Mohon tunggu...
Aning ummuHanina
Aning ummuHanina Mohon Tunggu... Wiraswasta - Member Revowriter Nganjuk

Belajar, belajar dan terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

KDRT Marak, Dampak dari Ekonomi Rusak

12 Mei 2024   11:35 Diperbarui: 12 Mei 2024   14:42 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar : https://www.pinterest.com/mohamed113355mona/

Miris, seorang pria tega menganiaya istrinya hanya gara-gara tidak ada lauk ketika makan. Dilansir dr detiksumbangsel.com, "Polisi telah menetapkan pria pengangguran bernama Aris Martono (51) yang menghajar istrinya di Lubuklinggau, Sumatera Selatan (Sumsel), sebagai tersangka KDRT. Kepada polisi, Aris mengaku khilaf menganiaya korban. Dia kesal karena di rumah tak ada lauk makan dan saat minta uang tak diberi korban." (detiksumbangsel.com, 02/5/2024)

Kasus KDRT sudah marak terjadi di Indonesia, bahkan terus berulang hampir setiap detik kasus ini mewarnai keluarga di Indonesia bahkan di sekitar kita. Apa sebenarnya penyebab hal ini marak terjadi bahkan terus berulang? 

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kasus KDRT terjadi. Salah satu penyebabnya adalah faktor ekonomi.

Sulitnya mendapatkan lapangan kerja ditambah maraknya PHK massal membuat semakin banyaknya pengangguran di negeri ini. Belum lagi harga-harga kebutuhan pokok semakin mahal menambah derita keluarga. Maka tak heran jika banyak kepala keluarga yang stress memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan keluarga, hingga menyebabkan melampiaskannya kepada anggota keluarganya.

Di sisi lain, negara justru abai dalam mengurusi urusan rakyatnya. Negara tidak menyediakan lapangan pekerjaan untuk rakyatnya bahkan membiarkan banyak PHK massal terjadi. Negara justru membiarkan tenaga kerja luar negeri ikut bersaing dengan tenaga kerja lokal yang sebagian besar berpendidikan rendah.

Tidak heran jika hal ini terjadi dalam negara ini, negara yang sistem sekuler kapitalisme. Dimana dalam sistem tersebut terjadi pemisahan agama dalam kehidupan. Dimana peran negara hanya sebagai regulator semata.

Berbeda dengan sistem Islam, dimana kepala negara bertindak sebagai pengatur urusan umat. Negara akan memperhatikan kesejahteraan individu per individu, bukan secara kelompok.

Dalam Islam, kaum pria diwajibkan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan keluarganya. Bahkan negara akan menghukum pria yang akan tidak mau bekerja. 

Di sisi lain negara juga berkewajiban menyediakan lapangan pekerjaan untuk umatnya. Sehingga tidak akan ada individu yang menderita akibat tidak adanya pekerjaan. Dan kasus KDRT akibat stress karena ekonomi tidak akan terjadi.

Wallahu 'alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun