Sudah menjadi rahasia umum jika masyrakat Indonesia malas dalam hal membaca. Bahkan UNESCO secara terang-terangan menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-60 dari 70 negara soal literasi dunia hal ini dapat dilihat dari hasil data yang dihasilkan berdasarkan penelitian yang dilakukannya. Minat baca di Indonesia  hanya 0,001% artinya dari 1,000 orang Indonesia hanya 1 satu yang memiliki ketertarikan terhadap membaca.
Literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis serta memahami teks tertulis. Namun pada perkembangannya kata literasi meluas hingga lebih dari sekedar memahami texs. Seseorang yang paham literasi akan mampu memahami informasi secara kompleks, bisa berpikir kritis, dan taktial dalam kehidupan. Namun sebaliknya orang yang cenderung memimiliki tingkat leterasi rendah akan berdampak pada produktivitas dan kesulitan dalam menganalisis informasi. Alhasil, meraka akan sulit beradaptasi dalam kehidupan yang cepat berubah dan kurang daya saing di dunia kerja yang kompetitif.
Jika hal ini tetap dibiarkan maka berkemungkinan akan menghambat kemajuan Pendidikan nasional. Â Maka dari itu seharusnya semua orang lebih membuka mata soal krisis literasi yang menimpa Indonesia. komunitas pemuda, oraganisasi mahasiswa, Lembaga Pendidikan, dan pemerintah harus mampu Bersatu menanggulangi musibah yang menimpa peradaban pemuda hari ini. bukan tidak mungkin jika persoalan ini dapat diatasi.
 Hanya saja yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana cara meningkatkan minat membaca di Indonesia?
Menjawab hal ini, seorang komika ternama Indonesia Panji pragiwaksono pernah memberikan statmen yang menarik "jika kamu bertanya bagaimana cara menumbuhankan minat baca dan tak kunjung mendapatkan jawaban?. Maka mungkin saja pertanyaanmu yang perlu dibuah! Coba terlebih dahulu tanyakan.! Bagaimana cara  menumbuhkan minat.? ." menurutnya jika kita tau akan minat kita, berkemungkinan bagi kita untuk menggali informasi yang berkaitan dengan apa yang kita senangi termasuk lewat jalur membaca buku. Semisal ada seseorang yang memiliki ketertarikan terhadap dunia otomotif maka dapat dipastikan ia akan tertarik jika menemukan judul buku "rahasia dibalik otomotif". Beda halnya jika kita menyodorkan buku bergenre politik mungkin saja ia akan langsung menyingkirkan buku tersebut.
Selain itu duta baca sekaligus jurnalis Perempuan indonesai Najwa Shihab turut memberikan pendapat guna memotivasi pemuda agar lebih gemar dalam membaca "manusia sudah menulis ribuan tahun yang lalu cukup perlu satu buku dan mari jatuh cinta terhadap membaca"
Namun pada realitanya. Sulit sekali menemukan buku yang sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan pasar pemuda hari ini. Perlu adanya tranformasi perpustakaan baik dalam ranah perpustakaan pemerintah maupun instansi pendidikan.
Dalam konteks perpustakaan pendidikan, diperlukan adanya buku-buku yang bukan hanya berkaitan dengan mata kuliah melainkan buku-buku bacaan kekenian seperti novel, Kumpulan caption, sastra dan semacamnya. Â dengan jenis bacaan yang beragam maka kemungkinan daya Tarik perpustakaan akan meningkat. guna memancing minat serta kebiasaan pemuda untuk lebih lama bercengrama dengan buku.
Sudah seharusnya perpustakaan lebih berani dan membuka ruang bagi buku apa saja untuk bertempat. Sehingga siapapun berhak mendapat perhatian dari buku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H