Syamsul Bahri, atau yang lebih akrab dipanggil Marajo memulai pemeliharaan ikan nila dalam tambak air payau, saat nelayan tidak bisa melaut di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Butuh waktu berbulan-bulan untuk mengubah lahan milik istrinya, yaitu rawa yang ditumbuhi pohon nipah menjadi tambak ikan air payau dengan pepohonan bakau di dalamnya. Namun, kerja kerasnya ini malah dicibir warga karena tidak percaya bahwa ikan nila bisa dipelihara di kolam air payau. Ia tidak gentar hanya karena cibiran dan malahan tertantang melakukan eksperimen, dengan perlahan-lahan menambahkan kandungan air payau ke dalam kolam agar ikan nila bisa beradaptasi di air laut.
Ia pun terus belajar dengan mengikuti pelatihan tentang konservasi kawasan pesisir hingga ia mengenal konsep pengelolaan ekosistem mangrove yang dipadukan budidaya ikan nila pada tambak air payau di sela-sela tanaman bakau. Ia mengakui bahwa butuh penyesuaian ketat sebelum ikan nila bisa dibudidayakan di air payau. Tingkat keasinan (salinitas) dalam ekosistem air payau sangat perlu diperhatikan agar ikan nila bisa beradaptasi dengan baik. Dari konsep inilah, Marajo dapat meningkatkan kualitas ekologi, serta taraf ekonomi masyarakat di kawasan pesisir atau wanamina.
Jerih payahnya, menghasilkan kelompok usaha untuk mengelola pembudidayaan ikan nila dan patin, karena setelah belajar sembari praktik banyak orang yang mengikuti jejaknya. Ikan nila yang dipeliharanya pun menjadi lebih segar dengan tekstur daging yang lebih padat sehingga pesanannya bisa menngkat hingga 15.000 ekor per bulan.
Tak berhenti belajar dan berinovasi dalam pengembangan ikan nila membuat Marajo menjadi cerminan sosok Mutiara Bangsa Indonesia. Ia juga ingin melestarikan lingkungan sembari membuat lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitarnya.
Jika Anda ingin mengetahui lebih dalam mengenai sosok Mutiara Bangsa BerHasanah, dan ingin belajar secara mendalam dari mereka, silakan menghubungi email ke mbb@kraftigadvertising.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H