"Dia yang terlambat, duduk paling depan"
Pasti temen-temen disini semua pernah denger kalimat tersebut, kan? Bagi sebagian orang, mungkin ungkapan ini terlihat aneh tetapi memang nyata adanya. Lain hal dengan mengantri, orang akan berbondong-bondong bahkan ada yang menyerobot untuk dapat posisi paling depan. Lalu, kenapa sih kursi depan bisa sampai mendapat label untuk dihindari?
Di sini, mungkin saya akan membahas dalam ranah pendidikan. Tidak dipungkiri, fenomena kursi depan kosong mungkin bisa dibilang masih menjadi tradisi di kalangan para pelajar. Mereka yang datang lebih cepat ke kelas seringkali menempati kursi paling belakang. Urutan penuhnya kursi adalah dari belakang ke depan bukan dari depan ke belakang. Duduk di posisi depan seakan-akan menjadi beban bagi sebagian pelajar.
Takut diberi Pertanyaan
Posisinya yang terlihat langsung dan tak jauh dari pengajar pastinya menjadi sasaran empuk untuk ditanya seputar topik yang dibahas kala itu. Terkadang kita merasa ragu akan jawaban yang ingin kita berikan karena takut ditertawakan atau dinilai bodoh jika salah. Namun, ketika memang paham akan materinya, mungkin kita akan merasa bangga bisa menjawabnya dengan benar.
Dinilai Caper (Cari Perhatian)
Nggak tau asal usulnya darimana, tetapi anggapan ini memang ada. Mereka yang duduk paling depan dianggap cari perhatian guru karena akan sering bertanya dan merasa lebih pandai dibanding temannya. Padahal, bertanya itu nggak ada salahnya, pun merespon apa yang disampaikan guru merupakan salah satu bentuk sopan dan menghargai.
Tidak Bisa Bermain/Mengobrol
Kalau sampai menggangu pembelajaran sih salah, ya! Kita kan belajar untuk menuntut ilmu bukan malah pindah tempat untuk bermain. Bosan memang hal yang lumrah kok, tetapi sudah sewajarnya kita dapat menempatkan diri pada tempatnya masing-masing.
Capek Ndangak