Kelompok 1:
1. Bela Ayuningtias Rizki, 2210411050@mahasiswa.upnvj.ac.idÂ
2. Anindya Rasya Salsabila, 2210411156@mahasiswa.upnvj.ac.idÂ
3. Rizqi Muhammad Zaki, 2210411191@mahasiswa.upnvj.ac.idÂ
4. Aurellia Calista Gunawan, 2210411228@mahasiswa.upnvj.ac.idÂ
5. Beyan Ahmad Kalam, 2210411258@mahasiswa.upnvj.ac.idÂ
Klik disini untuk Video Podcast YouTubeÂ
Social Butterfly merupakan sebutan yang dipakai untuk seseorang yang memiliki banyak teman dimanapun ia berada, dan memiliki sifat yang mudah berbaur dengan lingkungan sosial yang dimilikinya. Pernah gak sih kalian terpikir, bahwa si Social Butterfly maupun kita sendiri dapat menunjukkan perilaku yang berbeda-beda di dalam satu circle pertemanan, dengan circle pertemanan lainnya yang kita punya? Circle merupakan sebutan untuk kelompok pertemanan yang kita miliki, dan biasanya terbentuk karena adanya suatu persamaan antara orang-orang yang ada di dalamnya. Mungkin kita memang gak merencanakan semua itu secara pasti, tapi ternyata tampilan perilaku kita dapat berbeda-beda menyesuaikan dimana kita berada. Itulah mengapa semakin seseorang terampil menyesuaikan sikap dan perilakunya dalam beragam circle yang mereka miliki, semakin banyak teman yang ia dapatkan. Kenapa ya bisa seperti itu? Yuk kita simak penjelasannya.Â
Nah, jika kita melihat melalui sudut pandang ilmu komunikasi, dijelaskan bahwa komunikasi dan motivasi individu sangat dipengaruhi oleh budaya tempat mereka berasal. Contohnya, kamu bisa lihat dari perbedaan karakteristik circle yang berasal dari sekitar tempat tinggal kamu, dan circle yang berasal dari lingkungan sekolah, kampus, atau kantor kamu. Dari kedua circle ini, kamu sudah bisa melihat adanya perbedaan dari cara bicara, cara berpakaian, pemilihan jokes yang sering digunakan, dan perbedaan lainnya. Bahkan dalam contoh yang lebih sempit, gaya bicara dan pemilihan topik obrolan juga dapat berbeda dalam beberapa circle yang kamu miliki, walaupun dalam satu lingkungan yang sama loh! Lagi-lagi penyebab perbedaan karakteristik berbagai circle ini disebabkan dari perbedaan budaya yang di dalamnya berupa pengaruh lingkungan, fisiologis, dan psikologis.Â
Seseorang yang disebut social butterfly ini biasanya memiliki sikap yang mudah beradaptasi dan menyesuaikan perilakunya di berbagai circle yang ia miliki. Kemampuannya ini membuat ia menjadi seseorang yang mudah diterima di pertemanan dan disenangi oleh banyak orang. Seseorang harus bisa nih, untuk memilih perilaku seperti apa yang akan ditunjukkan ke dalam circle yang satu, dan ke dalam circle yang lainnya. Kemampuan inilah yang dimiliki si social butterfly sehingga ia dapat berbaur dengan berbagai circle nya yang beragam.Â
Nah, buat kamu yang mau lebih mudah bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarmu, social butterfly mau kasih tau nih bagaimana cara kita menghadapi situasi-situasi yang dapat terjadi akibat adanya perbedaan dari masing-masing individu yang akan kita temui.
Sikap yang Berbeda Saat Kita Berkomunikasi dengan Teman Dekat dan Teman yang Tidak Terlalu Dekat
Pernah gak sih kalian menemukan seseorang yang memiliki cara berkomunikasi yang berbeda ketika berada di lingkungan yang berisi orang terdekatnya, dan ketika berada di lingkungan yang berisi orang yang tidak terlalu dekat? Atau malah kalian nih yang relate dengan pertanyaan tersebut? Sebenarnya, mengapa sih hal tersebut bisa terjadi? Lalu, apakah wajar jika kita melakukan hal tersebut?
Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara individu atau kelompok melalui saluran komunikasi tertentu dengan tujuan untuk memahami dan mempengaruhi satu sama lain. Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, kenapa sih cara atau gaya komunikasi kita bisa berbeda tergantung sama kedekatan kita terhadap lawan bicara? Pada dasarnya, komunikasi kita dipengaruhi oleh cara kita berperilaku kepada lawan bicara kita, dan begitupun sebaliknya. Misal, ketika seseorang berperilaku sopan dan ramah maka hal tersebut bisa meningkatkan suasana komunikasi yang kondusif, nyaman, dan saling menghargai. Lalu sebaliknya, ketika seseorang bisa berkomunikasi secara persuasif maka dapat mempengaruhi perilaku individu, baik secara positif maupun negatif.Â
Loh, berarti kalau cara komunikasinya tidak sama ke orang yang tidak dekat, menandakan perilaku kita tidak baik dong ke orang tersebut? Eits, sebentar dulu. Sebelum mencapai kesimpulan tersebut, kita harus mengerti juga kalau komunikasi dan perilaku itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dari artikel yang berjudul, "Unsur Komunikasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya" dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi komunikasi terdiri dari gangguan (noise), dan konteks.Â
Secara sederhana, kedua faktor di atas dapat memengaruhi hasil dari proses komunikasi atau cara komunikasi dilakukan, karena memang pada dasarnya komunikasi tidak selalu berjalan sebaik yang diharapkan. Hal ini juga berlaku buat mereka sebagai social butterfly, bukan berarti dapat seenaknya untuk memaksa seorang temannya untuk selalu terbuka dan memberikan informasi yang bersifat pribadi kepadanya. Sebaliknya, ia harus bisa menghormati keputusan seseorang yang tidak akan selalu sama dengan harapannya.Â
Tadi juga disebutkan, bahwa perilaku turut mempengaruhi sebuah komunikasi. Maka kita juga perlu paham, apa saja yang menjadi faktor yang mempengaruhi sebuah perilaku. Faktor tersebut antara lain:Â
Faktor personal, seperti faktor biologis dan faktor sosiopsikologis, dan
Faktor situasional, seperti aspek objektif dan lingkungan, faktor psikososial, serta stimulan yang mendorong dan memperteguh perilaku.
Oke, karena semua pertanyaan mendasar sudah terjawab, lalu jawaban dari pertanyaan kenapa cara atau gaya komunikasi kita bisa berbeda tergantung dengan kedekatan kita terhadap lawan bicara, apa dong? Baik, jadi jawabannya adalah karena dalam berkomunikasi terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi cara komunikasi tersebut. Perbedaan cara kita berkomunikasi dengan orang terdekat dan orang yang belum dekat terjadi karena terdapat perbedaan konteks (situasi) ketika kita sedang berkomunikasi dengan mereka. Ketika kita sedang berkomunikasi dengan seorang sahabat maka situasi yang dihadapi adalah situasi intim, non-formal, dan cair. Hal itu menjadikan kita lebih merasa leluasa dan terbuka ketika berkomunikasi dengan mereka. Terlebih kita juga sudah mempercayai mereka. Namun, lain halnya ketika kita sedang berkomunikasi dengan orang yang tidak dekat atau bahkan orang asing. Ketika kita sedang berkomunikasi dengan mereka maka situasi yang dihadapi adalah situasi formal dan kaku. Hal itu menjadikan kita tidak merasa leluasa dan takut untuk terbuka dalam menceritakan sebuah informasi atau berkomunikasi. Hal itu juga terjadi karena kita tidak percaya sepenuhnya dengan lawan bicara kita yang bukan merupakan orang terdekat atau orang yang masih terasa asing.
Maka kesimpulannya adalah, faktor yang mempengaruhi cara berkomunikasi antara teman dekat dan teman yang tidak terlalu dekat dapat dijelaskan melalui pemahaman komunikasi yang melibatkan faktor-faktor seperti gangguan (noise) dan konteks komunikasi. Gangguan dalam komunikasi, baik itu gangguan fisik, psikologis, atau sosial, dapat mempengaruhi bagaimana pesan disampaikan dan diterima. Konteks komunikasi, terutama dalam hubungan dekat, menciptakan situasi yang lebih terbuka dan penuh kepercayaan, yang memungkinkan komunikasi yang lebih rinci dan efektif. Selain itu, faktor hubungan saling percaya juga memainkan peran penting dalam komunikasi.
Pada akhirnya, perbedaan dalam cara berkomunikasi tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi cara komunikasi tersebut. Ini mencakup situasi komunikasi dan tingkat kedekatan dengan lawan bicara. Dengan pemahaman faktor-faktor ini, kita dapat memahami mengapa cara komunikasi berbeda tergantung pada siapa yang kita ajak bicara, dan itu adalah hal yang wajar dalam interaksi sosial.
Punya Dua Circle, Bahkan Lebih ? Atur Sikapnya Gimana Tuh?
Di era yang semakin maju ini, banyak bermunculan istilah-istilah yang berkaitan dengan kehidupan Masyarakat sosial. Salah satunya yang berkembang cukup pesat adalah sebuah istilah yang dinamakan circle. Circle merupakan sekelompok  pertemanan  remaja  yang  saling berkumpul  dan merasa  bahwa  teman  mereka  merupakan  teman  yang sefrekuensi sehingga cocok satu sama lain, yang berbeda dari hubungan teman-teman biasa.
Manusia yang bersifat sebagai makhluk sosial dituntut dan didorong harus memiliki teman dalam hidupnya, situasi ini seringkali membawa diri kita di tengah dua circle yang berbeda, yang akan kita sebut sebagai "Circle A" dan "Circle B". Kedua circle ini mungkin memiliki norma, nilai, dan karakteristik yang berbeda. Bagaimana kita, sebagai individu, dapat menjaga integritas, sikap, dan identitas kita dalam konteks ini, sambil tetap menjalin hubungan yang positif dengan kedua lingkaran sosial tersebut?
Keterbukaan adalah kunci untuk menjaga circle yang berkembang, sehingga tidak merasa rendah diri dan takut untuk mengeksplorasi hubungan yang berbeda. Karena kita bisa belajar banyak dari orang-orang di kedua circle yang berbeda. Dengarlah dan pelajari pandangan dan pengalaman mereka. Dengan hal itu, kita bisa mendapatkan ide-ide baru atau pandangan yang lebih luas.
 Jika kita memberikan lelucon yang sebelumnya lucu ketika kita berada di circle A, tetapi ketika di circle B terdengar biasa saja, maka jangan tersinggung. Sebab tidak semua orang mempunyai pikiran lucu yang sama. Kita tidak punya kewajiban untuk membuat orang lain bahagia atau senang dengan tindakan kita. Tetaplah menjadi diri sendiri, tanpa adanya pura-pura. Tidak perlu karakter palsu atau kepura-puraan dalam hubungan pertemanan. Di dunia ini sudah terlalu banyak orang yang mencoba untuk menjadi orang lain. Dengan kalian menjadi diri sendiri saja, itu sudah cukup hebat.
 Kita juga perlu menjaga keseimbangan antara circle A dan B. Jangan terlalu memihak kepada salah satunya. Sesekali, kita mungkin perlu beradaptasi dengan lingkaran tertentu untuk menjaga keseimbangan dan harmoni. Setiap circle memiliki karakteristik dan norma yang mungkin berbeda. Kita harus belajar untuk menghargai perbedaan ini tanpa menilai atau meremehkannya. Budaya dan perspektif yang beragam adalah sumber belajar yang sangat berharga. Menggabungkan sikap dari dua circle yang berbeda adalah sebuah tantangan yang memerlukan kesadaran, keseimbangan, dan sikap yang bijak. Selalu penting untuk menghormati integritas pribadi, berkomunikasi dengan jujur, dan menjaga keseimbangan antara kedua dunia tersebut. Dengan pendekatan yang baik, kita dapat menjalani hidup yang kaya dan bermakna dengan hubungan yang beragam.
Dalam menjalin persahabatan dengan berbagai circle, penting untuk menjaga keseimbangan, komunikasi yang baik, dan sikap yang bijak. Jangan lupakan bahwa kualitas hubungan lebih penting daripada kuantitas, dan menjaga kesejahteraan kita adalah hal yang sangat penting. Jika dipertemukan dengan lingkungan pertemanan yang membuat kita merasa tidak cocok, maka jangan terlalu memaksakan diri untuk menjadi bagian dari kelompok tertentu. Jika merasa tidak nyaman atau tidak cocok, lebih baik mencari kelompok atau circle yang lebih sesuai dengan keinginan dan minat pribadi. Dalam hal ini, sangat mungkin bagi seorang social butterfly mengalami kendala dalam menyesuaikan diri di dalam berbagai circle nya yang beragam. Salah satunya adalah situasi saat melempar jokes yang ternyata tidak selalu cocok untuk semua circle yang dimilikinya. Namun, perbedaan ini jangan membuat kita untuk menjadi orang lain, melainkan harus tetap menjadi diri sendiri. Setelah itu, kita harus bisa memilah dan memilih circle seperti apa yang cocok untuk kita masuki.Â
Perbedaan Selera Humor di Berbagai Circle? Kadang Jadi Masalah Juga Ya...
Ketika kita berinteraksi dengan berbagai kelompok pertemanan atau yang biasa kita sebut dengan "circle", seringkali kita dihadapkan pada perbedaan selera humor yang membuat kita menjadi canggung. Seperti saat kita melontarkan jokes, tapi gak ada yang memberikan tanggapan atau respon, dan juga membuat kita menjadi merasa sulit untuk beradaptasi dengan circle tertentu. Lalu bagaimana sih, cara kita mengatasi perbedaan selera humor di berbagai circle tanpa merasa canggung atau merasa sulit untuk beradaptasi?
Langkah awal untuk mengatasi perbedaan selera humor adalah mendengarkan dengan baik ketika salah satu anggota circle membuat jokes, lalu apa yang membuat mereka tertawa, dan bagaimana mereka merespons lelucon. Hal ini dapat membantu kita mengerti selera humor mereka dan tau harus menanggapi mereka dengan cara apa. Ketika kita merasa tidak cocok dengan selera humor di suatu circle, cobalah untuk tidak memaksakan selera humor kita sendiri, dan hindari humor yang merendahkan orang lain. Apa yang lucu bagi kita mungkin tidak lucu bagi orang lain atau sebaliknya. Penting untuk menghormati perbedaan selera humor dan tidak menilai humor orang lain.
Dalam menghadapi circle yang memiliki selera humor yang berbeda, cobalah untuk beradaptasi dengan bijak. Artinya kita perlu bijak dalam mengatur perilaku dan lisan kita, kita tidak harus mengubah kepribadian kita sepenuhnya, tetapi kita bisa mencoba untuk mencari tahu jenis humor yang lebih netral atau mencari persamaan dalam selera humor tanpa menghilangkan jati diri kita.
Terakhir, kita harus terbuka dalam berkomunikasi. Jika kita merasa gak nyaman dengan jokes di suatu circle, jangan ragu untuk bertanya tentang apa yang mereka anggap lucu. Dalam menghadapi perbedaan selera humor, hal-hal seperti kesadaran, empati, dan sikap terbuka merupakan hal yang sangat penting. Jadi social butterfly juga bukan berarti selalu dituntut sebagai pencipta jokes di berbagai circle kok. Dengan pendekatan yang bijak, kita dapat membangun hubungan yang baik dengan berbagai circle pertemanan tanpa harus merasa terbebani oleh perbedaan selera humor.
Oke... Tapi Gimana Cara Kita Menentukan Sikap Kalau Ketemu Orang yang Baru?Â
I Have No Clue!
Ketika kita melakukan komunikasi dengan orang baru, mungkin sulit untuk memulai percakapan yang intens. Pastinya, kita ingin memberikan kesan yang baik di mata orang lain. Namun hal tersebut dapat kita lakukan dengan berbagai cara, seperti melakukan kontak mata terhadap lawan bicara, dan percaya diri. Karena kedua hal tersebut dapat membantu kita terlihat lebih mudah didekati. Selain menyesuaikan jokes dengan orang lain, kita juga harus memperhatikan gerak tubuh dan bahasa lawan bicara agar kita dapat mengukur ketertarikan mereka, dan menyesuaikan gaya komunikasi mereka.Â
Tersenyumlah dan bersikap ramah ketika lawan bicara sedang melakukan percakapan. Hal ini dapat memberikan kesan pertama yang baik. Perhatikan nada dan bahasa tubuh kita, dan hindari menyilangkan tangan atau terlihat tidak tertarik, karena hal ini dapat membuat orang lain merasa tidak nyaman. Dengan melakukan cara-cara yang sudah dijelaskan di atas, kita dapat menyesuaikan gaya komunikasi kita untuk memberikan kesan yang baik dan membangun hubungan baik dengan orang baru. Ingatlah untuk bersikap hormat, ramah, dan berpikiran terbuka, serta memperhatikan isyarat orang lain untuk menyesuaikan gaya komunikasi kita.
Daftar PustakaÂ
Aldiansyah, M. A. (2019). Strategi beradaptasi untuk mahasiswa perantauan terhadap lingkungan baru.
Ghifary, H. A. (2019, November 21). Pengaruh Perbedaan Individual Terhadap Hubungan Antar Manusia Dalam Manajemen Psikologi. https://doi.org/10.31227/osf.io/adqy5
Jonathan, A., Alfando, F., & Fransisca, V. (2022). Teman dan Persoalan Hubungan Toxic Dalam Pandangan Etika Persahabatan Aristoteles. Praxis: Jurnal Filsafat Terapan, 1(01).
Khanan, A. M. (2023). Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Kemampuan Adaptasi dalam Peningkatan Soft Skill terhadap Kesiapan Kerja Mahasiswa Magang (Studi terhadap Mahasiswa Magang FEB UKSW) (Doctoral dissertation).
Novita, S., Fifi Hasmawati, & Hartika Utami Fitri. (2023). Analisi Komunikasi Circle Pertemanan Siswa Dalam Perubahan Konsep Diri. Jurnal Ilmu Komunikasi Dan Media Sosial (JKOMDIS), 3(1), 160–165. https://doi.org/10.47233/jkomdis.v3i1.567
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H