Freya berangkat ke kampus dengan tekad dia tidak akan kalah oleh segala bentuk penindasan, baik secara langsung ataupun terselubung. Siapa tau Will adalah seseorang di luar sana yang anti ras Asia, dan sebenarnya dia hanya ingin mengolok-ngoloknya jika sudah mendapatkan apa yang dia inginkan dari Freya.
Esok paginyaTapi jauh dalam lubuk hati Freya, dia sebenarnya tidak berpikir demikian. Dia bisa melihat Will berlaku sangat murni dari dalam hatinya. Dia sangat ramah dan dia sebenarnya hanya ingin menunjukkan dirinya sendiri di depan Freya.
"William Singe. But just call me Will." Kata itu masih sangat terngiang di telinga Freya. Dan dia sebenarnya mengutuk dalam hatinya siapa sebenarnya yang bodoh dalam urusan ini. Tak lain dan tak bukan adalah dirinya sendiri.
Freya dikagetkan Lee dari belakang ketika dia berjalan ke kelas. Cowok satu ini juga sangat baik padanya. Namun Freya tidak yakin dengan matanya.
"Hai Freya... Kenapa jalan sendirian? Eh... Nanti malam kita belajar kelompok yuk, kan minggu depan Austin mau ngadain kuis." Austin adalah dosen mereka Kimia Organik.
"Nanti malam?" Tanya Freya.
"Iya... Tenang saja, kalau kamu mau, aku dan teman-teman bisa bareng-bareng mengijinkan kamu ke Fred buat pulang agak sorean. Nanti kita jemput kamu sekitar pukul 8, bagaimana?" Tanya Lee.
"Ah... Nanti malam ya?" Kata Freya.
Dia mengingat-ngingat bahwa jika benar seperti yang dikatakan Will, bahwa dia akan ke kafe Fred nanti malam. Tapi apakah benar dia akan ke sana?
"Maaf sekali Lee, tapi sepertinya aku gak bisa." Kata Freya lambat-lambat. Lee sudah berubah pancaran sinar matanya.
"Kenapa kamu gak bisa? Bukankah nanti kafemu gak seberapa ramai jika hari biasa seperti ini? Dan kami bisa ijinkan kamu dan jemput kamu sekalian lho..." Kata Lee agak memaksa.