Mohon tunggu...
Ani Purwani
Ani Purwani Mohon Tunggu... -

BMI HONGKONG

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Temanten Ndagel

5 Juni 2011   06:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:51 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak terpikir olehku untuk mendapat kesempatan pertama menjadi perias manten beneran,  adalah temanku sendiri yang akan menikah dengan pria hitam manis dari Bantul Jogjakarta, "Seperti mimpi saja batinku" Pagi-pagi sekali aku bangunkan calon pengantin untuk mulai dirias, maklum dukun mantenya masih belajaran, pasti deh memakan waktu yang cukup lama meriasnya.Dengan Bassmalah kumantapkan hati mulai menyisir rambut Tari sahabat kentalku ini, walau dalam hati dagdigdug juga "Pie iki kalau hasilnya jelek malu aku " kata hati kecilku. Kan temanten prianya dari Jogjakarta yang pasti kalau daerah sana riasan mantenya lebih bagus dan lebih pakem.

Pe-de saja lah pikirku kemudian, pastilah mereka maklum kalau tahu dukun mantene masih nyantrik Akhirnya selesai juga tugasku merias pengantin  putri tinggal merias pengantin pria tak serumit merias pengantin wanita ganti baju saja sebentar di dandanin sedikit pakai bedak, lipstik tipis saja sudah ok dan Pak Penghulu sudah datang.Tak selang berapa lama mendapat mandat mengadirkan kedua mempelai untuk segera di nikahkan di ruang tamu yang telah di tata sederhana namun terkesan apik.

Berderet kanan kiri para saksi, keluarga kedua mempelai,pengiring pengantin putra yang kebanyakan masih jomblo mereka asyik berkelakar menggoda kedua mempelai yang masih di dalam ruang rias.Telah di siapkan meja di tengah ruangan di mana Pak Penghulu sudah siap untuk memulai acara ijab kabulnya. Kulihat situasi sudah agak sedikit tenang inilah saatnya menghadirkan kadua mempelai agak sedikit malu sepertinya Tari temanku ini jadi pengantin  pria yang lebih dulu menuju ruangan denang pe denya tanpa menunggu pengantin putri keluar bersamanya.

Begitu Mas Sarjono menampkan wajahnya di balik gorden aku dan Tari mengikutinya dari belakang dengan isengnya  pengiring pengantin pria menabuhinya dengan suara gendingan kebo giro yang di suarakan dengan mulut, tanpa basa basi lagi Mas Sarjono maju ke depan dan cancut taliwondo menyibakan jarik/ kain yg dikenakanya menari ala Bupati ketoprak yang lagi gandrung. Kontan saja semua yang ada di situ langsung tertawa terpingkal-pingkal melihat pengantin pria yang sedang beraksi tersebut.Aku sendiri langsung deprok di lantai saking tidak tahan menahan perutku yang sakit karena tertawa, sesaat kemudian situasi sudah kembali tenang Mas Sarjonopun sudah duduk taklim di sisi wali pengantin putri.

Akupun menuntun pengantin putri menyusul duduk sambil mengusap air mataku yang berderai saat tertawa tadi, untungnya riasanya tidak rusak karena air mata coba kalau berantakan huh repot juga. Masih di iringi senyum-senyum geli mengingat aksi tadi namun acara ijab kabulnya berlangsung cukup hikmad  walaupun tadi ada aksi yang menghebohkan. Selasai sudah acara begitu singkatnya setelah acara ini tidak ada tambahan acara lagi karena temanku tidak suka hal-hal yang bebau mubazir yang penting singkat, padat, yang perpenting isinya, katanya.

Sasampai dirumah akupun masih senyum-senyum sendiri kalau mengingat hal itu. Kok ada ya orang yang lucu banget kayak Alm.Basuki, mending gabung saja ke Srimulat untuk menyalurkan bakat humornya.

Dering hpku membuyarkan lamunanku, segera ku sambar tuk menerimanya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, Ani ini aku Tari" sahut suara di seberang sana

"Pie Ri, ada apa?" tanyaku

"Begini, mertuaku pingin bikin acara walimahan di bantul, sana"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun