1. Biografi Vygotsky
Lev Semyonovich Vygotsky merupakan seorang keturunan Yahudi yang lahir di kota Orscha pada tahun 1896, pada masa Tsar Rusia. Pada usia 15 tahun, ia mendapat julukan "Profesor Kecil" karena perannya sebagai pemimpin diskusi mahasiswa. Pada usia 18 tahun, ia menulis kritik terhadap drama Hamlet karya Shakespeare, yang ia masukkan ke dalam berbagai publikasi psikologisnya. Dia duduk di bangku sekolah kedokteran di Universitas Moskow tetapi kemudian beralih ke sekolah hukum.
Di usia yang ke28 tahun, Vygotsky mengembangkan minatnya pada studi psikologi, setelah sebelumnya lebih fokus pada sastra dan ilmu sosial. Vygotsky awalnya menjabat sebagai instruktur sastra di suatu institusi, lalu ditugaskan untuk menjadi guru psikologi di sekolah tersebut. Sebenarnya, ia tidak memiliki pendidikan akademis di bidang tersebut. Ketertarikan Vygotsky terhadap psikologi membawanya untuk melanjutkan studi lebih lanjut di bidang tersebut di Institut Psikologi Moskow pada tahun 1925. Ia meninggal karena tuberkulosis pada usia 37 tahun pada tahun 1934. Teori Vygotsky dibentuk oleh gagasan tiga filsuf. Yang pertama ialah Benediktus Spinoza. Spinoza memegang keyakinan bahwa semua pengetahuan, secara teori, dapat diperoleh melalui proses berpikir rasional. Manusia dapat mengendalikan nafsunya dengan cara menumbuhkan pemikiran rasional. Teori Vygotsky menjelaskan pencapaian pengendalian diri melalui pengembangan kapasitas mental rasional (fungsi mental). Filsuf kedua ialah GWF Hegel. Sistem dialektika terdiri dari proses negasi, dimana suatu tesis dibantah oleh lawan atau antitesisnya, dan kemudian diselesaikan melalui penciptaan formasi baru yang secara kualitatif.
2. Biografi Jean Piaget
Jean Piaget lahir pada 9 Agustus 1896 di Neuchatel, Swiss dan meninggal 84 tahun kemudian. la sangat mengagumi ayahnya yang terpelajar, namun mempunyai kekhawatiran terhadap ibunya yang lebih emosional. Keputusannya untuk mempelajari psikologi di masa depan dipengaruhi oleh keadaan ibunya yang ini. Meskipun demikian, bidang studi awal Piaget adalah biologi dalam bidang sains. la mengembangkan minatnya pada biologi di usia 11 tahun. Ia menulis satu publikasi mengenai burung pipit, dan sepanjang periode usia 15 hingga 18 tahun, ia menulis publikasi lain tentang cangkang.
Pada tahun 1918, Piaget menulis novel intelektual Recherché. Publikasi penting ini menyajikan agenda penelitiannya. Dia berpendapat dalam tulisannya bahwa sains didasarkan pada bukti empiris, sedangkan agama berpusat pada prinsip-prinsip moral. Piaget mengambil posisi awalnya di Neuchatel pada tahun 1925, setelah itu ia memantapkan dirinya di Universitas Jenewa pada tahun 1929. Pada tahun yang sama, ia ditunjuk sebagai direktur Kantor Pendidikan Internasional. Selanjutnya, pada tahun 1955, ia menjabat sebagai direktur Pusat Internasional Epistemologi Genetik. Pada tahun 1963, ia dianugerahi gelar doktor kehormatan pertamanya oleh Universitas Harvard, dan kemudian memenangkan lebih dari 40 penghargaan, termasuk Hadiah Erasmus pada tahun 1972. Setelah pensiun pada tahun 1971, Piaget melanjutkan studi ilmiahnya, menghasilkan literatur mengenai epistemologi konstruktivis.
3. Perkembangan Kognitif Anak
Kognisi mengacu pada proses berpikir, yakni keterampilan seseorang untuk mengkorelasikan, mengevaluasi, dan merenungkan suatu peristiwa atau kejadian, yang merupakan kapasitas berpikir individu. Proses kognitif berkaitan dengan kapasitas intelektual yang membedakan individu dengan beragam minat dan bakat, khususnya yang berorientasi pada ide dan pembelajaran. Terminologi "Kognitif" berasal dari "cognition", yang mengacu pada proses menafsirkan dan memahami informasi, Kognisi, secara garis besar, mengacu pada proses perolehan, pengorganisasian, dan penerapan pengetahuan.
Gagne mendefinisikan kognisi sebagai proses internal yang terjadi di dalam sistem saraf pusat ketika seseorang terlibat dalam kegiatan berpikir. Kognitif mengacu pada keseluruhan kegiatan mental yang mencakup persepsi, pikiran, memori, dan pemrosesan informasi. Kegiatan ini memungkinkan individu mendaptkan pengetahuna, mampu mencari solusi atas suatu permasalahan, dan melakuksarnakn perencanaan masa depan. Ini mencakup Isemua proses psikologis yang terlibat dalam belajar, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memprediksi, menilai, dan memikirkan mengenai lingkungannya.
Artinya, karena kemapuan kognitifnya, anak memanfaatkan kemampuan kognitif untuk menggunakan alat kognitif untuk mengobservasi, membangun hubungan, mengevaluasi, dan merenungkan suatu peristiwa atau kejadian, dengan tujuan menyelesaikan masalah secara efisien dan berhasil serta memperoleh tujuan. Semakin besar tingkat rangsangan yang diterima seorang anak dari interaksinya dengan lingkungan berbanding lurus dengan keterlibatan anak tersebut dengan dunia luar, sehingga menghasilkan kecepatan pemrosesan kognitif yang semakin cepat.
Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh berbagai aspek, yang dapat dijelaskan yakni: