Birdwatching, Hobi Anti Mainstream

Belum banyak yang tahu namun kegiatan yang satu ini sudah lama menjadi hobi menarik bagi para pecinta alam. Birdwatching adalah kegiatan mengamati burung liar di habitat aslinya yaitu alam bebas. Kegiatan ini juga merupakan teknik pendidikan konservasi sebagai media yang dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian satwa dan menambah rasa peduli terhadap satwa yang terancam punah termasuk burung. 

Mengingat di Indonesia sendiri menyusun 17% dari total spesies burung di dunia yang mencapai 9700 spesies, berarti ada sekitar 1818 spesies burung di Indonesia. Para pecinta burung dapat mengamati tingkah laku, warna bulu, dan yang tak kalah pentingnya adalah sesi fotografi dan sketching.

Bagi pemula yang tertarik dengan dunia burung namun belum pernah mengamati secara langsung di alamnya, tenang saja karena ada banyak komunitas dan tempat ekowisata yang memfasilitasi. Selain itu mulai lah untuk belajar mengidentifikasi jenis burung. Mungkin terdengar mudah, namun perbedaan pada warna bulu, leher, dan kaki sudah bisa di kategorikan sebagai spesies yang berbeda lho. Panduan untuk belajar bisa dari "Panduan Lapangan Identifikasi Burung - Burung di Indonesia, Buku I: Sunda Besar", atau buku lain. 

Di jaman yang serba canggih ini telah lahir aplikasi yang memudahkan identifikasi seperti Burungnesia yang bisa diunduh di android dan E-Bird yang dapat diunduh di IOS, wah sangat praktis bukan. Persiapan lainnya adalah alat bantu melihat jarak jauh seperti binokuler atau teropong. Birdwatcher dapat melihat burung dengan mata telanjang, namun kita dapat meningkatkan pengalaman dengan melihat indahnya burung tersebut dari dekat dan jelas.

Beberapa birdwatcher juga menjadikan burung tersebut objek fotografi dan sketching. Tentu dengan kamera dan lensa yang super tajam, banyak birdwatcher senior berhasil menangkap keindahan, tingkah laku, saat terbang, dan berbagai momen dari burung. Tentu hal tersebut tidaklah mudah, bagi pemula yang ingin mencoba persiapkanlah lensa yang setidaknya dapat menjangkau 20mm. Meski kita tidak dapat mengontrol subjek yang di angkasa, kita dapat mengatur posisi diri. Apabila burung berada di depan matahari, warna bulu nya tidak akan terlihat namun akan menciptakan siluet yang menarik. 

Sebaliknya jika ingin menangkap bulu dengan detail, pilih cahaya alami dan jangan menghadap matahari. Selain itu aktifkan kecepatan rana 1/1000 detik atau lebih dan pilihlah iso yang sesuai. Momen juga menjadi kunci, saat burung terbang, mengambil makan, bertengger diatas pohon, mengerami telur di sarang, dan lainnya. Tips untuk menangkap foto yang menonjolkan burung adalah mengambil gambar dengan posisi eye-level, lurus sejajar mata burung. Jadi saat ada burung yang bertengger di pohon, lebih baik dari jarak yang jauh. 

Karena jarak yang dekat biasanya akan menyebabkan kemiringan yang membuat badan lebih besar dari kepala. Begitu juga dengan burung pantai, disarankan untuk mengambil gambar dengan posisi duduk dan lebih rendah agar sejajar mata. Hal ini juga memberikan efek bokeh latar yang lebih kuat. Sebagai referensi ada banyak foto hasil birdwatching yang bisa kita pelajari di internet.

Untuk lokasi sendiri Jawa Timur memiliki habitat burung seperti di Mangrove Womorejo di Surabaya, Cangar di Kabupaten Malang, Ujung Pangkah di Gresik. Tentu setiap lokasi memiliki medan yang berbeda. Sebagai birdwatcher kita harus siap dengan segala keadaan jalan yang becek, berlumpur, musim hujan, dan lainnya. Waktu pengamatan yang baik adalah pagi hari antara pukul 5.00 sampai 10.00 dan sore hari pukul 15.00 sampai 18.00. Tunggu apa lagi, ayo rasakan dan dapatkan pengalaman menarik menjadi birdwatcher dan jadikan kegiatan ini sebagai ajang melestarikan burung di Indonesia.