Kepingin melihat Singapore dari ketinggian namun dompet lagi cekak jadi nggak bisa naik Singapore flyer yang ternama itu? Atau ingin menikmati landscape Singapore dari ketinggian tapi nggak punya akses ke gedung-gedung pencakar langit? Maka The Pinnacle @Duxton ini bisa menjadi solusinya. Aku tau The Pinnacle ini dari sebuah buku panduan jalan-jalan ke Singapore yang aku baca. Nah karena situasinya cocok denganku, aku jadi ingin mengunjungi tempat itu. Maunya sih naik Singapore Flyer, tapi apa mau dikata, bujet terbatas. Duit Rp 216.050 (29 SGD) buat tiket Singapore Flyer cukup lumayan buatku ha ha ha.. So pilih ke The Pinnacle ini saja deh. Toh intinya bisa lihat Singapore dari ketinggian.
Apa itu The Pinnacle @Duxton? The Pinnacle ini merupakan sebuah public housing alias apartment kali ya. *Untuk informasi lebih detil silakan langsung membaca di wikipedia atau situs resminya. Bukan sekadar apartment, namun The Pinnacle ini punya sky garden terpanjang di dunia. Masing-masing 500 meter, yang terdapat di lantai 26 dan 50. Apa itu sky garden? Lagi-lagi dalam bahasa awamku, ya taman yang ada di atas waakaaakaa.. Dan memang, di lantai 26 dan 50 The Pinnacle yang difungsikan sebagai skybridge ini kita akan mendapati taman-taman yang cantik dan sangat bersih. Ditata sangat rapi lengkap dengan kursi dan meja, sesuai dengan temanya. Ada tema beach, lounge, dan sebagainya. Kesanku; unik dan bagus.
Sebenarnya, the 26th storey skybridge ini merupakan tempat bagi penghuni untuk melakukan aktivitas outdoor mereka seperti jogging, bermain (untuk anak-anak), atau sekadar nongkrong. Namun, pengelola punya ide membuka the 50th storey skybridge untuk umum. Jadilah aku ke sana. Di siang bolong nan terik. He he he tapi namanya mengunjungi tempat baru, selalu menarik. Panas pun tak terlalu aku hiraukan. Lagipula aku bisa leyeh-leyeh di kursi-kursi yang ada di setiap zona. Dari ketinggian di lantai 50 ini kita bisa mendapatkan panorama di sekeliling lokasi. Ingat yah, tidak seperti Singapore Flyer yang katanya bisa sampai melihat ‘Indonesia’. Tapi itu cukuplah. Ada uang ada barang katanya ha ha ha.. Bagiku konsep dari skygarden di skybridge ini cukup menarik. Apalagi dengan penataan taman dengan zona-zonanya. Cukup pantas untuk dimasukkan dalam daftar lokasi yang dikunjungi saat ke Singapore.
Oya, menurutku akan lebih bagus kalau kunjungan ke sini dilakukan pada senja untuk menyaksikan sunset. Tapi siang juga tak kalah menarik sih. Nah lo, jadi bingung. Â Yang perlu diperhatikan saat hendak mengunjungi The Pinnacle, adalah: jam buka dari pukul 09.00-22.00 waktu setempat, dan ada kuota pengunjung. Setiap hari hanya dibatasi 200 orang yang diperbolehkan naik the 50th storey skybridge. Dan sebelum naik, kita harus membayar 5 SGD dulu. Caranya: kita harus punya EZ-Link card. Silakan cari Self-Service Kiosk Machine di Blk 1G, Level 1. Lokasinya di belakang gerai Seven Eleven. Sekalian top-up jika saldo Ez-Link kita sudah mau habis. Kalau sudah ketemu mesinnya, silakan ikuti petunjuk yang ada. Jangan lupa untuk mentap Ez-link di pintu masuk, pada saat hendak masuk dan keluar dari the 50th storey skybridge.
The Pinnacle ini bisa diakses dari stasiun MRT Tanjong Pagar. Keluar dari stasiun langsung lurus saja, menyeberang dua jalan agak besar. Lewat pasar buah kecil, masih terus. Nanti bangunan The Pinnacle langsung terlihat. Lurus terus, melewati semacam cafetaria. Nanti nembus bagian depan The Pinnacle. Dari stasiun MRT kira-kira 1 KM berjalan kaki. Ketika aku mengunjungi sky garden, suasana terbilang sepi. Setelah beberapa saat aku baru bertemu dengan rombongan pengunjung lain. Tapi nggak jelas juga sih, mereka pelancong seperti aku, atau penghuni dan saudara-saudaranya. Atau bahkan orang yang ingin menyewa rumah di Pinnacle xixixixi… Kelihatannya, The Pinnacle masih agak belum familiar bagi pelancong asal Indonesia. Padahal lumayan bagus untuk dikunjungi loh. Terutama bagi yang suka berfoto-foto narsis. Banyak spot menarik di sana!
Lihat Travel Story Selengkapnya
