Muktamar IDI yang berlangsung di Palembang pada 18 - 22 Nopember 2009 membuahkan beberapa hal yang menggembirakan. Salah satunya adalah pembentukan himpunan dokter spesialis akupuntur Indonesia (PDAI). Dengan dibentuknya PDAI, lulusan Spesialis Akupuntur RSCM memiliki wadah sehingga nantinya dapat mengatur standar kompetensi, etika, dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan SpAk.
Akupuntur adalah ilmu tradisional yang berkembang di Mesir, Cina, India dan Afrika kira-kira 4000 hingga 8000 tahun silam. Meski demikian, dokumentasi ilmu ini di Cina yang paling lengkap diantara negeri-negeri lain mengakibatkan ilmu akupuntur terkenal sebagai Pengobatan dari Cina. Tersebut buku Huang Di Nei Jing (The Yellow Emperor Classic Medicine) yang ditulis pada jaman Kaisar Huang Ti pada 2000 SM menjadi dasar pengobatan akupuntur. Meski demikian, pengobatan ini berkembang pesat pada tahun 1949 setelah berdirinya RRT.
Pada tahun 1979 WHO menetapkan 43 penyakit yang dapat ditanggulangi dengan akupunktur. Dan pada tahun 1991 WHO mengintegrasikan ilmu akupunktur ke dalam ilmu kedokteran konvensional, karena sangat banyak evidence mengenai manfaat dan keamanannya. Pada tahun 2002 WHO mendukung negara anggotanya mengintegrasikan akupunktur ke dalam sistem kesehatan nasional dengan mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan serta memperhatikan safety, efficacy, quality dengan cara memperluas pengetahuan dan memberi pedoman standar pengaturan dan jaminan kualitas. Selain itu juga meningkatkan ketersediaan profesional dengan mengutamakan akses bagi penduduk miskin.
Di Indonesia akupunktur mulai dikenal pada institusi kesehatan formal dengan ditetapkannya RS Dr Cipto Mangunkusumo oleh Menteri Kesehatan sebagai Pilot Proyek Penelitian dan Pengembangan Ilmu Akupunktur oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1963. Pendidikan Ilmu Akupunktur diberikan oleh tim pengajar Dokter Ahli Akupunktur RRC yang pada waktu itu mengobati Presiden Sukarno kepada para dokter dari berbagai bagian FKUI/RSCM (a.l. Penyakit Dalam, Saraf, Anak, THT, dll). Untuk memberikan pelayanan akupunktur kepada masyarakat kemudian dibentuk Sub Bagian Akupunktur Bagian Penyakit Dalam FKUI/RSCM dengan dipimpin oleh Prof. Dr. Oei Eng Tie. Selanjutnya berkembang menjadi Bagian Akupunktur, saat ini menjadi Departemen Akupunktur. Sebagai salah satu Departemen Medik di RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Departemen Akupunktur memberikan pelayanan maupun konsultasi dengan berdasarkan prinsip medik dan evidence based.
Misteri tentang pengobatan akupunktur mulai dipecahkan melalui pendekatan kedokteran konvensional sejak tahun 1964. Adalah Prof. Kim Bong Han, seorang peneliti dari Korea Utara, yang mempelopori penelitian ilmiah di bidang akupunktur. Dalam usahanya mencari kebenaran rahasia sistem meridian akupunktur, ia telah meneliti dan dapat menunjukkan adanya sistem penghubung yang ia namakan sebagai Kyungrak system (sistem meridian) di titik-titik akupunktur dan meridian.
Di Indonesia misteri akupunktur mulai dapat divisualisasikan melalui pendekatan kedokteran nuklir oleh Dr. Koosnadi Saputra, SpK. (Puslitbang Yankes Depkes RI) pada tahun 1990. Penelitian dilakukan dengan menggunakan radio isotop dan alat SPECT (Single Proton Emission Computerized Tomography) yang digunakan untuk melacak jalur meridian akupunktur. Ternyata penyuntikan dosis kecil isotop teknesium perteknetat pada titik He gu (titik akupunktur yang berada di jalur meridian usus besar) menyebabkan migrasi isotop. Migrasi ini tidak melalui jalur sistem pembuluh darah, pembuluh getah bening atau sistem syaraf, tapi merambat sepanjang meridian usus besar. Sedangkan penyuntikan isotop di bukan titik akupunktur tidak menunjukkan adanya migrasi isotop.
Dengan prinsip memperbaiki keseimbangan dalam tubuh, akupuntur memiliki kesempatan berperan untuk memperbaiki kualitas dan penyembuhan segala jenis penyakit. Meski demikian perlu penelitian lebih lanjut apakah akupuntur dapat diterapkan sebagai ilmu tunggal atau hanya bersifat komplementer. Semoga dengan berdirinya PDAI, ilmu akupuntur makin berkembang dengan penelitian-penelitian yang menunjang.
Sumber :