Aku mengusap kasar wajahku dengan air. Masih dengan mulut yang belum selesai mengutuk. Bagaimana bisa aku terbuai dengan imajinasi ku? Dia begitu nyata. Bahagia itu masih ku rasa. Walau mimpi membatasinya. Namun, imajinasi tetaplah imajinasi. Haidar fana dihidup ku. Bukan nyata.
"Kenapa tadi menyebut namaku?"
Suara itu?
*** SELESAI***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!