Mohon tunggu...
Anik Setyani Rahayu
Anik Setyani Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Normalisasi Mengeluh: Bukan Tanda Tidak Bersyukur, tapi Tanda Kelelahan

12 Oktober 2024   08:16 Diperbarui: 12 Oktober 2024   08:31 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Mengeluh sering kali dianggap sebagai perilaku negatif yang identik dengan sikap tidak bersyukur. Namun, mengeluh sebenarnya adalah hal yang wajar, terutama ketika seseorang merasa lelah baik secara fisik maupun mental. Sayangnya, ada stigma di masyarakat bahwa mengeluh berarti kita tidak menghargai apa yang sudah kita miliki atau tidak cukup bersyukur atas keadaan. Padahal, mengeluh bisa menjadi bentuk ekspresi jujur tentang kondisi yang sedang kita hadapi dan menjadi cara untuk meredakan stres.

Setiap orang pasti pernah mengeluh, karena mengeluh adalah bagian dari respons alami manusia terhadap tekanan atau tantangan. Ketika kita mengalami kesulitan, rasa lelah, atau frustasi, mengeluh membantu kita melepaskan beban emosional. Ini seperti memberi sinyal pada diri sendiri dan orang lain bahwa kita sedang tidak dalam kondisi terbaik dan butuh istirahat atau dukungan.

Mengeluh tidak selalu berarti kita tidak mensyukuri apa yang kita miliki. Sebaliknya, hal ini bisa menjadi tanda bahwa kita sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi tetap merasa kewalahan. Pada titik ini, mengeluh adalah bentuk jujur dari kelelahan yang kita rasakan.

Rasa syukur dan rasa lelah adalah dua hal yang berbeda. Seseorang bisa saja merasa sangat bersyukur atas pekerjaannya, keluarganya, atau kesehatannya, tetapi tetap merasa lelah karena tanggung jawab yang harus diemban setiap hari. Ketika kita memaksa diri untuk tidak mengeluh demi menjaga citra "orang yang selalu bersyukur," kita mungkin malah menambah beban mental dan emosional yang sudah ada.

Alih-alih menekan rasa lelah dan menghindari mengeluh, kita perlu belajar untuk mengenali kapan tubuh dan pikiran butuh jeda. Tidak ada yang salah dengan mengeluh jika hal tersebut membantu kita menyadari batasan diri. Kuncinya adalah memahami kapan saatnya kita butuh istirahat dan bagaimana cara kita mengatasi stres.

Mengeluh dapat menjadi cara untuk mendengarkan diri sendiri. Saat kita merasa kewalahan, alih-alih menghakimi diri karena mengeluh, coba tanyakan pada diri sendiri: apa yang menyebabkan rasa lelah ini? Apakah kita butuh istirahat, bantuan, atau mungkin perubahan cara dalam menangani situasi?

Dengan mendengarkan keluhan kita sendiri, kita dapat lebih memahami kebutuhan fisik maupun emosional yang sering kali terabaikan. Ini membantu kita untuk merawat diri sendiri dengan lebih baik, dan pada akhirnya, menjaga rasa syukur yang lebih mendalam.

Tidak hanya itu, mengeluh juga bisa menjadi cara untuk mencari dukungan dari orang lain. Ketika kita mengeluh pada teman atau keluarga, kita tidak hanya sekadar melepaskan emosi, tetapi juga berharap mendapatkan empati atau saran dari mereka. Kadang, mendengar bahwa orang lain juga mengalami hal yang sama dapat membuat kita merasa tidak sendirian dan lebih mudah menerima keadaan.

Mengeluh tidak selalu mencerminkan kurangnya rasa syukur. Justru, itu bisa menjadi cara untuk mengenali kelelahan kita dan menjadi alarm bahwa kita membutuhkan waktu untuk istirahat dan refleksi. Kita perlu menghilangkan stigma bahwa mengeluh adalah tanda kelemahan atau ketidakbersyukuran. Sebaliknya, normalisasi mengeluh bisa membantu kita menjadi lebih manusiawi, lebih peduli pada diri sendiri, dan lebih sadar akan pentingnya menjaga keseimbangan antara usaha dan istirahat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun