Mohon tunggu...
Anindya Kumara
Anindya Kumara Mohon Tunggu... Ilustrator - Mahasiswa

Halo semua aku Anindya, mahasiswa dari program studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, mempunyai hobi menggambar dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Fenomena Akun RolePlay Twitter yang Viral di Kalangan Remaja

7 Januari 2024   14:31 Diperbarui: 7 Januari 2024   16:03 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan internet di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun, Perkembangan dan kebutuhan akan teknologi terus menuntut internet digunakan di berbagai banyak sektor seperti perdagangan, sosial, hingga ke sistem pemerintahan. Di Indonesia, internet sudah banyak digunakan oleh berbagai kategori usia pengguna mulai dari anak-anak sampai usia lanjut (Said Akmala, 2019). Perkembangan internet yang sangat pesat melahirkan media sosial yang dijadikan sebagai alat berkomunikasi, seperti penggunaan aplikasi Twitter.

Twitter merupakan layanan jejaring sosial dan mikroblogging dengan fasilitas mengirim teks info pada akun pengguna dengan panjang maksimum 140 karakter melalui SMS, pesan instan atau surat elektronik (Kusuma, 2009: 4). Media jejaring sosial ini dikembangkan oleh Obvious Corp yang bertempat San Fransisco, Amerika Serikat. Twitter dibuat pada bulan Maret 2006 dan diluncurkan pada bulan Juli di tahun yang sama oleh Jack Dorsey, Noah Glass, Bizz Stone, dan Evan Williams (Kusuma, 2009: 10).

Roleplay berasal dari dua kata yaitu role (peran) dan play (bermain). Roleplay menurut Yardley adalah kata yang digunakan untuk mendeskripsikan rangkaian aktifitas yang melibatkan partisipan (roleplayer) untuk melakukan peran atau menirukan suatu tindakan dan suatu keadaan (Yardley, 1997:1). Sementara menurut Paul Booth, roleplay adalah suatu fenomena yang memungkinkan penggemar bersikap dan berakting menggunakan identitas milik orang lain sebagai Identity Roleplay. Identitas roleplayer di Twitter ini mengacu kepada penggemar yang membuat akun dan berbuat seolah olah mereka adalah seorang karakter idol atau artis dan bermain dengan karakteristik yang ada pada karakter yang sedang diperankannya (Booth, 2010:153-154).

Berdasarkan judul "Artikulasi Identitas Virtual Roleplay Dengan Karakter K-pop Idol Via Twitter" oleh Digna Tri Rahayu diungkapkan bahwa bermain Roleplay juga memiliki beberapa dampak negatif, antara lain:

1.Menumbuhkan ketergantungan
Apa pun yang mendatangkan kesenangan bisa menimbulkan perasaan tersebut akibat peningkatan hormon dopamin, meningkatnya keinginan untuk validasi verbal, kenyamanan, dan kesenangan dari memainkan peran tertentu akan tetapi, hendaknya tahu bahwa perasaan bahagia ini hanya akan bertahan sesaat, ketika kesehatan mental  menurun dan perasaan tersebut hilang, pemain akan terpacu untuk  melakukan hal yang sama lagi agar bisa merasakan kebahagiaan kembali. Oleh karena itu, roleplay menjadi suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus, jika memainkan roleplay untuk jangka waktu yang lama, ketergantungan atau kecanduan pada jaringan sosial dan aktivitas bermain roleplay itu sendiri dapat membahayakan perkembangan emosi.

2.Berbohong secara kompulsif
Pada dasarnya orang yang berperan akan membuat plot atau setting karakter berdasarkan imajinasinya dapat merangsang imajinasi adalah sesuatu hal yang baik, namun melakukannya terlalu sering dapat menimbulkan dampak negatif. Berpura-pura menjalani kehidupan yang  tidak realistis dapat mengaburkan batas antara apa yang nyata dan apa yang tidak. Karena itulah yang membuat seseorang mudah berbohong tentang hidupnya. Dalam Psikologi, hal ini disebut kebohongan kompulsif.

3.Kepercayaan diri rendah
Rasa percaya diri yang rendah  erat kaitannya dengan penggunaan media sosial yang berlebihan. Penelitian mengungkapkan bahwa orang yang cenderung membandingkan diri mereka dengan orang lain yang terlihat di jejaring sosial, sehingga menimbulkan perasaan tidak puas terhadap diri mereka sendiri. Selain itu, bermain Roleplay mungkin juga  memiliki penilaian dan kepercayaan diri yang buruk karena mereka terus-menerus memainkan peran yang mereka anggap lebih baik atau lebih menarik daripada diri mereka sendiri. Perilaku tersebut dapat menimbulkan perasaan rendah diri terhadap jati diri seseorang karena merasa minder

4.Perilaku asosial
Menghabiskan sebagian besar waktu luang di media sosial juga dapat menghambat interaksi dengan teman -- teman di dunia nyata. Selain itu, mereka akan  mudah merasa terisolasi dari dunia luar karena kurangnya koneksi dengan orang lain yang mereka kenal, seiring berjalannya waktu, hal ini dapat mendorong perilaku antisosial yaitu kurangnya motivasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial, salah satu dampak negatif roleplay adalah menyebabkan menjadi anti sosial dan bosan dengan aktivitas di dunia roleplay. Oleh karena itu, cara untuk mengatasi rasa kecanduan roleplay adalah dengan lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial, apalagi di sini peran orang tua tetap penting untuk mengawasi akses anak terhadap akun-akun tertentu serta manajemen waktu yang baik dan tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun