjadi berat.
"PPKM yang dilakukan saat ini adalah social distancing ringan. Bekerja WFH 50 persen tapi tidak dengan peraturan surat tugas, operasional mal dibuka 50 persen tapi jam buka masih normal, operasional restoran 50 persen tapi tidak bisa diidentifikasi," ujarnya.
Ia menyarankan selama PPKM, masyarakat masuk ke mal atau tempat umum lainnya melakukan registrasi online. Sehingga dapat efektif membatasi interaksi sosial.Â
Terkait program vaksinasi, menurut Tri Yunis akan mencegah penularan Covid-19 jika cakupannya sudah mencapai 80 persen dari target penduduk Indonesia.
"Kasus turun setelah vaksinasi. Vaksinasi tahap pertama menurunkan sedikit kasus Covid-19. Vaksinasi tahap kedua akan turun lebih banyak," ujarnya.
Menurut Tri Yunis, status pandemi Covid-19 akan turun menjadi endemis jika vaksinasi tahap kedua sudah dilakukan. Bila sudah endemis, kasus akan hilang tiga atau empat tahun kemudian secara perlahan.
"Vaksinasi dilakukan tahun 2021, kasus akan turun tapi belum jadi endemis. Mungkin 2022 baru akan jadi endemis. Mudah-mudahan vaksinasi berjalan baik. Kalau tidak berjalan baik berarti wabah akan menetap belum jadi endemis," tuturnya.