Mohon tunggu...
Anindita BuyungPribadi
Anindita BuyungPribadi Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru

Bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Teks Anekdot dengan Menggunakan Model PBL

8 Juni 2023   21:47 Diperbarui: 8 Juni 2023   21:52 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan di Indonesia sedang berkembang menyesuaikan dengan perkembangan zaman Abad 21. Untuk itu sebagai guru dituntut untuk dapat memberikan pembelajaran yang mampu memberikan pemahaman bermakna dan keterampilan terutama soft skill untuk menghadapi Abad 21. Salah satu keterampilan Abad 21 adalah keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan, antara lain menganalisis, menilai, mengevaluasi, merekonstruksi, serta mengambil keputusan yang mengarah pada tindakan yang rasional dan logis. Keterampilan berpikir kritis  merupakan cara berpikir reflektif untuk menentukan simpulan terhadap sesuatu yang dipikirkan. Perlu adanya perencanaan pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis belum banyak dilakukan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari pengemasan materi yang masih membuat siswa belum terbiasa untuk menyelesaikan soal atau tugas yang berkarakter keterampilan berpikir kritis.  Dampak dari pembelajaran yang belum berorientasi pada keterampilan berpikir kritis adalah peserta didik kesulitan apabila dihadapkan dengan materi/soal yang membutuhkan keterampilan berpikir kritis. Selain itu, pendidik kurang mengembangkan model-model pembelajaran inovatif serta belum optimal dalam menerapkan media pembelajaran berbasis teknologi informasi digital sehingga tujuan pembelajaran belum bisa tercapai secara optimal. Hal ini menyebabkan kemampuan berpikir kritis peserta didik belum berkembang secara optimal dan kepercayaan diri peserta didik dalam menyampaikan pendapat belum maksimal.

Harapannya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah guru mampu memfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritisnya. Selain itu, siswa diharapkan dapat terbiasa melakukan aktivitas-aktivitas pembelajaran yang mengasah keterampilan berpikir kritis, dapat berkreativitas, berkomunikasi, dan berkolaborasi sehingga dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan.

Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning), metode yang bervariasi (ceramah, diskusi, dan kerja kelompok), serta penggunaan media, alat dan bahan pembelajaran inovatif: video animasi anekdot, gambar karikatur, dan presentasi menggunakan canva menjadi salah satu alternatif solusi yang membuat peserta didik antusias dalam mengikuti pembelajaran dan mengasah kemampuan menyimak teks anekdot dalam mengungkapkan gagasan, pesan, kualitas kritikan, dan akurasi data kritikan yang ada dalam teks anekdot. Melalui model pembelajaran PBL, peserta didik dapat saling bertukar pikiran dan berbagi ide maupun gagasan dalam pemecahan masalah yang ada di LKPD.

Pembelajaran berpusat pada peserta didik sehingga dapat mendorong kerjasama yang efektif antar individu dalam kelompok. Peserta didik dituntut untuk aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan rasa percaya diri yang akan berdampak pada meningkatnya pemahaman materi peserta didik. Selain itu, dapat memberikan pembelajaran dan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik karena pembelajaran berorientasi pada kegiatan peserta didik. Proses pembelajaran pun menjadi lebih terstruktur sesuai dengan sintaks model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran Problem-based Learning (PBL).

Proses pembelajaran lebih terstruktur dengan pemberian LKPD. Pembelajaran berpusat pada peserta didik, mereka lebih fokus saat pembelajaran, lebih responsif saat diskusi dan tanya jawab serta saat memberikan tanggapan dalam presentasi. Penggunaan LKPD juga dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Selain itu, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan menganalisis kualitas kritikan dalam anekdot dan mampu menulis teks anekdot. Selain itu, penggunaan media, alat dan bahan pembelajaran inovatif seperti video dan canva mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, serta pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan. Beberapa video animasi dan video stand up comedy pada materi menyimak teks anekdot serta gambar-gambar karikatur pada materi menulis teks anekdot dapat merangsang keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam menyampaikan pendapat.

Tantangan dalam menerapkan Problem-based learning dialami bukan hanya oleh guru tetapi juga oleh peserta didik. Proses pembelajaran yang dilakukan guru belum berorientasi pada kemampuan berpikir kritis peserta didik. Siswa belum terbiasa dihadapkan dengan materi atau soal HOTS sehingga cenderung lama dalam merespon. Peralatan dan perlengkapan yang belum memadai. disiapkan dalam pembelajaran. Selain itu, kurangnya penguasaan guru dalam membuat evaluasi dan rubrik penilaian.

Upaya aksi untuk menghadapi tantangan dalam penerapan desain pembelajaran tersebut terdiri atas 3 (tiga) tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ketiga komponen ini menjadi wajib dilakukan oleh guru agar Problem-based learning dapat berjalan dengan baik. Kurangnya perhatian pada salah satu tahap akan berdampak pada kualitas pembelajaran.

Perencanaan, dilakukan di awal sebelum melakukan penerapan pembelajaran. Hal-hal yang perlu dilakukan antara lain: menyusun dan mempersiapkan rencana aksi dimulai dari membuat modul ajar, LKPD, bahan ajar berbasis problem based learning, media pembelajaran, serta instrumen penilaian. Pada tahap ini, guru bisa berkolaborasi dengan guru mata pelajaran yang sejenis, kepala sekolah, atau bahkan dosen yang memiliki kemampuan di bidang keterampilan berpikir kritis.

Pelaksanaan, dilakukan setelah rencana aksi selesai dibuat. Tahap pelaksanaan dijelaskan sebagai berikut.

Orientasi peserta didik pada masalah, yakni peserta didik mengamati penjelasan materi terkait materi yang akan dibahas, mengamati contoh-contoh penyelesaian masalah kontekstual yang berkaitan dengan materi, dan peserta didik mengajukan hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang disajikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun