"Setiap penyakit ada obatnya, dan  bila telah ditemukan dengan tepat obat suatu penyakit, niscaya akan sembuh atas izin Allah Azza Wajalla." (HR. Muslim).Â
Obat hanyalah perantara, bukan penyembuh yang sesungguhnya. Semua penyakit ada obatnya dan kesembuhannya bergantung pada ketentuan Allah. Perkataan Nabi Musa  direkam dalam al-Qur'an sebagai Firman Allah. "Dan apabila aku sakit, Allah yang menyembuhkannya" (Q.S. Asy-Syu'ara/26: 80). Menunjukan bahwa Nabi Musa mengakui bahwa yang menyembuhkan penyakit seseorang adalah Allah.
Kedua keterangan ini hendak memberikan nasihat kepada kita untuk meyakini bahwa kesembuhan berasal dari Allah. Sebagai bentuk penjagaan keyakinan dari kesyirikan. Bukan obat yang menyembuhkan.Â
Banyak obat luka tradisional berupa dedaunan, diantaranya Balakacida, atau di daerah kami disebut sungga-sungga dan komba-komba. Ketika terkena luka luar, masyarakat langsung mengambil daun ini, ditumbuk sampai halus lalu ditempelkan pada luka. Daun ini sudah firal dan banyak tersebar di mbah google. Daun terkenal digunakan sebagai anti septik.Â
Selain Balakacida ada obat luka dedaunan lainnya yang belum firal di Google. Kayanya saya orang yang pertama kali memperkenalkannya di google. Becanda tapi serius. Hahaha. Di kampung kami daun ini dinamai Daun Kangkuruang.Â
Pengalaman di tahun 2000 an, saya pernah terkena luka pada  jari kaki jempol. Luka itu sudah sekitar dua tahun saya derita, sudah memakai banyak obat dedaunan yang di tempelken, namun belum juga sembuh. Waktu itu handphone belum ada, rumah sakit tidak ada, akses jalan dan listrik belum masuk, dan kendaraan laut masih sulit, dari kampung ke kota satu-satunya kendaraan hanya menggunakan akses laut. Yang biasa kami sebut motoro. Dengan durasi waktu perjalanan ke kota tiga sampai empat hari baru bisa sampai ke kota. Jadi, warga kampung sering mengobati penyakit yang diderita dengan obat alam yang ada di hutan.
Tidak semua dedaunan diketahui oleh masyarakat di kampung saya "Amaholu" sebagai obat luka luar, yang terkenal dijadikan obat luka di kampung saya itulah daun sungga-sungga yang sudah firal yang saya sebutkan di atas. Sementara daun kangkuruang seperti yang saya sebutkan tadi belum diketahui.Â
Suatu ketika datang di kampung saya sekelompok keluarga dari Kampung Lasibatan Timur masih termasuk Pulau Seram satu daratan dengan kampung saya "Amaholu", tempatnya berjauhan, jarak bisa satu hari bahkan lebih dengan motoro. Keluarga itu kebetulan mereka nginap di rumah masih termasuk rumah sepupu saya "Abang Amat", ketika saya berkunjung ke rumah mereka, seorang ibu tua dari Lasibatan Timur itu, melihat luka di kaki saya.Â
Beliau langsung menyuruh salah seorang anaknya mengambil salah satu dedaunan yang tumbuh di samping rumah, daun itu lantas dikunyah-kunyah sampai halus. Itulah daun kangkuruang. Air bekas kunyahan langsung diteteskan di luka setelah luka dibersihkan. Sisa kunyahanya ditempelkan pada luka. Alhamdulilah, dua hari luka jempol kaki saya sudah kering. Pertanda akan sembuh. Saya juga heran, sebab sebelumnya dikampung orang belum pernah menggunakan daun itu untuk mengobati luka.Â
Saya tidak tau, apakah ada mantra-mantra yang dibacakan saat kaki saya diobatinya atau tidak. Namun, beberapa kali saya terkena luka, saya lakukan cara yang sama tanpa mantra, setelah mengunyah daun itu, lalu saya teteskan ke luka bekas air kunyahan dari mulut saya, lalu daun bekas kunyahan itu saya tempelkan pada luka kemudian saya ikat. Alhamdulillah dua hari sampai tiga hari luka saya sudah kering dan tidak sampai sepekan luka sudah sembuh.Â