Mohon tunggu...
Anisa SespinaBerlianti
Anisa SespinaBerlianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penyelamatan Harimau Sumatera: Konflik dan Konservasi Habitat

15 Juni 2024   20:53 Diperbarui: 15 Juni 2024   21:10 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kepunahan harimau Sumatera merupakan satu dari banyak tragedi lingkungan yang menyedihkan. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan salah satu subspesies harimau yang terancam punah. Dulu, harimau ini menyebar luas di pulau Sumatera, Indonesia, tetapi populasi mereka telah menurun secara drastis akibat berbagai faktor. Salah satu faktor utama yang menyebabkan kepunahan harimau Sumatera adalah hilangnya habitat mereka akibat deforestasi dan perusakan hutan untuk kegiatan pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur. Kehadiran manusia yang semakin merajalela juga menyebabkan konflik antara harimau dan manusia, sering kali berujung pada kematian harimau yang tak terhindarkan. Selain itu, perburuan ilegal juga telah mengancam populasi harimau Sumatera. Tindakan ilegal ini biasanya dilakukan untuk memperoleh bagian tubuh harimau yang dianggap memiliki nilai dalam perdagangan ilegal, seperti kulit, tulang, dan organ tubuh lainnya. Kombinasi dari faktor-faktor ini telah membuat harimau Sumatera terdorong ke ambang kepunahan. Dalam makalah ini, akan dibahas apa saja faktor penyebab konflik manusia dengan harimau, bagaimana strategi konservasi harimau Sumatera serta peran pemerintah dalam upaya konservasi harimau Sumatera.


Perubahan habitat dan penurunan ketersediaan mangsa alami harimau merupakan dua faktor utama yang berkontribusi terhadap seringnya serangan harimau terhadap ternak. Berdasarkan penelitian milik Patana (Patana et al., 2021), disebutkan bahwa terdapat serangan harimau terhadap ternak di Desa Timbang Lawan dan beberapa desa di sekitarnya dalam lima tahun terakhir. Perubahan habitat merupakan hasil dari aktivitas manusia seperti deforestasi, konversi lahan untuk pertanian, dan pembangunan infrastruktur. Akibatnya, wilayah habitat alami harimau Sumatera mengalami penyusutan yang signifikan, memaksa harimau untuk berpindah dan mencari mangsa di daerah yang lebih dekat dengan permukiman manusia, termasuk area tempat berkembangbiak ternak. 

Selain itu, penurunan ketersediaan mangsa alami harimau juga berperan penting. Hilangnya habitat alami dan perburuan ilegal yang berlebihan telah mengakibatkan penurunan populasi mangsa alami harimau, seperti rusa, babi hutan, dan kijang. Dengan jumlah mangsa yang semakin sedikit, harimau cenderung beralih ke sumber makanan alternatif, termasuk ternak yang dipelihara oleh warga. Akibatnya, serangan harimau terhadap ternak menjadi semakin sering dan meresahkan bagi para pemilik ternak, yang khawatir akan keselamatan ternak mereka. Keresahan ini juga meluas ke seluruh warga di desa-desa tersebut, karena mereka mengkhawatirkan kemungkinan serangan harimau yang berujung pada ancaman terhadap keselamatan manusia.


Menurut Rahman (2022), dari tahun 1997 hingga 2007, terdokumentasinya 235 kasus konflik antara manusia dan harimau di seluruh lanskap menunjukkan betapa seriusnya tantangan konflik tersebut di wilayah tersebut. Dalam periode tersebut, sedikitnya 36 harimau dilaporkan terbunuh atau terluka, sementara banyak orang juga menjadi korban, baik terbunuh maupun terluka, akibat serangan harimau. Konflik semacam ini menciptakan ketegangan dan keresahan di antara penduduk desa yang tinggal di wilayah tersebut. Sebagai respons terhadap ancaman harimau, penduduk desa sering kali merespon dengan upaya untuk membunuh harimau yang dianggap berbahaya bagi keselamatan mereka. Meskipun demikian, ada upaya yang dilakukan untuk mengatasi konflik tersebut dengan cara yang lebih berkelanjutan, seperti menghubungi departemen kehutanan untuk mencoba menangkap dan memindahkan harimau dari daerah tersebut, daripada langsung membunuhnya.


Berdasarkan fenomena konflik manusia-harimau yang telah disebutkan sebelumnya, pemerintah terus berusaha untuk melakukan konservasi habitat harimau Sumatera. Kesadaran akan pentingnya menjaga keberadaan harimau Sumatera sebagai bagian tak ternilai dari ekosistem dan warisan alam Indonesia telah mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah proaktif dalam pelestarian spesies ini serta habitatnya. Langkah-langkah tersebut mencakup pemulihan habitat alami harimau, melalui penanganan deforestasi, restorasi ekosistem, dan pembentukan kawasan konservasi yang dilindungi (Yolanda et al., 2017). Selain itu, pemerintah juga menggalakkan kampanye penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga keberadaan harimau Sumatera dan cara-cara untuk mengurangi konflik manusia-harimau. Program-program penangkapan dan pemindahan harimau yang berpotensi berkonflik dengan manusia juga dilakukan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan manusia sambil tetap mempertahankan keberadaan harimau Sumatera di habitatnya yang alami.


Pemerintah harus terus memberikan pengetahuan mengenai konservasi habitat Sumatera karena sebuah penelitian milik Suryanda (2017) menunjukkan bahwa masyarakat masih kurang memahami fungsi hutan bagi harimau Sumatera. Selain itu, masyarakat juga kurang memahami bahwa keberadaan hewan mangsa harimau Sumatera memiliki peran yang sangat esensial dalam menjaga harimau Sumatera dari kepunahan. Pendidikan dan penyuluhan yang efektif tentang ekologi harimau Sumatera dan hubungannya dengan habitatnya merupakan langkah penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang peran hutan sebagai habitat alami harimau Sumatera dan pentingnya menjaga keberagaman hayati di dalamnya, masyarakat akan lebih mungkin untuk mendukung upaya konservasi dan berpartisipasi aktif dalam melindungi habitat serta hewan mangsa harimau Sumatera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun