Tubuh manusia dilengkapi oleh seperangkat 'per- alatan' yang luar biasa hebat, namanya sistem imun. Peralatan ini menjaga tubuh dari serangan penyakit- penyakit yang disebabkan serbuan jasad renik atau kuman seperti virus, bakteri, parasit. Sistem imun yang berfungsi dengan baik, akan mampu menghambat serangan penyakit bahkan menghancurkan bibit- bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Jadi, jika kita sehat, berarti sistem imun kita dalam keadaan baik.
Apa yang terjadi jika sistem imun tidak berfungsi secara efektif?
Sistem imun merupakan aset yang amat sangat berharga yang dapat diandalkan untuk menghambat serangan aneka penyakit dari yang sederhana, misalnya batuk pilek sampai yang mematikan, seperti penyakit demam berdarah, kanker. Dengan demikian, kita wajib merawat dan memberdayakan agar sistem imun kita tetap dapat berfungsi dengan baik, jangan sampai merosot sehingga kita mudah diserang penyakit. Sistem imun gagal menjalankan tugasnya memproteksi tubuh dari infeksi-infeksi. Bahkan bisa terjadi sistem imun berbalik menyerang tubuh sendiri memunculkan berbagai alergi dan penyakit autoimun.
Penyakit autoimun biasanya rentan terjadi pada anak-anak, salah satunya adalah autoimun ensefalitida. Encephalitis adalah inflamasi pada parenkim otak. Secara umum etiologi encephalitis dapat dibagi menjadi beberapa kelompok besar, yaitu infeksi dan sistem imun (Mansjoer ,2000). Ensefalitis merupakan peradangan parenkim otak yang berhubungan dengan disfungsi neurologis Pada encephalitis yang disebabkan oleh infeksi, agen infeksi yang paling banyak ditemukan adalah virus.
Kategori autoimun ensefalitida merupakan kelainan dengan karakteristik yang relatif berbeda seperti psikosis, kejang, gerakan abnormal, koma, dan disautonomia. Hingga kini belum diketahui dengan pasti prevalensi dari encephalitis anti reseptor NMDA. Namun pada suatu penelitian dikatakan bahwa 1% dari pasien yang masuk ke perawatan intensif adalah penderita encephalitis anti reseptor NMDA. Penyembuhan dari encephalitis ini memerlukan waktu beberapa bulan, dimana diperlukan tim multidisiplin, termasuk di dalamnya adalah rehabilitasi fisik, terapi okupasi, berbicara, dan bahasa, maupun manajemen psikiatri.
Penyakit ini menimbulkan gejala antara lain halusinasi, psikosis, perubahan kepribadian, dan iritabilitas, sehingga masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan dan tidak mengenal penyakit ini sering menganggap penyakit ini dengan gangguan jiwa.
Sumber :
Waluyo, S. (2014). Penyakit-Penyakit Autoimun. Elex Media Komputindo.
Simamora, M., Pardede, J. A., & Damanik, R. (2020). Edukasi Kesehatan pada Keluarga tentang Enchepalitis Autoimun pada Anak. Jurnal Peduli Masyarakat, 2(2), 81-86.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI