Dalam perjalanan hidup, kita sering kali dihadapkan pada pertanyaan sederhana namun menyakitkan: "Kamu oke?" Pertanyaan ini bisa datang dari teman, keluarga, atau bahkan orang asing. Namun, ketika kita merasa hancur di dalam, pertanyaan ini dapat menjadi pemicu yang membuat semua emosi yang kita coba sembunyikan tiba-tiba meledak. Di sinilah rasa sakit itu muncul, saat kita tidak lagi bisa berpura-pura kuat.
Ada kalanya, kita merasa terjebak dalam tuntutan untuk selalu tampil baik. Kita mengenakan topeng ketahanan, berharap bisa mengatasi semua masalah sendirian. Namun, ketika seseorang mengajukan pertanyaan itu dengan tulus, kita mendapati bahwa kita tidak memiliki jawaban yang bisa kita tunjukkan. Apa yang seharusnya menjadi momen sederhana malah berubah menjadi pelampiasan bagi semua rasa sakit dan tekanan yang terpendam. Ketika kata-kata itu keluar, air mata mulai mengalir, dan kita tidak bisa lagi menahan semuanya.
Menangis bukanlah tanda kelemahan; sebaliknya, itu adalah langkah awal menuju penyembuhan. Saat kita menumpahkan air mata, kita memberi diri kita izin untuk merasakan dan mengakui rasa sakit yang ada. Tidak ada lagi ruang untuk berpura-pura, dan itu bisa terasa melegakan sekaligus menyakitkan. Kita menyadari bahwa dalam dunia yang sering kali menuntut kita untuk terlihat kuat, tidak ada salahnya untuk merasakan kerentanan.
Ketika kita mengakui bahwa kita tidak baik-baik saja, kita juga membuka pintu bagi orang lain untuk memahami bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan mereka. Menangis saat ditanya "Kamu oke?" bisa menjadi momen yang membawa kita lebih dekat dengan orang-orang terkasih, memungkinkan mereka untuk melihat kita dalam keadaan yang paling rawan. Ini adalah pengingat bahwa kita semua memiliki beban yang harus dipikul dan bahwa mencari dukungan adalah hal yang sangat manusiawi.
Di akhir hari, kita semua butuh seseorang untuk mendengar dan memahami. Menangis adalah cara kita memberi tahu dunia bahwa kita merasakan sesuatu yang lebih dalam daripada apa yang bisa dilihat oleh mata. Kita tidak perlu selalu kuat; kadang-kadang, yang kita butuhkan hanyalah ruang untuk merasakan, menangis, dan membiarkan diri kita pulih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H