Mohon tunggu...
Anik Setyani Rahayu
Anik Setyani Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kenapa Sih Lu Semuanya Dipendem Sendiri? Soalnya Takut Ngerepotin

4 November 2024   15:17 Diperbarui: 4 November 2024   15:23 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ada banyak orang di luar sana yang memilih memendam masalahnya sendiri. Meski sering ditanya, "Kenapa sih lu nggak cerita aja?" jawabannya sering kali sederhana tapi dalam: "Soalnya takut ngerepotin." Buat mereka, lebih baik menahan rasa sakit sendirian daripada merasa jadi beban buat orang lain. Padahal, dengan terus-terusan memendam, perasaan itu bisa jadi bom waktu yang sewaktu-waktu meledak.

Buat sebagian orang, cerita tentang masalah pribadi rasanya seperti menambah beban orang lain. Mereka sadar, semua orang punya masalahnya masing-masing. Jadi, kenapa harus menambah kesulitan orang lain? Tapi kenyataannya, teman atau keluarga justru mungkin senang bisa membantu atau setidaknya mendengarkan. Mereka bisa jadi tempat berbagi, bukan cuma sekadar pendengar, tapi juga penopang di saat kita lemah.

Kadang, ada keinginan untuk terlihat kuat dan bisa menghadapi semuanya sendirian. Merasa harus mampu menyelesaikan masalah sendiri karena takut dianggap lemah kalau cerita ke orang lain. Padahal, berbagi bukan berarti lemah, tapi bentuk keberanian untuk menerima bahwa kita butuh bantuan. Semua orang punya batas, dan berbagi bisa jadi salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental kita.

Banyak yang memilih diam karena takut nggak akan dimengerti atau bahkan dihakimi. Rasa takut ini membuat orang merasa aman dengan memendam masalah sendirian, meski kadang jadi makin tertekan. Tapi ingat, nggak semua orang akan menghakimi; beberapa orang justru mau mendengarkan tanpa mengkritik. Mungkin sulit menemukan yang benar-benar tulus, tapi percayalah, mereka ada.

Menunjukkan sisi rapuh kadang bikin kita merasa rentan. Ada perasaan nggak nyaman kalau orang tahu kita sedang lemah atau sedang berjuang menghadapi sesuatu. Akibatnya, banyak orang memilih menyembunyikan apa yang dirasakan dan tampil "baik-baik saja." Padahal, sisi rapuh itu manusiawi dan nggak perlu selalu ditutupi. Kadang, justru dengan berbagi, kita bisa menemukan dukungan dan kasih sayang yang selama ini kita kira nggak ada.

Salah satu alasan lain kenapa orang memilih memendam adalah takut dikecewakan. Pengalaman-pengalaman di masa lalu kadang meninggalkan luka, terutama saat pernah bercerita tapi nggak mendapat dukungan yang diharapkan. Luka ini membuat banyak orang jadi takut buat terbuka lagi. Mereka berpikir, lebih baik diam daripada berharap terlalu tinggi dan akhirnya kecewa lagi.

Ada perasaan minder yang sering kali membuat kita merasa bahwa masalah kita nggak cukup penting untuk didengar. "Masalah gue kecil, kok, nggak sebanding sama masalah mereka." Padahal, perasaan ini bukan soal besar kecilnya masalah, tapi tentang kebutuhan untuk didengarkan dan merasa dimengerti. Semua orang layak untuk didengarkan, apapun masalahnya.

Kalau kamu sering merasa takut mengganggu atau ngerepotin, coba perlahan-lahan untuk membuka diri. Cerita nggak harus dalam bentuk "curhat besar," bisa dimulai dari hal kecil. Misalnya, berbagi tentang hari yang berat, atau sekadar menyampaikan perasaan. Terkadang, cuma dengan mengeluarkan satu atau dua kalimat aja sudah cukup untuk sedikit melegakan beban.

Orang-orang yang benar-benar peduli nggak akan merasa repot dengan cerita kita. Mereka mungkin nggak selalu bisa ngasih solusi, tapi keberadaan mereka bisa memberi kehangatan yang kita butuhkan. Terus memendam semuanya sendirian bisa melelahkan. Jadi, kalau ada yang bertanya "Kenapa sih lu semuanya dipendem sendiri?" cobalah untuk sedikit lebih terbuka dan percayalah, nggak semua orang akan merasa repot.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun