Pernahkah kamu merasa waktu tidur berjalan lebih cepat daripada waktu kerja? Saat kita terbangun, rasanya baru saja memejamkan mata, padahal sudah berjam-jam berlalu. Di sisi lain, satu jam di kantor bisa terasa seperti seabad. Fenomena ini mungkin tampak aneh, tetapi sebenarnya ada beberapa alasan psikologis dan fisiologis di balik pengalaman ini. Mari kita eksplorasi lebih dalam.
Salah satu alasan utama mengapa jam tidur terasa lebih cepat adalah persepsi kita terhadap waktu. Saat kita tidur, otak kita tidak aktif dalam cara yang sama seperti saat kita terjaga. Dalam keadaan tidur, terutama di fase REM (Rapid Eye Movement), otak kita beristirahat dan mengolah informasi yang diterima. Hal ini membuat kita merasa waktu berjalan lebih cepat, karena kita tidak benar-benar menyadari berlalunya waktu. Sebaliknya, saat kita bekerja, kita sering terjebak dalam detail dan tugas yang membuat waktu terasa lebih lambat.
Kualitas tidur juga berpengaruh terhadap persepsi waktu. Ketika kita tidur nyenyak, kita cenderung tidak merasakan perubahan waktu. Namun, jika kita sering terbangun atau mengalami gangguan tidur, kita mungkin merasa seolah waktu tidur kita lebih singkat. Di sisi lain, saat bekerja, kita mungkin sering merasa terjebak dalam rutinitas yang monoton, sehingga kita lebih sadar akan waktu yang berlalu.Â
Lingkungan kerja sering kali penuh dengan tekanan dan tanggung jawab. Ketika kita terlibat dalam pekerjaan yang menuntut perhatian penuh, kita menjadi lebih sadar akan setiap detik yang berlalu. Stres dan kelelahan mental ini bisa membuat waktu terasa lebih lambat. Dalam keadaan stres, tubuh kita memproduksi hormon kortisol yang dapat mempengaruhi cara kita merasakan waktu.
Ritme sirkadian kita, yang mengatur siklus tidur dan bangun, juga berperan. Ketika malam tiba, tubuh kita bersiap untuk tidur, dan waktu tidur menjadi bagian dari rutinitas alami. Dalam keadaan ini, kita lebih cenderung untuk bersantai dan membiarkan diri kita terlelap. Namun, saat bekerja, kita mungkin melawan ritme alami ini, terutama jika kita bekerja di malam hari atau melewati jam tidur normal.
Tidur adalah waktu bagi tubuh dan pikiran kita untuk beristirahat dan pulih. Selama tidur, kita tidak terlibat dalam aktivitas mental yang sama seperti saat kita bekerja. Ketika kita terjaga, otak kita aktif, memproses informasi, dan sering kali terjebak dalam pikiran tentang pekerjaan. Proses ini membuat waktu terasa lebih lambat, sementara saat tidur, otak kita seolah mematikan penginderaan waktu.
Kebiasaan kita juga mempengaruhi bagaimana kita merasakan waktu. Jika kita terbiasa tidur pada waktu yang sama setiap malam, tubuh kita akan menyesuaikan diri dengan ritme tersebut. Sebaliknya, ketika bekerja, rutinitas yang monoton dapat membuat kita merasa waktu bergerak lambat. Mengubah rutinitas harian kita, baik dalam tidur maupun kerja, dapat membantu menciptakan keseimbangan dalam persepsi waktu.
Misteri mengapa jam tidur terasa lebih cepat daripada jam kerja dapat dijelaskan melalui berbagai faktor, termasuk persepsi waktu, kualitas tidur, stres, dan kebiasaan. Untuk menikmati tidur yang berkualitas dan meningkatkan pengalaman kerja, penting untuk menciptakan rutinitas yang sehat. Dengan memahami cara kita merasakan waktu, kita bisa lebih bijaksana dalam mengelola jam kerja dan tidur kita, sehingga tidak hanya dapat menikmati waktu tidur yang berkualitas, tetapi juga menjalani waktu kerja yang lebih produktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H