Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keindahan alam dengan didukung oleh topografi wilayah yang sangat indah, seperti destinasi Lubang Jepang dan Ngarai Sianok di Bukittinggi, dan beberapa destinasi lainnya. Dibalik keindahannya Sumatera Barat juga kaya akan makanan tradisional daerah seperti hal nya rendang yang sudah mendunia.
Di sisi lain, jika akan berkunjung ke Sumatera Barat wajib untuk membeli oleh-oleh seperti kerupuk sanjai, kacimuih, lapek ubi, dan karak kaliang dengan bahan baku berasal dari umbi singkong. Total produksi umbi singkong mencapai 184.369 ton pada tahun 2018. Dari proses produksi tersebut, menghasilkan limbah organik yaitu kulit singkong yang masih jarang dimanfaatkan dan hanya menjadi sampah saja.
Beberapa riset menunjukkan bahwa limbah kulit singkong banyak ditemui di tempat pusat sentral oleh-oleh khas Sumatera Barat, sebagaimana ditemui di toko Umi Aufa yang bertempat di Padang. "Semua limbah kulit singkong yang dihasilkan dari pengupasan singkong untuk produksi tidak ada yang memanfaatkan sehingga setelah di kupas kulit singkong di letakkan di depan toko dalam keadaan sudah di dalam karung dan dibiarkan hingga ada orang yang menjemput seperti petugas kebersihan", papar Winda sebagai manajer di toko tersebut.
Adanya fenomena tersebut, tim PKM K Universitas Perintis Indonesia yang terdiri atas ketua Nurul, anggota Fikry, rara dan ulfa berinisiatif untuk membuat inovasi sabun dari limbah kulit singkong yang diolah menjadi pati sebagai bahan dasar sabun sehingga membentuk massa gel yang dihasilkan dari kandungan amilosa yang cukup tinggi pada pati. Pati dari kulit singkong akan dikombinasikan dengan ekstrak infusa daun sirih hijau yang kaya akan kandungan zat yaitu kavikol, dimana berfungsi sebagai daya antimikrobial. Oleh karena itu POLASH dapat memberikan perlindungan diri terhadap bakteri, virus dan jamur terutama saat pandemi Covid-19 seperti sekarang.
Dalam pembuatan produk POLASH, Nurul dan tim menjelaskan selain penggunaan bahan alam yang berasal dari limbah kulit singkong dan daun sirih hijau, produk juga ditambahkan bahan lainya seperti cocamide DEA dan sodium lauril sulfat yang berfungsi sebagai agent foaming, HPMC yang berfungsi sebagai stabilizer pembuat gel, pengawet serta adanya tambahan varian aroma yang ditawarkan oleh POLASH.
Pada saat ini POLASH sudah menghasilkan varian mint, jeruk orange, jeruk purut, apel, melon, strawberry, dan varian edisi khusus untuk orang yang alergi terhadap kulit sensitif. POLASH hadir dengan ukuran 30 ml harga Rp 6.000 dan 60 ml harga Rp 10.000. POLASH dikemas dalam botol pump dengan bentuk lebih praktis dan mudah dibawa kemana saja dengan harga terjangkau. Produk kami dapat ditemui di beberapa market place seperti shoope dan tokopedia dengan nama toko Sabun Polash atau dapat datang langsung ke tempat produksi di Universitas Perintis Indonesia .
Keunggulan dari sabun POLASH adalah sabun ini diolah dan berbahan dasar limbah kulit singkong dan mengedepankan eco friendly product sehingga produk juga di jual dalam bentuk refil atau isi ulang apabila pelanggan telah menghabiskan sabun sehingga pelanggan dapat datang ke toko untuk melakukan isi ulang, untuk sistem ini kami namai dengan program penjualan disposible (sekali pakai) untuk mengurangi penggunaan limbah plastik di lingkungan. POLASH sebagai antibakteri telah lulus uji daya hambat yang telah dilakukan di laboratorium uji mikrobiologi Dinkes Sumbar dengan hasil sensitifitas terhadap bakteri Staphyloccocus aureus dan Escherechia coli. Selain itu uji skrining terhadap infusa daun sirih hijau menunjukkan kaya antioksidan yang baik untuk kulit.
Harapannya, hadirnya POLASH menjadi jawaban dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga protokol kesehatan yaitu mencuci tangan dengan sabun yang mudah dibawa kemana-mana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H