Mohon tunggu...
Anindita Adhiwijayanti
Anindita Adhiwijayanti Mohon Tunggu... profesional -

Bad writer but need and wish to be a great one.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Diuntungkan oleh Hama

23 September 2014   01:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:53 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akrab dengan tanaman resam atau Gleichenia linearis di sekitar kebun dekat rumahnya, Kuala Tungkal, Jambi, membuat Abdi Nur penasaran dengan tanaman tersebut. Selama ini, ia selalu mengira bahwa tanaman resam adalah hama yang menghambat pertumbuhan tanaman lain dan merepotkan petani. Hingga pada suatu hari, Abdi bertemu seorang nelayan yang sedang memasang bubu, sebuah perangkap tradisional yang diletakkan di dalam air. Berkeinginan mengetahui, Abdi pun akhirnya tahu bahwa bubu terbuat dari batang resam yang dijalin dengan batang rotan.

Sejak itu, ia mencoba-coba membuat kerajinan dari resam, seperti topi, tas, tempat tisu, vas bunga, wadah makanan, tikar, dan berbagai jenis peralatan rumah tangga yang bermanfaat dengan keyakinan penuh bahwa produk yang dijualnya memiliki keawetan yang tahan lama.

Abdi menyadari bahwa resam dapat sia-sia bila tidak dimanfaatkan, maka itu ia terus menggali kehadiran alam di sekitarnya yang bisa dimanfaatkan, seperti biji dari buah karet. Biji karet ini banyak terbuang karena lahan telah penuh oleh tanaman. Abdi memungutnya dan memanfaatkannya untuk menjadi pernak pernik atau bunga yang disematkan di kerajinannya.

Ada juga getah damar yang terdapat di hutan dan dimanfaatkannya sebagai bahan alami untuk menambah kilap. Ia juga serta memanfaatkan akar tumbuhan pasak bumi, kulit kayu gaharu, dan pelepah pisang untuk memperkaya produk-produk kerajinan tersebut.

Lama kelamaan, produk-produk Abdi semakin dikenal dan membuatnya kebanjiran pesanan, namun ia tidak ingin melakukannya seorang diri. Ia pun mengajak masyarakat sekitar untuk bergabung membuat kerajinan resam. Kini, ada sekitar 50 keluarga di desanya yang menjadi perajin resam tidak tetap, Abdi juga melibatkan 10 pemuda pengangguran sebagai perajin tetap. Ia juga berbagi pengetahuan tentang memanfaatkan resam sebagai kerajinan kepada masyarakat di daerah lain.

Ia yakin dengan konsep adat budaya Melayu dalam mengembangkan usahanya, “Penuh tidak melimpah, berisi tidak kurang. Yang tinggi tidak mengimpit, yang pintar tidak menipu. Hidup berpatutan, makan berpadanan.”

Pemikiran rendah hati yang disertai dengan perbuatan saling berbagi tanpa takut merugi membuat Abdi Nur, menjadi salah satu cerminan sosok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun