DBD MENGANCAM INDONESIA
ANINDYA KARINA FITRIANI / 191241118
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Demam Berdarah Dengue / DBD adalah penyakit menular akibat virus dengue yang dibawa olek nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Demam berdarah dahulu sempat disebut penyakit “break-done”. Hal ini lantaran gejalanya yang kadang menyebabkan nyeri sendi dan otot seakan tulang terasa retak.
Penyakit DBD bisa bersifat ringan atau berat. DBD ringan hanya akan menyebabkan demam dan gejala-gejala lain yang menyerupai flu atau influenza. Namun, penyakit ini juga dapat berkembang menjadi penyakit dengan tingkat keparahan yang lebih serius dan bisa berakibat fatal. Penyakit yang mengancam jiwa ini telah lama menjangkit Indonesia dan dunia.
DBD mengancam kehidupan manusia dan kesehatan global. Sekitar 3 miliar orang di seluruh dunia berisiko dan terjadi sekitar 20.000 kematian akibat DBD. Indonesia merupakan negara kedua terbesar di dunia yang memiliki angka kejadian dengue lebih dari 120.000 orang.
Tempat pertama di duduki oleh Brazil, dimana angka kejadiannya mencapai lebih dari 400.000 orang. Hampir seluruh bagian dari Indonesia, yang merupakan negara tropis menjadi daerah endemis dengue, yaitu daerah yang biasa terjadi kasus dengue. Padahal pemerintah telah memberlakukan strategi untuk mengendalikan nyamuk seperti jumantik atau gerakan 3M (menguras, menutup, meyingkirkan), menaburkan bubuk abate, namun kejadian kasus dengue tetap tinggi.
Kasus pertama DBD di Indonesia tercatat ditemukan pada 1968, yaitu di Jakarta dan Surabaya. Upaya yang selama ini dilakukan oleh pemerintah dinilai belum maksimal. Hal ini dapat ditengarai akibat pemerintah lebih berfokus kepada sinkronisasi layanan kesehatan dari pusat hingga daerah melalui pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan pengendalian jumlah penduduk melalui Keluarga Berencana (KB). Indonesia belum sepenuhnya bebas dari penyakit DBD. Indonesia perlu menata ulang upaya untuk terbebas dari penyakit ini.
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh Indonesia dalam menghadapi DBD ada 3, yang pertama adalah surveilans yang masih bersifat pasif, dimana laporan dibuat masih berdasarkan laporan dari Rumah Sakit. Kita masih belum dapat mengestimasikan jumlah kasus yang nyata.
Hal yang kedua adalah manajemen kasus. Hal yang terakhir dan paling penting adalah partisipasi masyarakat. Peran serta masyarakat untuk ikut serta secara konsisten menjaga lingkungannya tidak terjangkit dengue memang masih sulit, masyarakat yang mudah lupa dan bosan menjadi masalah.