Panggilan sayang seorang anak terhadap orang yang melahirkan dan menunjang terciptanya dia dari sang pencipta, sangat beragam.
Bapak-ibu, papa-mama, abi-umi, abah-umi, papi-mami, ayah-bunda, dan sederet barisan lainnya dari berbagai suku macam bangsa. Menurutmu apa bedanya semua panggilan itu? Serupa kan? Tak ada beda? Atau malah sebaliknya?
Apa benar sebuah panggilan sayang seorang anak itu terhadap orang tuanya dibedakan karena perbedaan suku ? menurutku bisa iya , bisa tidak.
Iya,karena setiap suku memiliki tradisi dan bahasa sendiri, maka dalam memanggil orang tuanya pun dengan bahasa dan tradisi mereka.
Tidak, jika aturan panggilan itu berdasarkan “pantas” dan tidaknya orang tua tersebut menerima panggilan sayang dari anaknya. Bingung dengan ungkapan pantas itu? Ya, akupun sedikit bingung, tetapi setelah menjalaninya aku pun mulai mengerti. Dan ini terasa tak adil bagiku, mungkin juga buatmu dan mereka atau bahkan kita semua. Penjelasannya
IBU katanya jika ibu itu seorang yang pastinya dihormati, bijaksana, dan spesifikasi yang pantas dipanggil ibu adalah wanita yang sederhana kebanyakan dari kampung bukan tampang kota.
Kenyataannya banyak orang yang dipanggil ibu berperilaku tidak seperti yang dianggap, dan juga bukan orang kampung.
BUNDA katanya bunda itu lembut, penuh sayang, pengertian, halus. Spesifikasi yang pantas adalah wanita yang berparas keibuan,ayu,lembut.
Kenyataannya banyak tuh bunda-bunda yang arogan, bahkan tidak peduli dengan anaknya.
MAMA katanya jika dipanggil mama orang itu asik, bisa menjadi orang tua sekaligus teman sang anak, menyenangkan. Spesifikasinya wanita yang tampang kota, berkulit putih, cantik.
Kenyataannya ada juga mama yang tidak memiliki spesifikasi itu dipandang tidak pantas dipanggil mama.
Yah,,, saat menulis ini pun aku tidak setuju dengan semua yang aku tuliskan,,
Tapi entah kenapa aku hanya ingin menulis dan menulis,,,
Karena kini aku memiliki seorang anak yang menurutku anak tercantik, terbaik, sebagai anugrah dari Tuhan. Nah kini aku pun seperti orang tua lainnya. Ingin memiliki panggilan sayang dari buah hatiku. Pilihanku jatuh pada panggilan “mama”. Meski sebenarnya tak berpengaruh tapi kenapa aku ingin dipanggil mama, karena saat kecil aku memanggil orang tuaku dengan sebutan ibu, dan dalam kehidupan kecilku sungguh tidak menyenangkan. Serasa ada jarak antara aku dan ibu. Ibu itu sosok yang menakutkan bagiku, salah sedikit saja aku bisa gemetaran menunggu amukannya.
Dan disisi lain, aku pernah melihat teman-temanku memiliki mama, yang sangat sayang dengan mereka. Dan teman-temanku pun sangat bahagia bersama dengan mamanya, benar-benar dekat hubungannya, bisa saling bercanda, mengisi kekosongan, dan aku pun ingin seperti itu.. Mereka juga menyayangi mamanya. Bukan berarti aku tak menyayangi ibuku. Tidak benar itu. Aku sangat menyayangi ibuku meski jujur aku takut padanya. Takut karena ke galakannya.
Dan kini aku sering mendengar hal yang tak ingin kudengar namun terus saja terdengar.
Entah bisik-bisik, entah terbuka, entah dari jubir-jubir yang ada. Yang benar-benar aku muak mendengarnya.
Salahkah aku ingin dipanggil mama, karena aku berasal dari kampung?
Salahkah aku ingin dipanggil mama, karena aku berkulit hitam?
Salahkah aku ingin dipanggil mama, karena aku berasal bukan dari keluarga kaya?
Salahkah aku ingin dipanggil mama, karena kau bilang tidak pantas?
Tidak pantaskah aku yang begitu menyayangi anakku dengan sepenuh hatiku, dan merawatnya sendiri dengan suamiku sejak dia kulahirkan di dunia tanpa campur tangan siapapun, ingin dipanggil mama?
Kenapa kau yang mengatur semua? Kenapa? Kenapa? Kenapa?
Tidak pantaskah aku dipanggil mama oleh anakku sendiri karena rupaku?
Salahkah aku ingin dipanggil mama?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H