Sebuah mulut terjatuh di sini. Bentuk bibirnya bagus, giginya juga rapi. Ia tersenyum kami terpana. Ia menyapa kami gembira. Ia bercerita kami terbawa. Ia menyanyi kami hanyut dalam lagunya. Ia membawa keriangan di sini. Kami beri sepotong mulut itu sebuah ruangan dan meja kerja. Dua tahun lewat sepotong mulut tak hanya bisa tersenyum menyapa bercerita dan bernyanyi. Kini ia bisa mencaci menyindir menghina marah menghasut dan mengobrak abrik seisi ruangan. Hey . . . Mulut siapa ini. Bawalah segera ia pergi!!!. . .
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!