Mohon tunggu...
anindita basuki
anindita basuki Mohon Tunggu... -

lahir 18 maret 1979 di sorong, papua, tapi sekedar numpang lahir. Hijrah n tumbuh di Semarang.menginjakkan kaki di ibu kota RI th 1997 utk menempuh S1. alhamdulillah, sekarang sudah menjadi ibu 1 anak yang menyambi dokter umum. http://dokterdita.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Komunitas Motor Santun

23 Juli 2011   16:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:26 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya saya bisa naik motor. Saat SMA, kemana-mana naik motor. Tapi, setelah hijrah ke Jakarta, ortu & suami gak ngijinin naik motor, kecuali untuk tempat2 dekat rumah. Apalagi sejak adikku kecelakaan 2x saat naik motor hingga harus pasang pen.

Namun akhir2 ini, banyaknya motorers, ditambah kelakuan yang ugal-ugalan menjadikan aku takut untuk mencoba bermotor ria di jalanan. Yang tadinya gak naik karena diperintahkan, kini menjadi gak naik karena takut sungguhan.

Aku pernah dibonceng motorer yang berani nyelip ditengah-tengah mobil yang melaju berlawanan arah, aku sering melihat motor yang tancap gas padahal lampu masih merah, motor yang saling bergandengan (pengemudinya ngobrol), motorers anak2 SMP bahkan mungkin SD kelas 6, motor2 yang gak punya spion kanan kiri, motor yang mati lampunya, motor yang menyerobot jalur busway & bertaruh nyawa, motor2 yang gak mau antri, dan yang bikin kesal tidak mau gantian saling memberi jalan. Pantaslah ada lelucon, bila ada bencana kebakaran di Jepang, Amerika, Indonesia yang paling banyak mati justru Indonesia. Karena mereka saling berdesak-desakan sehingga pintu keluar macet, akibatnya tak ada yang selamat.

Memang gak semua motorers. Begitu juga gak semua mobil santun di jalan. Belum lagi angkot. Tapi, berhubung pemakai motorers amat sangat berkembang pesat, tidak ada salahnya untuk memulai duluan.

Gerakan / Komunitas motor santun. Selain mengembangkan kedisiplinan & tata tertib dalam berkendara, kembangkan juga sikap toleransi & senang menolong (*memberi jalan*), juga tidak membolehkan anak-anaknya yang belum memiliki SIM untuk naik sepeda motor.

Yamaha, Honda, Suzuki. Meskipun memiliki komunitas masing-masing dan ikut mengkampanyekan safety riding, ternyata belum sesukses penjualan produknya. Seharusnya penjualan dibatasi. Tapi, apakah pemerintah berani? Lagipula, transportasi massal juga belum ada yang layak. Tidak semobile naik motor. Jadi daripada sibuk menyalahkan sana-sini, lebih baik mulai dari diri sendiri. Mendaftarlah dalam Komunitas Motor Santun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun