Mohon tunggu...
Anik Setyani Rahayu
Anik Setyani Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Aku Takut Diomongin": Hidup Cuma Sekali, Kenapa Harus Mementingkan Perkataan Orang lain?

23 Oktober 2024   08:00 Diperbarui: 23 Oktober 2024   08:35 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Berapa kali kamu merasa terjebak dalam ketakutan akan "diomongin" orang lain? Dalam hidup yang hanya sekali ini, kenapa kita sering membiarkan opini orang lain mendikte keputusan, impian, dan langkah-langkah kita? Ini adalah hidupmu, YOU are the main character, dan kamu seharusnya menjalani hidup sesuai dengan pilihan dan keinginanmu, bukan berdasarkan ekspektasi atau penilaian orang lain.

Sejak kecil, kita diajarkan untuk selalu mempertimbangkan pendapat orang sekitar apa yang orang tua, guru, teman, bahkan masyarakat katakan tentang kita. Namun, ketika hidup sudah berpacu dengan waktu, haruskah kita terus-menerus khawatir akan "apa kata orang"? Hidup ini terlalu singkat untuk terus-terusan dihabiskan dengan mencoba menyenangkan semua orang atau menghindari gosip.

Ini hidupmu, bukan skenario orang lain. Kamu yang memegang kendali penuh atas apa yang ingin kamu capai, jalani, dan wujudkan. Ketika kita takut diomongin, kita menyerahkan kuasa atas hidup kita kepada orang lain orang yang bahkan mungkin tidak benar-benar mengenal atau peduli dengan kita.

Kita seringkali lupa bahwa setiap orang punya cerita dan tantangan hidup mereka sendiri. Orang mungkin akan berbicara, mengkritik, atau menilai, tetapi itu tak lebih dari sekadar suara latar dalam hidup kita. Kamu adalah karakter utama dalam perjalananmu sendiri, dan suara-suara latar itu tidak seharusnya menentukan arah langkahmu.

Jika terus menunggu validasi atau persetujuan dari orang lain, kita akan kehilangan momen berharga untuk mengejar apa yang benar-benar kita inginkan. Apakah itu passion, impian, atau sekadar keinginan untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai kita sendiri. Ingat, tidak ada karakter utama yang hidup sempurna di mata semua orang. Setiap tokoh besar, dalam fiksi maupun kenyataan, selalu dihadapkan dengan kritik, rintangan, dan komentar negatif. Namun, itu tidak menghentikan mereka untuk menjalani cerita hidup mereka dengan autentik.

Jadi, berhentilah takut akan perkataan orang lain. Ini hidupmu. Kamu penulisnya. Kamu sutradaranya. Dan kamu, tanpa keraguan, adalah karakter utama dalam cerita hidup yang hanya bisa dijalani sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun