Oleh : Anisa dan Sapto Irawan
Banyaknya tekanan serta tuntutan dalam perkuliahan yang melebihi batas kemampuan mahasiswa merupakan suatu stress akademik. Selain itu yang dapat memicu timbulnya stress akademik adalah terlalu khawatir dan tidak percaya diri dalam kemampuannya dalam perkuliahan serta tidak dapat mengelola tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Suatu keadaan merasa terbebani oleh hal dan serangkaian tugas yang menguras pikiran dapat menjadi pemicu stress akademik di kalangan mahasiswa, hal ini dikarenakan mahsiswa merupakan individu yang rentan mengalami stress. (Nur Mawakhira Yusuf, 2020)
Stress akademik dapat memicu dan mempengaruhi ketentraman serta ketidak nyamanan mahasiswa dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat berakibat pada kesehatan fisik dan mental bahkan hingga kegagalan dalam akademik. Menurut hasil riset (Wamad, 2022) menuliskan bahwa dari 3901 responden mahasiswa, terdapat 933 responden setara dengan 24 % mahasiswa yang normal tanpa gejala mental emosional (stress), sedangkan sebanyak 1.766 mahasiswa setara dengan 45 % mengalami stress ringan dan 861 mahasiswa setara dengan 22 % mengalami stress sedang dengan sisanya 267 mahasiswa yang setara dengan 7% mengalami stress berat.
Menurut Boyraz & Legros (2020) dalam (Putri, 2021) menejlaskan bahwa stress akademik merupakan suatu keadaan yang terjadi akibat suatu tuntutan, kesulita mengimbangi serta gagal untuk mendapatkan prestasi. Stress akademik merupakan suatu hal yang selalu berkaita dengan pembelajaran. Stress dibagi menjadi 3 bagian yaitu stress ringan, dimana stress ringan ini tidak berpengaruh terhadap aspek fisiologis individu. Kemudian ada stress sedang, stress dengan kategori ini berdampak pada fisik dan kondisi psikologis individu dan yang terakhir stress berat, stress tersebut sudah dalam tahapan kronis. Stress berat membuat individu tidak mampu mengatasi permasalahan yang dimiliki yang sebebkan oleh tekanan mental dan emosional dalam kehidupan sehari-hari.
Hal tersebut selaras dengan penelitian (Hamzah, 2020) yang membuktikan bahwa stressor yang diterima dari proses akademik disebkan oleh ketidakmampuan mahasiswa dalam menyesuaikan diri di lingkunganya dan tanggung jawab akademiknya. Selain itu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi berkurangnya tingkat stress akademik diantaranya mempunyai sikap pribadi yang kuat dan stabil, selalu optimis akan segala hal yang dilakukan dan tidak melakukan prokastinasi. Sebagai seorang mahasiswa hendaknya cerdas dalam memanjemen waktunya dalam menjalani kehidupan sehari-hari supaya terhindar dari stress akademik. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri datang dikarenakan faktor-faktor emosi negatif, ketidakkonsistenan dan mentalitas siswa yang tidak stabil.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa stress akademik tidak hanya datang melalui tekanan eksternal melainkan datang karena berbagai faktor seperti faktor emosi negatif dalam diri mahasiswa. Mahasiswa hendaknya pandai dalam mengatur segala waktu dalam menjalankan segala aktifitas dengan baik supaya terhindar dari stress akademik yang berpengaruh kepada ketentraman dan ketidaknyamanan dalam diri. Banyak hal positif yang akan tumbuh dan muncul jika kita bisa meminimalisir terjadinya stress akademik.
Sumber Referensi
Anisa Bela, d. (2023). PROKRASTINASI AKADEMIK DAN MANAJEMEN WAKTU TERHADAP STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA DI MASA PANDEMI: REVIEW LITERATUR. JURNAL PSIKOLOGI WIJAYA PUTRA (PSIKOWIPA).
Hamzah, R. (2020). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA STIKES GRAHA MEDIKA. Indonesia Jurnal for Health Sciencess.
Nur Mawakhira Yusuf, J. M. (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Akademik. Psyche 165 Journal.
Putri, R. M. (2021). Tingkat Stress Akademik Mahasiswa dalam Pembelajaran Daring pada Periode Pandemi Covid-19. Journal of Learning and Instructional Studies.