Mohon tunggu...
Anindita Riskayanti
Anindita Riskayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Hai semua aku Anindita Riskayanti. Jujurly hobiku tuh traveling apalagi ketempat-tempat baru, aku juga suka sekali nongkrong mapun main sama temen-temenku. Aku cenderung extrovert (katanya siiih). Aku kadang nulis what i feel tapi jarang bangettttt sekarang cause only myself knows me well, benerrr ga siiiih?

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Toleransi di Kawasan Puja Mandala Nusa Dua Bali

7 Juni 2022   18:28 Diperbarui: 7 Juni 2022   18:37 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selama ini, toleransi yang diterapkan oleh masyarakat Bali menjadi inspirasi bagi wilayah maupun daerah lain. Oleh karena itu, permasalahan yang diangkat dalam artikel ini adalah "Bagaimana pola toleransi di kawasan Puja Mandala Nusa Dua Bali?". Pernyataan ini dimaksudkan agar mengetahui dan mampu menerapkan model toleransi yang diterapkan antar umat agama di Bali. Kawasan Puja Mandala menjadi contoh model toleransi antar umat beragama yang dapat dibuat contoh di daerah lain untuk saling berdampingan dengan umat beragama lainnya dengan mengembangkan kawasan tempat ibadah.

Melalui kawasan Puja Mandala, kita tau bahwa masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu memiliki sikap toleransi yang tinggi. Dalam kawasan ini terdapat lima agama dan tempat ibadah yang saling berdampingan yaitu agama Islam (Masjid), agama Katolik (Gereja), agama Budha (Vihara), agama Kristen (Gereja), dan agama Hindu (Pura).  Kawasan Puja Mandala sebagai bukti adanya toleransi tinggi anta umat beragama di Bali dapat diurangkan sebagai berikut :

  • Beribadah bersama dalam satu kawasan

Dalam kawasan Puja Mandala terdapat lima tempat ibadah yaitu Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Maria Bunda Segala Bangsa, dan Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat Bukit Doa, Wihara Buddha Guna, dan Pura Jagatnatha. Tembok pagar berukuran 1 meter digunakan untuk membatasi kelima tempat ibadah tersebut.

 Sikap saling menghormati dan saling pengertian antar umat beragama membuat kegiatan beribadah dari lima agama ditempat tersebut terwujud dengan baik karena kesepakatan antara umat yang beribadah dan juga tokoh agama. Biasanya yang melatar belakangi konflik antar agama adalah masalah kecil yang direspon lambat oleh tokoh agama sehingga dapat menyembuat konflik yang lebih besar. Di Kawasan Puja Mandala mempunyai cara agar mencegah konflik tersebut dengan adanya Paguyuban Puja Mandala.

Keterlibatan tokoh-tokoh yang ada di Paguyuban Puja Mandala untuk menyelesaikan maupun mencegah masalah antar umat beragama adalah salah satu solusi pencegahan konflik umat beragama. Paguyuban Puja Mandala mempunyai peranan yang peting salah satunya adalah menyelesaikan masalah kecil yang dapat membuat konflik, mengantisipasi beredarnya berita hoaks di tengah masyarakat dan juga mengkoordinir kegiatan keumatan. Paguyuban Puja Mandala menguatkan rasa toleransi dan ini membuat umat beragama terkoordinir dengan baik di Kawasan tersebut.

  • Kawasan Puja Mandala terbuka bagi semua agama

 Semua suku, agama, etnis, golongan dari berbagai daerah maupun luar negara terbuka di Kawasan Puja Mandala. Wujud nyata untuk meningkatnya kualitas spiritualitas keagamaan antar umat beragama diwujudkan dengan adanya sikap keterbukaan di Kawasan Puja Mandala. Semua manusia dan agama di dunia ini pada dasarnya bersikap baik hal tersebut yang diyakini oleh setiap umat di Kawasan tersebut sehingga tidak kecurigaan terhadap orang lain yang mengunjungi Kawasan tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun