Berbagai media website mempublikasi isu pemberitaan tentang adanya kebijakan lembaga intelijen Amerika Serikat, yakni CIA (Central Intelligence Agency) untuk memata-matai informasi publik di akun pengguna sosial media, seperti Twitter dan Facebook. Selain itu, bahkan CIA diberitakan juga menggunakan sosial media sebagai sarana publikasinya. Terlepas mungkin ini strategi propaganda CIA melalui sosmed? Apakah intelijen AS tengah mereformasi prinsip sekuritas informasinya menjadi terpublis, dan terbuka bagi pengakses sosmed dunia? Lalu, bagaimana dengan prinsip regulasi transparansi informasi publik lembaga intelijen di Indonesia?
Lembaga intelijen Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA) dilansir selain mengawasi informasi dan jaringan akun pengguna jejaring sosial media, seperti Twitter dan Facebook. Agaknya, CIA telah melakukan reformasi prinsip transparansi sekuritas informasi intelijennya dengan memanfaatkan jejaring sosial media Twitter, dengan akun @CIA yang memunculkan banyak pertanyaan publik di seluruh dunia. Akun @CIA ini publis pada 6 Juni 2014 lalu, dan telah di tweet sebanyak 67.000 pengikut. Luar biasa aneh, bukan? Apakah akun CIA ini hoax, ataukah konspirasi? Akun @CIA dengan link cia.gov itu mempublis motto: “We are the Nation's first line of defense. We accomplish what others cannot accomplish and go where others cannot go”.
Terlepas pembuatan akun CIA itu untuk kepentingan intelijennya, ataukah sekedar guyonan, sindiran pembuat akun, atau memang bermaksud serius untuk memancing targetnya yang terpancing untuk meretweet pada akun itu, sehingga mudah bagi CIA untuk mencari lokasi para followers akunnya? Terbukti, setelah sebuah akun dengan jelas mengaku sebagai teroris tak lama setelah CIA mempublis akun Twitternya. Dengan mention @CIA, tweet yang mengaku teroris itu bahkan telah di-retweet oleh banyak followers. Artinya, akan semakin banyak admin yang mengaku teroris, bukan? Bahkan, cuitan itu juga menyertakan sebuah foto yang terlihat sebagai DM dari @CIA, dan menyatakan bahwa CIA serius menanggapi hal seperti itu, sehingga harus menghapus tweet pengakuan teroris tersebut. Tak ayal, tweet tersebut segera terhapus beberapa saat setelahnya. Wah, untuk sebuah badan intelijen dunia yang dikenal karena kerahasiaan intelijennya, debut akun CIA di Twitter dan Facebook itu justru menyiratkan selera humor dunia intelijen yang tersembunyi.
Media sosial adalah sarana komunikasi yang sarat dengan komentar semaunya, terkadang tidak bermoral, rasialis, bahkan sentimen anti agama tertentu? Sehingga, setelah akun CIA mendunia, banyak publik yang mempertanyakan kebenaran akun @CIA itu sebagai akun Twitter CIA? "Kami tidak bisa memastikan atau menyangkal bahwa ini adalah kicauan pertama kami," tulis akun @CIA. Apakah ini konspirasi?
CIA dengan cepat mengonfirmasi kehadiran mereka di jejaring media sosial, dalam pernyataan persnya tentang akun CIA di Twitter dan Facebook pada 6 Juni 2014. Diberitakan, Juru Bicara CIA Todd Ebitz menyatakan jika CIA mendapatkan akun itu setelah memasukkan keluhan terhadap Twitter untuk merebutnya dari seseorang yang menggunakannya untuk memalsukan lembaga itu. Slogan lembaga intelijen AS itu, "Kami adalah garis pertama pertahanan bangsa. Kami mencapai apa yang tidak bisa dicapai pihak lain dan kami pergi ke mana yang lain tidak bisa pergi." Selain itu, di kedua akun media sosialnya, CIA berjanji akan membagi "foto, kilas balik sejarah intelijen dan fakta-fakta mengasyikkan dari buku Fakta Dunia CIA." Menarik sekali.
Apakah CIA menggunakan akses media sosial dengan membuat akun Facebook dan Twitter, sebagai cara untuk menunjukkan keterlibatannya dengan publik sosmed di seluruh dunia? Ataukah, justru untuk memata-matai seluruh pengguna sosmed di seluruh dunia? Dalam waktu 2 jam setelah launching, akun CIA itu menerima sekitar dari 90.000 retweet dengan 115.000 followers. Saat ini, pengikut akun @CIA menjadi 308.000 followers. Bagaimana prinsip transparansi info intelijen Indonesia?
Dalam pemberitaan media, Direktur CIA John Brennan dalam pernyataan yang dikutip kantor berita Xinhua, tanggal 6 Juni 2014, menyatakan Dinas rahasia Amerika Serikat sebelumnya sudah memiliki akun di beberapa jejaring sosial seperti YouTube dan Flickr. CIA juga telah lama mengikuti perkembangan media sosial. Open Source Center milik lembaga itu memantau jutaan tweet dan update Facebook setiap hari, serta melacak informasi yang disiarkan masyarakat tentang CIA di media sosial. Lalu, bagaimana dengan lembaga-lembaga intelijen di Indonesia, sudahkah mengikuti CIA membuka akun di jejaring sosmed untuk berkomunikasi dengan masyarakat global? Bagaimanakah prinsip regulasi tentang keterbukaan informasi dan sistem pengamanan rahsaia negara yang tepat bagi Indonesia, seyogyanya mulai difikirkan para calon Presiden pada Pilpres 2014, agar Indonesia punya information defence.
@ Anindya Daly
Praktisi Seni Sastra & Budaya
Paksi Katon Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Ndalem Noto Prajan 15, Ngampilan, D.I. Yogyakarta
Email: anindya.daly15@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H