Mohon tunggu...
Anik Yusmia
Anik Yusmia Mohon Tunggu... -

Manusia yang masih mewaraskan diri// Saya berusaha untuk menjadi content creator bagi pribadi saya. Mungkin nampak aneh, tapi tak mengapa. Karena menjadi pribadi yang merdeka itu sulit, bung dan nona!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ketika Mahasiswa Turun Gunung

21 September 2018   16:11 Diperbarui: 21 September 2018   16:36 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di masa-masa akhir pemerintahan Jokowi, mulai timbul riak-riak ketidakpuasan dan ketidakminatan untuk memilih kembali. Muncul pula gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa dibeberapa tempat. Mereka serentak mengatasnamakan rakyat. Mengangkat isu-isu mulai dari harga pangan yang melejit, melemahnya nilai tukar rupiah, hingga ketidakkonsistenan pemerintah mengenai revolusi mental.

Di tengah zaman yang penuh dengan prakmatisme, tentu masih ada juga mahasiswa yang tetap memegang teguh idealisme. Setiap mahasiswa sejati yang idealis akan memihak rakyat, memihak kebenaran dan mempunyai kemurnian hati. Mahasiswa yang memihak kepada penghianat bangsa dan negara, bahkan mau-maunya ditunggangi oleh mereka adalah mahasiswa yang tak punya nurani.

Dalam setiap gerakan yang murni, mahasiswa berarti telah sepenuh hati sudi berdiri di depan, disamping, dan dibelakang rakyat. Menjadi bagian dari rakyat, karena sesungguhnya mereka juga adalah rakyat.

Sebagai orang yang masih berstatus sebagai mahasiswa, saya tetap percaya bahwa mahasiswa sejati dan idealis masih ada, masih banyak. Perihal ada pihak yang merasa diuntungkan selain rakyat, mereka adalah para keparat yang enggan keluar keringat.

Gerakan mahasiswa seharusnya dijadikan sebagai perhatian atau peringatan untuk perbaikan, bukan dianggap sebagai ancaman dari sebuah kemapanan. Dan seharusnya mahasiswa adalah kaum intelek yang mampu melihat ketidakbecusan dengan sebuah kajian, bukan berkoar-koar untuk membela yang menguntungkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun