Kita semua tahu bahwa hidup itu nggak selalu mudah. Terkadang, satu momen kecil bisa membuat pikiran kita meluncur ke jurang overthinking. Mungkin itu sebabnya banyak orang memilih untuk terus sibuk supaya nggak ada waktu untuk melamun dan terjebak dalam pikiran yang bisa bikin sedih tanpa sebab yang jelas. Tapi, sebenarnya, apakah cara ini efektif? Mari kita ulas lebih dalam.
Kita hidup di dunia yang penuh tekanan. Kadang, saat melamun, kita bisa terseret ke dalam pikiran-pikiran negatif yang membawa kita jauh dari kebahagiaan. Munculnya pertanyaan-pertanyaan seperti, "Apa yang salah dengan hidupku?" atau "Kenapa semuanya terasa berat?" bisa menjadi jaring yang menjerat kita. Oleh karena itu, banyak orang lebih memilih untuk tetap sibuk. Dengan terus melakukan aktivitas, kita bisa menghindari momen-momen melamun yang berujung pada overthinking.
Melamun dan overthinking sering kali muncul dari ketidakpastian tentang masa depan. Saat kita tidak tahu apa yang akan terjadi, pikiran mulai berlarian tanpa arah. Ketika merasa bingung, daripada berdiam diri dan meratapi ketidakpastian, banyak dari kita lebih memilih untuk bekerja, belajar, atau melakukan hal-hal lain yang bisa mengisi waktu. Dengan begitu, kita merasa seolah sedang mengontrol hidup kita, meskipun sebenarnya kita hanya berusaha mengalihkan perhatian dari kecemasan yang muncul.
Keterasingan atau rasa sepi juga sering kali memicu melamun yang berujung pada overthinking. Dalam momen sepi, kita cenderung lebih introspektif, tetapi kadang malah menjurus ke pikiran-pikiran negatif. Untuk mengatasi ini, kita jadi mencari kesibukan agar tidak merasa sendiri. Mengisi waktu dengan aktivitas bisa memberi rasa nyaman dan membantu kita merasa lebih terhubung dengan dunia luar. Namun, terkadang cara ini hanya jadi penutup sementara untuk masalah yang lebih dalam.
Sibuk itu baik, tetapi kadang bisa jadi cara kita menghindari masalah yang sebenarnya perlu dihadapi. Alih-alih mengatasi perasaan yang menyakitkan atau situasi yang mengganggu, kita memilih untuk terus bergerak. Akibatnya, masalah yang kita hindari tidak akan hilang; mereka hanya menumpuk, menunggu saat yang tepat untuk muncul kembali dan mungkin menjadi lebih besar dari sebelumnya. Jadi, meski sibuk terasa lebih aman, penting untuk tidak melupakan kebutuhan untuk meresapi dan mengatasi perasaan.
Ketika terus sibuk menjadi cara untuk menghindar dari overthinking, penting untuk menciptakan rutinitas yang seimbang. Mengisi waktu dengan kegiatan yang produktif itu baik, tetapi juga harus memberi diri kita waktu untuk beristirahat dan merefleksikan apa yang kita rasakan. Mengatur waktu untuk bersantai, berkumpul dengan teman, atau sekadar bernafas dan menikmati momen juga sangat penting. Dengan begitu, kita bisa menyeimbangkan antara sibuk dan waktu untuk diri sendiri.
Kadang, cara terbaik untuk mengatasi overthinking adalah dengan berbicara dengan orang lain. Ketika kita merasa terbebani, berbagi perasaan dengan teman atau keluarga bisa membantu mengurangi beban mental. Mereka bisa memberi perspektif baru atau hanya mendengarkan, yang kadang cukup untuk meredakan ketegangan dalam pikiran kita. Jangan ragu untuk mencari dukungan dari orang-orang terdekat saat merasa terjebak dalam pikiran.
Sibuk bisa jadi cara yang efektif untuk menghindari overthinking, tetapi jangan sampai kita melupakan pentingnya refleksi. Kehidupan itu penuh dengan tantangan, dan kadang kita perlu memberi diri kita waktu untuk merasa dan mengatasi perasaan kita.Â
Dengan menemukan keseimbangan antara kesibukan dan waktu untuk diri sendiri, kita bisa lebih siap menghadapi hidup, tanpa harus terjebak dalam siklus overthinking yang tidak ada habisnya. Luangkan waktu untuk diri sendiri, dan ingat bahwa semua orang berhak untuk merasa, baik itu bahagia atau sedih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H