Mohon tunggu...
Anik Setyani Rahayu
Anik Setyani Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab

Selanjutnya

Tutup

Diary

Patah Hati Emang Sakit, tapi Ninggalin Cita-Cita Jauh Lebih Sakit

10 November 2024   09:11 Diperbarui: 10 November 2024   09:14 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Patah hati itu emang gak enak. Rasanya kayak dunia berasa runtuh, hati serasa remuk, dan setiap sudut pikiran cuma bisa mikirin kenapa, kenapa, dan kenapa. Kita pernah atau mungkin sedang merasakan perihnya kehilangan seseorang yang kita sayang. Tapi pernahkah kita berpikir, ada yang lebih sakit daripada kehilangan cinta seseorang? Yaitu kehilangan cinta kita pada mimpi dan cita-cita sendiri.

Setiap kali patah hati, yang kita rasain emang sedih dan kosong. Ini wajar karena hati sudah menaruh banyak harapan dan perhatian pada seseorang. Semua rencana, mimpi, dan kebahagiaan rasanya sudah tersusun dengan orang itu. Ketika hal itu hilang, kita jadi merasa kehilangan arah. Tapi meski kita merasa "jatuh" setelah kehilangan seseorang, cinta itu kadang bisa kita temukan lagi di masa depan, mungkin dengan orang baru.

Namun, beda ceritanya kalau kita berbicara soal mimpi dan cita-cita. Mimpi itu adalah bagian dari identitas kita, sesuatu yang kita bentuk berdasarkan passion, nilai hidup, dan tujuan yang kita ingin capai. Kita mengejarnya dengan sepenuh hati, bahkan berkorban banyak hal untuk melihatnya jadi nyata. Kalau suatu saat cita-cita itu harus ditinggalkan, rasanya jauh lebih menghancurkan daripada patah hati biasa. Karena kali ini bukan cuma harapan yang hilang, tapi juga sebagian dari diri kita.

Bayangin saat kita sudah berjuang habis-habisan, berkorban waktu, tenaga, bahkan meninggalkan hal-hal yang kita suka, untuk mengejar cita-cita. Lalu, tiba-tiba harus berhenti di tengah jalan karena berbagai alasan entah karena masalah finansial, tekanan dari keluarga, atau mungkin karena merasa sudah terlalu berat untuk dilanjutkan. Saat itulah kita merasakan sakit yang berbeda: rasa kehilangan terhadap sesuatu yang selama ini menjadi arah hidup kita.

Kita mungkin bisa sembuh dari patah hati, tapi kehilangan mimpi kadang membawa sesal yang bertahan lama. Kadang sesal itu datang saat kita ngeliat orang lain berhasil mencapai mimpi yang kita impikan. Kadang juga datang tiap kali kita ngeliat hal-hal yang mengingatkan kita pada cita-cita yang pernah kita kejar. Sakitnya mungkin gak terasa langsung seperti patah hati, tapi perlahan-lahan terasa menggerogoti hati.

Namun, pada akhirnya, hidup kita adalah pilihan. Mungkin mimpi itu gak bisa kita raih sekarang, tapi bukan berarti kita berhenti bermimpi. Ada saatnya kita perlu rehat, mengatur ulang langkah, dan bahkan menerima jika mungkin arah kita harus berubah. Melupakan cita-cita bisa terasa lebih sakit, tapi kita masih bisa menciptakan mimpi baru atau mencari versi lain dari cita-cita itu.

Jadi, kalau kamu merasa sakit karena patah hati, ingatlah bahwa rasa itu bisa sembuh dengan waktu. Tapi jika kamu sampai harus meninggalkan cita-citamu, jangan biarkan hal itu menghentikan langkahmu. Kadang kita cuma perlu mengambil napas panjang, melangkah sedikit lebih pelan, dan percaya bahwa apa yang hilang bukan akhir dari segalanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun