Mohon tunggu...
anindita basuki
anindita basuki Mohon Tunggu... -

lahir 18 maret 1979 di sorong, papua, tapi sekedar numpang lahir. Hijrah n tumbuh di Semarang.menginjakkan kaki di ibu kota RI th 1997 utk menempuh S1. alhamdulillah, sekarang sudah menjadi ibu 1 anak yang menyambi dokter umum. http://dokterdita.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mars and Venus Together Forever

5 Juli 2010   10:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:05 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teruntuk Om Jay, & teman2 blogger.... Teruntuk my lovely husband yang memiliki buku ini, tapi mungkin sudah lupa isinya =D Inilah tulisan saya yang pertama setelah sekian bulan absen. Btw, saya masih mengerjakan akreditasi yang kecepatannya udah very very slow down, eh...breaking news : saya hamil jalan 5 bulan, dan masih berkutat dengan manajemen RS khususnya di bidang logistik. TS yang bekerja di RS pemerintah, khususnya bidang logistik pastinya sekarang juga senasib dengan saya yang mulai berbenah dengan sistem administrasi pemerintahan yang baru =). Tapi, bukan semua itu yang membuat saya tidak menulis. MALAS. Ntahlah... klise. Susah buat komit. Biasanya pulang kerja saya langsung buka laptop, update status, baca kompasiana & blog saya..., tapi sekarang mending tidur-tiduran. Malam ga sempet karena selain anak saya langsung minta lihat gambar-gambar mobil yang sengaja saya simpan di laptop, kemampuan saya untuk bangun malam dan membuka laptop jauh berkurang =). Hehehe...ya udahlah. Hidup kan ada up & down. Pokoknya, saat ini saya mau berbagi tema komunikasi suami istri dari buku yang saya baca : MARS AND VENUS TOGETHER FOREVER, by JOHN GRAY, Ph.D. Temen2 yang udah nikah & belum baca buku ini, saya sarankan untuk baca...apalagi yang masih sering berantem sama suami. Yang udah baca, silakan baca lagi sekedar mengingatkan. Yang belum nikah, boleh baca untuk memperluas wawasan. Sebelumnya, saya sering ngerasa kenapa saya selalu susah berargumentasi dengan suami saya, kenapa saya sering merasa kehilangan kata-kata yang tepat, kenapa sering saya tidak memahami perasaan saya sendiri, pun sering terlintas di pikiran seharusnya suami saya tahu apa yang seharusnya dilakukan bila memang dia mencintai saya, bahkan pernah terlintas mungkin memang begini pernikahn yang dilakukan tanpa pacaran. Saat itu tempat tinggal kami berjauhan. Saya di Banjarmasin, dia di Jakarta. Kami bertemu hanya 3x sebelum menikah. Dia pun bukan seseorang yang saya kenal sebelumnya. Jadi, tiada alasan romantis yang mempersatukan kami. Mungkin itu pula yang membuat dia kurang cinta. Apalagi kalo dibandingkan bapakku yang sering mengalah sama mamaku. Bagi bapak, mama is the one and only. Heheehe...mungkin emang gitu sifat manusia : senang membanding-bandingkan & rumput tetangga terlihat lebih hijau. Sebenarnya aku belum menamatkan buku itu. Tapi, rasanya tak sabar lagi untuk membagi pengalaman berharga yang kudapatkan. Siapa tahu ada yang membutuhkan dengan segera. Sejauh ini, kesimpulan dari buku itu : (1) jika cowo butuh ruang untuk sendiri & berpikir, cewe justru sebaliknya. butuh banyak bicara untuk menyelami perasaan & pikiran2-nya. Contoh : saat suami banyak pikiran & tidak sedang ingin membicarakannya, istri ga usah nanya macam2. Lebih baik bikinin minum atau temenin nonton TV. Tapi kalo istri yg kelihatan kesal, suami justru banyak mengajukan pertanyaan yang simpatik untuk menggali istri lebih banyak bercerita. Niscaya kebete-annya akan menghilang. (2) jika cowo cenderung untuk bertindak dalam menyelesaikan masalah, cewe umumnya mengatur perasaannya dahulu dalam menghadapi masalah. Saat bercerita, cewe sebenarnya tidak selalu mengharapkan solusi. Cukup didengarkan, apalagi bila dia bebas mengungkapkan perasaan2-nya. (3)Bila cowo mendengar keluhan istrinya seperti menuduh atau hendak melawan, sebenarnya bukan itu maksudnya. Itu hanyalah tanda bahwa istri membutuhkan perasaan-perasaannya didengarkan / diketahui oleh suami. HAL -HAL YANG PERLU DIKEMBANGKAN WANITA Persiapkan suami anda untuk mendengarkan. - Tanyakan dulu keadaan suami anda hari itu. - Tanyakan apakah dia siap memulai pembicaraan -Katakan anda tidak mengharuskan suami memberi saran atau menilai ucapan anda karena mungkin saja ini berupa emosi atau mengatakan apapun. Katakan anda hanya ingin suami mendengarkan PRIA -Kalau anda curiga istri sedang marah, jangan menunggu dia untuk memulai pembicaraan tersebut -Saat anda membiarkannya berbicara, tetaplah mengingatkan diri anda tidak ada gunanya untuk marah kepadanya karena dia marah -Meski anda merasakan kepentingan mendesak untuk menyela atau membenarkan, JANGAN LAKUKAN hal tersebut -Bila anda tidak tahu apa yang harus dikatakan, diam sajalah. -Jika dia tidak mau bicara, ajukan lebih banyak pertanyaan sampai dia mau bicara -tetaplah bersikap setenang mungkin & jangan kehilangan kendali. Banyak contoh / situasi yang ingin saya tuliskan di sini, tapi takutnya kebanyakan. Jadi, kalau merasa bahasan ini pas dengan situasi anda saat ini, cari sendiri bukunya. Atau mau pinjam suami saya juga boleh. Anyway, ini cuma tips. Hanya dengan membaca saja tidak langsung membalikkan keadaan. Perlu praktek yang terus-menerus suapaya kita lebih ahli dalam berkomunikasi dengan pasangan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun